Mohon tunggu...
tata pramesti indwi putri
tata pramesti indwi putri Mohon Tunggu... Lainnya - sma

siswi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Korban Bullying

27 November 2023   13:21 Diperbarui: 27 November 2023   13:28 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Lana, seorang perempuan cupu di kelas. Ia selalu menjadi bahan olokan sejak masuk sekolah. Tampangnya yang cupu, penakut, dan pecundang menjadi sasaran empuk para anak-anak tak beradab yang merasa dirinya lebih hebat dari yang lain. Lana memang bukan berasal dari keluarga cemara dengan ekonomi yang mapan. Oleh karena itu, Lana tidak pernah melawan teman-teman yang membullynya selama ini. Lana tidak pernah menceritakan perundungan yang ia dapat selama ini kepada ibunya. Ia selalu diam.

"ini demi ibu" tuturnya.

"Drett.."Suara pintu kayu bergeser.

"Bu, lana pulang." ucap Lana.

            Ibu yang sedang berbaring sakit di kasur berusaha menyambut kedatangan Lana.

"Oh, lana kamu sudah pulang nak."

            Tiba-tiba ibu hampir saja terjatuh dari kasur, untung saja lana sigap memegang ibunya.

"Ibu, sudah Lana bilang jangan dipaksakan. Ibu kan sedang sakit. Ayo istirahat saja, biar Lana siapkan makan malam ya bu. Hari ini Lana dapat rezeki dari buk Dina tetangga kita."

            Lana pun bergegas ke dapur untuk membuat makan malam untuk ibunya. Sembari memasak, tanpa sadar air mata Lana menetes. Ya, Lana menangis melihat bagaimana hidupnya sekarang, ia memandangi tangan nya yang penuh memar dikarenakan perundungan yang ia dapat di sekolah, lalu ia pandang lauk sayur daun ubi sederhana yang ia masak untuk ibunya "Oh ibu, Lana berjanji lana akan membuat ibu bahagia, Lana akan berusaha yang terbaik untuk kita." Ucapnya di dalam hati.

            Keesokan harinya, Lana pergi sekolah seperti biasanya. Namun tiba-tiba.

"Hei anak miskin!" teriak Dinda si anak terpopuler disekolah.

            Lana mengacuhkan panggilan yang ditujukan padanya, ia tidak mau dirundung lagi. Ia sudah berjanji untuk bisa fokus terhadap masa depannya. Lana harus kuat. Dinda yang tidak terima di acuhkan pun menarik rambut Lana kuat .

"HEH LO BERANI CUEKIN GUE YA SEKARANG?!" teriak Dinda.

            Semua sorot mata tertuju kepada mereka berdua. Lana berteriak kesakitan, ia berusaha melepaskan tangan Dinda yang menarik rambutnya kuat.

"Din lepasin, sakit." Ucap Lana sambil meringis kesakitan.

"INI AKIBAT LO NGANGGAP GUE ENTENG YA." Ucap Dinda.

            Dengan amarah yang menggebu-gebu ditariknya Lana ke gedung belakang sekolah. Tidak ada yang berani melawan Dinda, semuanya diam dan menganggap yang terjadi barusan adalah angin lalu. Suara gaduh memenuhi Gedung belakang sekolah. Dinda dan geng nya merundung Lana secara fisik untuk yang kesekian kalinya. Dinda tertawa lega melihat Lana tersiksa.Lalu, di pegangnya wajah Lana dengan kasar.

"Sekarang, masih berani lawan gue?" Tanya Dinda dengan sombong.

            Dinda pun pergi meninggalkan Lana sendirian di gedung belakang sekolah. Tanpa Dinda sadari, perbuatan perundungan yang ia lakukan sedang di rekam oleh Lana. Ya, Lana sudah muak selalu diam menerima perundungan ini. Video yang ia rekam pun segera ia kirim ke media sosial. Untung saja netizen bersimpati kepada Lana yang menjadi korban bullying. Pihak sekolah yang mengetahui hal tersebut pun langsung mengeluarkan Dinda dari sekolah karena menjadi pelaku pembullyan. Lana masih ingat betul perkataan Dinda sebelum keluar dari sekolah.

"Lo bakalan ngerasain apa yang gue rasain sekarang! Dasar anak gatau diuntung!" ketus Dinda."

"Iya, lo bakalan rasain apa yang gue rasain selama ini." Jawab Lana dengan tenang.

            Lana tidak peduli dengan apa yang Dinda katakan. Lana berusaha untuk menyayangi dirinya sendiri. Kini, Lana sudah mulai memberanikan diri untuk kembali bersosialisasi dengan teman-teman yang lain. Lana menjadi lebih ceria dan berprestasi. Lana bahkan menjadi panutan bagi teman-temannya yang lain untuk dapat melawan tindakan pembullyan yang mereka dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun