Jangan uninstall aplikasi ini dan itu, kalau gak pernah tahu perjuangan mbangun startup seperti apa. Jangan bahas unicorn, decacorn kalau gak bisa menghargai misi mulia anak bangsa.
Dua hari lalu, Mbak Nurul, Kompasianer Surabaya mengirimkan sebuah link instagram melalui WA. "Dek, besok ada acara?" Kalimat bernada tanya itu diikuti sebuah link. Gak ada mbak, jawabku sembari mengklik, apa isi link itu. Ternyata sebuah flyer tentang acara Melek Fintech bersama TunaiKita. Kubaca, kuperhatikan sekilas, ada dua orang pembicara. Wakil Walikota Surabaya, Bapak Whisnu dan Direktur TunaiKita, Andry Huzain.
"Dia alumni ITS, dan sekarang jadi COO di TunaiKita. Dateng yok!" Ajak Mbak Nurul malam itu. Saya yang selalu penasaran dengan ilmu baru jelas tertarik. Selain juga penasaran sama kiprah alumni ITS, kampus yang juga 'mengandung' saya selama ini. Oke mba, aku ikut deh! Begitu pesan yang saya kirim ke Mbak Nurul.
TunaiKita? Aplikasi yang Lahir di CoWorking
Beberapa hari yang lalu, kita sempat mendengar --dengan hebohnya pembahasan mengenai unicorn. Well, abaikan dulu. Di dunia startup, Indonesia sebenarnya sudah memiliki begitu banyak startup. Dan bidangnya pun macam-macam. Ada yang dibidang jasa sosial, ada yang dibidang peternakan, ada yang dibidang tanaman pangan, ada buanyak sekali. Termasuk salah satunya adalah TunaiKita. Aplikasi di bidang teknologi finansial. Bahasa kerennya Fintech, singkatan dari Finacial Technology.
TunaiKita pertama kali digagas awal Januari 2017. Menurut saya, inspirasi pembuatan TunaiKita ini mulia sekali. So, Mas Andry menginginkan orang Indonesia tidak ada yang terjebak rentenir. Rentenir yang ngasih bunga sekenanya. Paman beliau kebetulan mengalami hal tersebut. Dan setelah mendengar cerita sang paman, Mas Andry bertekad, gimana caranya saya bisa membantu banyak masyarakat Indonesia.
"Kalau paman saya mungkin gampang, saya cuma tinggal melunasi uang yang diminta si rentenir, masalahnya, banyak orang Indonesia yang terjerat, makanya saya membuat aplikasi ini." Akunya saat kami bertatap muka di sebuah hotel di Surabaya.
Kerja berjam-jam untuk menelurkan sebuah startup TunaiKita. Dan for your information, TunaiKita dilahirkan dari cowroking. Mereka belum punya kantor sebelumnya. Dalam waktu yang cukup singkat, ditelurkan sebuah perusahaan teknologi yang menggabungkan prinsip-prinsip finansial, teknologi mobile, big data dan machine learning.
Kini, TunaiKita sudah memiliki 2 kantor di Jakarta juga Tangerang Selatan, dan 5 kantor di luar Jakarta. Selain itu, TunaiKita sudah memiliki 320 lebih karyawan. Ini tentu kabar gembira bagi para pemula start-up. Jangan hanya terpaku pada unicorn, decacorn, coba lihat dulu perjuangan ngembangin start-up dari nol.
TunaiKita diawasi OJK
Ini yang perlu diketahui masyarakat. Sebagai penyelenggara I2P, TunaiKita kerjasama dengan bank dan perusahaan multi-finance untuk mempermudah akses konsumen mendapatkan kredit tanpa agunan dengan sistem underwriting yang mampu menurunkan resiko kredit macet hingga 70%. Dan yaaaaa, TunaiKita sudah terdaftar di OJK. Tak hanya itu, TunaiKita juga sudah mendapat Sertifikat ISO 27001. So, bisa dipastikan TunaiKita adalah perusahaan teknologi finansial yang aman dan terpercaya di Indonesia.
Kini, TunaiKita bisa digunakan oleh masyarakat seluruh Indonesia. Pinjaman yang bisa diajukan antara range 500K hingga 20JT dengan tenor 10 hari hingga 6 bulan. Informasinya, pengajuan TunaiKita hanya menggunakan KTP dan NPWP. Data pelangganpun juga terjamin privasinya. Mereka benar menerapkan regulasi POJK Nomor 77/POJK.01/2016.
Tips Meminjam Uang di Fintech
"Maaf ya, kami mahal, karena resikonya memang besar," ungkapnya. Beliau memberikan tips, kalau memang terpaksa harus meminjam, maka pertama kali meminjamlah pada teman juga keluarga. Kalau memang tidak memungkinkan, kedua pinjamlah ke Pegadaian. Mengapa pegadaian? Karena ya tahu sendiri gimana prinsipnya pegadaian kan? Ketiga, pinjam ke lembaga keuangan dan bank yang berada di sekitar kita. Kalau ketiganya tidak dapat dilakukan lagi. Maka pilihan keempat, silakan dijatuhkan pada Fintech Lending, alias pinjaman online.
Ini menariknya TunaiKita. Mereka bukan hanya sekedar fintech yang memberikan inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia, namun juga mengajak para masyarakat untuk cerdas dalam proses pinjam meminjam. Terlebih meminjam online. Menurut mas Andry, kita konsumtif boleh-boleh saja, namun jangan untuk kebutuhan sehari-hari. Meminjamlah untuk kebutuhan bisnis, atau kebutuhan yang bisa membuat produktif.
--
Hmm saya pribadi belum pernah pinjam meminjam secara online. Karena memang merasa belum membutuhkan meminjam uang pada fintech. Nah, kalau teman-teman memang merasa membutuhkan pinjaman, untuk mengembangkan usaha, sah-sah saja untuk meminjam di aplikasi pinjaman online seperti TunaiKita ini. Tapi kalau memang tidak perlu-perlu banget, yaa tidak perlu meminjam, kan? : )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H