Pemikiran Barat terhadap Al-Quran telah mengalami berbagai macam klasifikasi dan pendekatan sepanjang sejarah. Berikut adalah beberapa klasifikasi pemikiran Barat terhadap Al-Quran yang dapat dijelaskan lebih lanjut:
Orientalisme Klasik
Munculnya Orientalisme muncul dari perang antara dunia Barat (Kristen abad pertengahan) dan dunia Timur. Hal ini disebabkan banyak perbedaan ideologi dan agama. Alasan perang persisnya adalah gesekan politik dan agama antara Palestina dan Kristen Barat Islam pada masa pemerintahan Nur ad-Din Zanki dan Saladin Al-Ayubi. Tujuan dasar para pemimpin Barat adalah menghancurkan Islam secara ideologis dalam kajian isu-isu Islam. Misi para orientalis meragukan otentisitas Al-Qur'an untuk menemukan sisi non-aslinya. Namun, upaya untuk membuat Al-Qur'an mempertanyakan kredibilitas Al-Qur'an gagal. Mengingat pandangan Barat terhadap Al-Qur'an berbeda, hal ini dikarenakan hubungan Islam dan Barat tidak selalu bermusuhan, melainkan berbenturan.
Kritik Tekstual
Ada pandangan yang berifat skeptic atau kurang percaya terhaap Islam dan Al-Qur'an bahwa keduanya hanyalah sebuah dokumen tiruan yang sudah dibuat-buat atau diedit oleh Nabi Muhammad dan hanya atas sepengetahuan Nabi tentang Kristen dan Yahudi. Kemudian daripada itu juga terdapat banyak ajaran dalam Al-Qur'an yang berkaitan tentang tradisi Kristen dan Yahudi, baik adopsi sebagian, memodifikasi sebagian, atau menolaknya, dengan satu budaya, menunjukkan adanya hubungan lintas budaya antar budaya yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak heran jika orang Kristen dan Yahudi tertarik untuk mempelajari Al-Qur'an sejak awal.
Penafsiran Historis dan Komparatif Agama
Awalnya Kedamaiannya terasa begitu hangat sebagai akibatnya saling bertukar pikiran tentang keilmuan, apalagi pada masa ini jua mulai timbul perpustakaan menggunakan ribuan kitab atau buku karya ilmuan. Ketika masuk dalam abad ke 11-13 M, mulai terjadi Perang salib (1095-1291), Pada era ini Kristen & Yahudi merasa tersaingi menggunakan pamor islam yg sudah terkenal diseluruh dunia. Maka umat Yahudi & Nasrani mencoba buat mengompori supaya islam bisa keluar berdasarkan Eropa. Historisisme memandang bahwa suatu entitas, baik berupa institusi, nilai-nilai maupun agama adalah berasal dari lingkungan fisik, sosio-kultural dan sosio-religius tempat entitas itu muncul. Dalam pandangan Fuck-Frankfurt, diterapkannya perangkat historisisme dalam studi al-Qur'an telah mendorong orientalis Barat mengasalkan al-Qur'an dari pengaruh kitab suci dan tradisi Yahudi-Kristen
Kritik Filosofis
Cara pandang Barat terhadap Al-Qur'an majemuk maka sebagai karena rekanan antara keduanya Islam dan Barat selalu berseteru, namun saling kali juga bertemu. Pengkajian Al-Qur'an, bukan hanya dimaksudkan agar mengungkap dimensi-dimensi tersembunyi yang selama ini tidak terpikirkan oleh umat Islam, akan tetapi adalah bekal intelektual agar mengerti kitab suci yang sampai hari ini terus sebagai asal wangsit hukum dan moral kaum Muslim. Dalam konteks inilah semestinya kita merespon khazanan orientalisme. Penelitian mereka mengenai Al-Qur'an adalah bekal yang amat berharga bagi kita buat membicarakan rahasia masa-masa permulaan sejarah Islam.
Klasifikasi pemikiran Barat terhadap Al-Quran dapat dibagi lagi menjadi beberapa pendekatan, mulai dari yang bersifat akademis, historis, filologis, hingga yang lebih kontroversial seperti yang berkaitan dengan orientalisme dan Islamophobia. Ini mencakup studi akademis tentang bahasa, sejarah, struktur, dan konteks budaya Al-Quran, serta interpretasi dan penafsiran kontemporer oleh cendekiawan Barat. Beberapa pendekatan juga mencakup analisis literatur, retorika, dan kontribusi Al-Quran terhadap perkembangan sosial dan politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H