Mohon tunggu...
TaTaS
TaTaS Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Hanya ingin berbagi....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Hujan dan Air Garam dalam Baskom

15 September 2015   15:41 Diperbarui: 15 September 2015   15:45 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam, Senin 14 Sept 2015, Bekasi dan sekitarnya dikabarkan sudah turun hujan. Di beberapa media online memberitakan, anugerah turunnya hujan tersebut terjadi berkat Shalat Istisqa yang digelar di alun-alun kota Bekasi pada hari Sabtu 12 Sept 2015. Sementara itu, beberapa hari sebelumnya, banyak broadcast baik melalui BBM, Whatsapp ataupun media komunikasi selular, yang berisi ajakan untuk membuat hujan buatan dengan cara meletakkan air dalam ember (baskom) dan ditambahkan garam dapur 1kg. Berbagai macam tanggapan dilontarkan di berbagai media sosial. Seperti biasa, ada yang mendukung dan ada yang menentang ide air garam dalam baskom tersebut.

Kalau dulu, waktu jaman aku kelas 1 SD, guruku menceritakan bahwa hujan terjadi akibat dari proses penguapan air laut yang kemudian membentuk awan selanjutnya awan tersebut terbawa angin dan menabrak gunung lalu terjadilah hujan. Air hujan ini kemudian mengalir melalui sungai dan mata air akhirnya kembali ke laut untuk kemudian diuapkan lagi dan menjadi hujan lagi. Itulah dongeng Siklus Hujan. Namun bagaimana jika air tersebut tidak pernah sampai lagi dilaut ? Apakah laut kemudian menjadi kering, terus tidak akan turun hujan lagi ? Nyatanya tidak, laut tidak pernah menjadi kering. Jadi apakah perlu kita meletakkan air garam dalam baskom untuk membantu proses terjadinya hujan ?

Silahkan saja kalau anda mau berbaik hati mencobanya. Hanya mungkin anda perlu membaca dulu penjelasan dari BPPT ini, bahwa hujan is not simple like that.

Jika kemudian terjadinya hujan tersebut dikaitkan dengan kepercayaan, dengan doa. Ya itu sah-sah saja, toh Tuhan Allah adalah Yang Maha Memberi. Mintalah maka kau akan diberi, ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu, demikian yang tertulis di kitab suci. Jadi seandainya kita mau meminta hujan, tinggal berdoa saja dengan sungguh-sungguh, bukan hal yang tidak mungkin kalau kemudian Tuhan benar-benar memberikan hujan. Tapi kalau setelah berdoa dan belum terjadi apa-apa, ya sabar aja, doa lagi dan lagi. Jangan terus ngambek tidak mau berdoa lagi. Lha emang Tuhan itu babumu, pembantumu, asisten rumah tanggamu, bawahanmu yang setiap permintaanmu berubah jadi perintah yang harus di laksanakan.

Kesimpulannya, apapun penyebab terjadinya hujan di Bekasi kemarin malam, kalau menurutku semua itu terjadi karena ndelalah. Koq ndelalah ada yang melakukan kegiatan meletakkan air garam dalam baskom, koq ndelalah hari sabtunya warga Bekasi melakukan Shalat Istisqa. Ya jadinya ndelalah, kalau dalam bahasa Jawa, ndelalah adalah kepanjangan dari kendel'e Allah (kehendak Allah). Hanya saja yang pasti, hujan turun tidak hanya di Bekasi saja, tapi di beberapa tempat di Jakarta, Karawang, Bekasi Kabupaten dan Bekasi Kota. Itulah yang perlu disyukuri. Jadi jangan egois ya, hanya berdoa untuk meminta Tuhan menurunkan hujan saja lalu setelah itu lupa berterima kasih.

Ayo berdoa lagi....Terima kasih sama Tuhan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun