Mohon tunggu...
TaTaS
TaTaS Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Hanya ingin berbagi....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gayus dan Teori Kecoa

23 September 2015   11:24 Diperbarui: 23 September 2015   11:24 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="kecoa seratus ribu"][/caption]

Disebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di depan seorang wanita.
Si wanita ini langsung berteriak histeris, jijik, ketakutan dan dengan wajah yang panik serta suara gemetar dia berusaha menyingkirkan kecoa itu dari hadapannya. Reaksinya menular, sehingga semua orang yang berada dimeja yang sama, juga menjadi panik lalu ikut mencoba menghalau kecoa tersebut. Meja restoran jadi berantakan, beberapa piring dan gelas terjatuh dari meja tersebut. Untungnya si kecoa akhirnya bisa diusir dan terbang.
Kecoa yang terbang itupun lalu hinggap di pundak seorang wanita lain yang berada di meja yang tak jauh dari meja pertama. Kehebohan yang serupa terjadi di meja ke 2. Mendengar ada kegaduhan tersebut, seorang wanita pelayan restoran segera bergegas menghampiri meja ke-2 untuk mencari tahu masalah biang keributan itu. Dan tepat saat itu pula si kecoak terlempar lalu menempel dikemeja pelayan itu. Si pelayan ini cukup tenang dan mencoba mengamati perilaku kecoa itu. Ketika dia cukup percaya diri, ia segera meraih menangkap kecoa yang menempel di bajunya lalu melemparkannya keluar dari restoran. Dan restoranpun jadi tenang kembali.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah kemudian si kecoa itu yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka ?

Dari cerita diatas, saya teringat kehebohan beberapa hari yang lalu (atau mungkin masih berlanjut sampai saat ini) di Kompasiana karena foto dan artikel Gayus Tambunan (GT) yang muncul direstoran. Kehebohan tersebut menular dan tersebar sampai di media sosial online lalu kemudian jadi kehebohan terbuka saat salah satu televisi nasional mengangkat berita ini menjadi headline.

Seandainya GT di analogikan sebagai 'kecoa', apakah kemudian GT pantas disebut bertanggung jawab untuk perilaku heboh yang timbul akibat kehadirannya di area publik (restoran). 'Kehadirannya' direstoran yang kemudian dikonversi jadi cerita artikel lalu menularkan kehebohan dan memunculkan artikel-artikel klarifikasi. Belum selesai kehebohan yang ditimbulkan di 'meja' Kompasiana, 'si kecoa' ini sudah terbang ke facebook dan kemudian beritanya tampil dan mencoba membuat heboh di stasiun tv nasional.
Dan untuk mengatasi kehebohan yang mungkin bisa berlanjut, maka ada tindakan yang dilakukan terhadap 'kecoa' itu. GT akhirnya dibuang ke LP Gunung Sindur dan terancam tidak berhak mendapat remisi. Walaupun wacana tentang hak remisi untuk terpidana korupsi sendiri sebenarnya masih terjadi pro dan kontra.

Lalu apakah kita mestinya harus ikut panik, histeris dan heboh atau tidak ? Yang jelas bukan karena 'kecoa'-nya sebetulnya yang membuat panik, histeris dan heboh.

Bagaimanapun juga tampilannya, 'kecoa' adalah makhluk yang menjijikan, dan selamanya akan tetap seperti itu. Tidak akan bisa seketika si 'kecoa' berubah menjadi makhluk yang lucu, unyu-unyu dan menggemaskan. Masalah yang sudah timbul karena si 'kecoa', ya sudahlah....toh sudah jadi masalah. Disini kemudian kedewasaan K'ers dan masyarakat negeri ini kembali diuji. Akan menjadi masyarakat yang reaktif tapi tidak menyelesaikan masalah bahkan membuat kekacauan yang timbul jadi membesar. Atau memilih menjadi responsif dan merespon masalah yang sudah timbul dengan hati damai dan kepala dingin. Selanjutnya ya kita tinggal menunggu dan berharap kepada para pemangku kebijakan (semoga masih bijak) sebagai pengelola restoran ini agar masalah 'kecoa' ini tidak terulang atau setidaknya tidak seenaknya lepas berkeliaran dan jadi tontonan.

Salam Damai

 

gambar : ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun