Mohon tunggu...
Tateng Gunadi
Tateng Gunadi Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pecinta buku, suka menulis, dan senang fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terima Kasih Paduka yang Mulia Kaisar Chow Wen Whang!

11 September 2021   15:59 Diperbarui: 14 September 2021   22:49 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua menghela napas panjang. Kemampuan linuwih Yui Li Gan, tak sembarang orang memilikinya, paling diandalkan sekarang. Roh dari tubuhnya bisa keluar dan bisa berada di suatu tempat yang dia mau, melihat makhluk halus, tahu kejadian masa lalu, dan berkunjung ke masa depan alias bisa menerawang.

"Apa pikiran kita terganggu?" Tek Nau Lang yang dipanggil Ketua bertanya lagi, seolah bergumam, "Apa Paduka Yang Mulia Kaisar Chow Wen Whang tahu kita hilang?"

Mendengar nama kaisar disebut, Yui Li Gan segera berdiri, "Saya perlu menyendiri, Ketua Yang Mulia, saya akan berusaha meminta tolong padanya." Lalu bergegas pergi, jaraknya sepelemparan batu dari situ.

"Saya rasa tidak," sahut Cou En Lei tenang. "Terakhir kita berempat minum teh di kafe teh Bak Te Haian. Masing-masing kita menyamar. Ketua Yang Mulia sebagai saudagar. Saya sebagai penyair. Tan Chen Buk sebagai ahli bela diri. Yui Li Gan sebagai pendeta Budha. Pekerjaan kita seperti yang dititahkan Paduka Yang Mulia Kaisar Chow Wen Chang adalah dengan diam-diam mengingat lirik nyanyian rakyat yang dinyanyikan gadis-gadis di kafe itu. Di seluruh negeri, dari kafe teh satu ke kafe teh lainnya. Semua kita catatkan, tafsirkan, dan laporkan. Nyanyian rakyat merupakan isi hati rakyat tentang kebijakan kaisar. Dengan itu kita tahu kebijakan kaisar yang mendapat dukungan dan pujian. Juga kebijakan kaisar yang keliru atau membuat tidak nyaman. Jadi, kaisar memperbaiki kebijakannya. Dengan begitu selalu ada perbaikan dari waktu ke waktu. Karena itu, di negeri kita tak ada lagi kebijakan yang membuat rakyat menderita, baik karena tidak sengaja maupun apalagi karena sengaja. Lebih daripada itu kehidupan rakyat semakin baik, sejahtera, aman, dan tenteram. Menangkap suara hati rakyat dari nyanyian rakyat, itulah pekerjaan kita."

"Ai, benar saja. Pikiranmu tak terganggu seperti Yui Li Gan!" seru Tek Nau Lang dengan nada gembira. "Lihat, Cou En Lei. Dari tadi aku memperhatikan tulisan di sepanjang dinding seberang jalan itu. Sebagai ahli bahasa, tanda, dan lambang kenamaan seantero negeri, apa pendapatmu?"

"Ah, Ketua Yang Mulia ini kura-kura dalam perahu. Pura-pura tidak tahu." Seloroh Cou En Lei.

Setelah sejenak memperhatikan tulisan besar di dinding seberang jalan, lirih Cou En Lei berkata, "Saya membacanya sebagai Dewa, tolonglah kami lapar! Ini kata-kata yang sederhana, jadi aku masih bisa mengerti artinya. Aku tidak ingat bahasa apa ini, tapi aku pernah mempelajarinya sedikit."

Setelah berpikir sejenak, Cou En Lei melanjutkan, "Begini. Agaknya sebagian masyarakat di daerah ini kekurangan pangan. Entah apa penyebabnya, bencana alam, wabah penyakit, serangan hama pada tanaman pangan utama, atau sebab lain. Kata-kata ditulis untuk dibaca sebagai suara. Dengan menulis itu mereka mencoba berkomunikasi dengan siapapun di luar wilayah mereka. Satu harapan saja: ada yang mendengarkan. Artinya ada yang memberikan pertolongan atas keadaan mereka. Rupanya, begitulah cara mereka berkomunikasi di sini. Oh, ini bentuk komunikasi yang mudah dimengerti, Ketua Yang Mulia, lebih sederhana daripada nyanyian gadis-gadis di kafe teh Bak Te Haian!"

"Oh, alangkah ringan pekerjaan kita kalau seperti ini!" seru Tan Chen Buk yang sedari tadi menahan diri untuk tidak bicara. "Kita tinggal tanya apa yang terjadi, tahu keadaan mereka dan apa yang diperlukan, lalu melaporkan pada Kaisar. Sejurus kemudian bantuan pangan akan datang. Selesailah tugas kita. Benar-benar urusan yang mudah."

Sekonyong-konyong Yui Li Gan datang tergopoh-gopoh lalu berteriak keras, "Kemampuanku telah kembali! Kemampuanku telah kembali! Kemampuanku telah kembali, woi!"

"Baiklah, baiklah, baiklah, Yui Li Gan." Tek Nau Lang berusaha menenangkan, "Jangan terlalu keras. Orang-orang di sini akan mendengar teriakmu lalu mereka menghampir. Tidak, aku tak mau itu terjadi. Nah, nah, nah, apa yang telah bisa kamu terawang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun