Serba Serbi KAI Masa Kini: Sang Lokomotif Penggerak Ekonomi

Saya tidak terlalu memperhatikan di stasiun lain. Namun yang pasti, Stasiun Purwosari (Solo), Stasiun Madiun, juga Stasiun Gubeng Baru menyediakan area bermain anak.

Area ini sangat membantu ketika orang tua memiliki anak kecil yang rewel tetapi boarding kereta masih lama, padahal sudah di area stasiun. Saya pribadi mengapresiasi penyediaan fasilitas ini. Karena keponakan saya yang biasanya lari-lari bisa diarahkan ke area ini.

Dua krucil keponakan saya menikmati area bermain anak [Dokpri]

Kedua, setiap armada kereta memiliki keunikannya masing-masing. Misal KA Kertajaya menjadi kereta terpanjang di Indonesia. Seingat saya ada 16 atau 18 gerbong. Sementara kereta api lokal Surabaya-St. Indro Gresik ini hanya dirangkai beberapa gerbong saja. Plus dari St. Pasar Turi tiketnya hanya 5 ribu.

Stasiun-stasiun lama yang kembali dihidupkan akan berdampak baik pada KAI juga masyarakat. [Dokpri]

Entah kereta wisata atau luxury generasi awal, di pertengahan 2019 saya menaiki gerbong yang bergandengan dengan Argo Wilis. Di kereta ini, kita bisa menikmati film sepanjang perjalanan. Seperti di pesawat, petunjuk keselamatan juga tersedia di kantong-kantong kursi kereta.

Leg-room-nya sangat luas [Dokpri]

Ide pemasangan kontak kondektur di setiap gerbong sangat membantu penumpang jika ada keluhan. 

Kabin Kereta api Argo Dwipangga [Dokpri]

Kereta api bandara, walau occupancy-nya rendah tetap berangkat sesuai jadwal. Sesekali kereta ini dimanfaatkan anak-anak PAUD/TK untuk menjajal naik kereta.

KA BIAS hanya 7 ribu dari St. Balapan ke bandara [Dokpri]

Bagasi kabin berfungsi dengan baik. Jika barang sudah ditaruh di atas, ruang kaki lebih lega.