Kita tentu tidak mengharapkan hal tersebut terjadi. Maka urgent bagi kita untuk ikut meminimalisir terjadinya cyber bullying. Pertanyaannya, apa yang perlu diupayakan untuk memutus rantai cyber bullying ini?
Strategi yang tepat harus didasarkan pada akar masalah yang tepat. Sehingga untuk dapat meminimalisir cyber bullying kita perlu mengetahui, faktor apa yang mempengaruhi pelaku dapat melakukan cyber bullying?
Marleni (2016) mengutip pendapat Khatrin, Schwartz, Shields dan Cicchetti bahwa keterlibatan pelaku dalam bullying berkaitan dengan prediktor keluarga. Lebih detail, Nur Maya (2014) menuliskan alasan tindakan cyber bullying yang terjadi di kalangan remaja salah satunya adalah karena kurangnya perhatian orang tua.
Keluarga, utamanya orangtua memang memiliki peranan yang vital terhadap perkembangan psikologis anak. Bila secara psikologis anak dalam keadaan baik-baik saja, maka kemungkinan anak melakukan bullying sangatlah kecil. Sebaliknya, bila faktor keluarga ini membayangi psikologis anak untuk melakukan hal-hal yang buruk, anak rentan menjadi pelaku cyber bullying. Dari sini kita tahu bahwa orang tua menjadi benteng pertama bagi sang anak untuk tidak melakukan bullying.Â
Hal senada juga disimpulkan dalam penelitian yang dipublikasikan Jurnal ComTech Vol.6, 2015 bahwa peran orangtua, sekolah, universitas, dan masyarakat dapat membantu menekan/mencegah kemungkinan terjadinya cyber bullying. Tanggung jawab ini diberikan kepada orangtua untuk membimbing anak-anaknya (Insp. Kimberly Gonzales).
Peran Orangtua Dalam Memutus Rantai Cyber Bullying Anak
Banyak pendapat mengatakan komunikasi antar anak dengan orang dewasa menjadi salah satu signal yang baik untuk mencegah anak-anak mengalami kesalahan dalam berperilaku saat menggunakan teknologi (online).
"If we can get kids to be thoughtful about making decisions about what they post online then we've done a good job as parents and educators."
~Jon Mattleman, Director Needham Youth Services, Massachusetts
Seperti yang disampaikan Jon Mattleman tersebut, bila orang tua dapat mengajarkan anak untuk berfikir ulang dan lebih hati-hati dalam posting teks, gambar atau apapun via online, maka hal tersebut patut dihargai sebagai sesuatu yang baik.Â