Beliau bercerita bahwa di Timur Tengah, anak-anak dengan kaki satu banyak sekali jumlahnya. Bahkan, saat beliau ke Lebanon, beliau mengunjungi sebuah pengungsian warga Palestina. Pengungsian tersebut sudah ada dari tahun 1967.Â
Warga pengungsi juga sudah memiliki banyak keturunan di daerah pengungsian. Beranak-pinak disana. Namun, kondisi daerah tersebut tidak berubah menjadi lebih baik. Masih tetap sama, barak-barak pengungsian yang kumuh dan sarat akan was-was perang. Padahal jika dihitung dalam satuan tahun, sudah puluhan tahun daerah tersebut dihuni para pengungsi.
Bagi saya, pengalaman beliau menjadi tenaga medis di negara rawan perang adalah prestasi tersendiri. Saya bila diposisi beliau belum tentu sanggup untuk melakukannya. Tapi beliau dengan siap dan sigap menunaikan tugas mulia itu. Ketika satu dari kami bertanya, "Ummi gak takut kesana?"Â
Dengan santainya beliau bilang, "Perang gak perang, kalau memang waktunya mati juga mati." Singkat, simple tapi sungguh benar adanya. Setiap orang akan mengalami fase mati, tanpa ke medan perang sekalipun. Super salut untuk beliau. Sudah setinggi itu pemahaman beliau akan dunia kemanusiaan.
Bahkan beliau juga menjadi pembina yayasan Dompet Qur'an Amanah serta Ketua Yayasan Harapan Muslimah. Kalau iri itu diperbolehkan, saya akan sangat iri dengan aktivitas beliau yang seabreg tetapi tetap fit dan bergerak tanpa beban.
Dari pertemuan kemarin, saya juga diberi tahu bahwa beliau adalah Kader PKS. Iya betul, partai keadilan sejahtera. Bahkan, beliau didapuk menjadi salah satu calon legislatif Dapil Surabaya-Sidoarjo untuk Komisi 9 DPR RI. Kabarnya, beliau membawa visi menuju kualitas kesehatan Indonesia yang lebih baik, dengan titik berat ke terbentuknya keluarga Indonesia yang lebih kuat.
Sebagai tenaga medis, baliau juga concern dengan kesejahteraan tenaga kesehatan dan pendidikan kesehatan. Beliau juga menyoroti tentang kurangnya UU BPJS. Bukan, bukan tidak setuju. Beliau setuju dengan BPJS, karena menurut beliau, setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Namun ada poin-poin yang beliau rasa perlu diperbaiki. Karena dengan pengalaman keprofesiannya selama ini, beliau menjadi saksi betapa ganjalan dalam pelaksanaan UU BPJS itu masih ada.
Menariknya, walaupun aktivitasnya sangat padat, dr. Iswi selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama keluarganya. Bahkan menemani sang cucu bermain juga menjadi salah satu agenda wajib penyuka olahraga ini.
Semoga, suatu saat nanti, saya juga bisa berkontribusi seperti dr.Iswiyanti Widyawati.