Mohon tunggu...
Tatan Tawami
Tatan Tawami Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Pemula

Belajar menulis untuk mengekspresikan ide dan membahasakan citra mental

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segitiga Kania

12 September 2022   10:27 Diperbarui: 12 September 2022   10:56 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ENAM

Kesibukan Jaka di kantornya kini bertambah, selain sebagai chief editor kini dia harus sambil menginisiasi layanan baru di kantornya, Divisi Penerjemahan. Pembentukan divisi ini baginya memakan banyak waktu dan pikiran karena selain membuat rencana bisnis dia juga harus mencari para penerjemah andal. 

Teman-teman semasa kuliahnya setahu dia tak banyak yang menjadi penerjemah, dia tahu cuma kualitas Kania yang sejak kuliah pun sudah menjadi penerjemah. Iya, Kania lagi, seolah dunianya selalu berputar di sana, saat berusaha keras untuk tidak mengingatnya, hidup selalu seolah menuntun pada ingatan tentangnya. Semesta seperti tidak suka kalau Jaka menafikan Kania.  

"Biarlah untuk urusan penerjemah saya akan minta HRD mencarikan dan saya tinggal wawancara saja nanti" pikirnya di tengah keterbatasannya dalam bekerja. Lelah dengan rencana bisnis yang belum selesai, dia beristirahat. "Bagaimana kabar Kania sekarang, sepertinya dia tak pernah pulang, tidak juga punya jejak digital yang bisa ditelusuri" 

Begitulah pikiran Jaka ketika ingatan tentang Kania tiba-tiba datang, selalu begitu. Dia habiskan puluhan menit untuk mencari jejak digital Kania tapi tak pernah menemukannya dan selalu terhenti ketika dia berpikir bahwa mungkin Kania tidak memiliki sosial media atau memang mungkin tidak ingin diketahui. 

Sama seperti dirinya yang menggunakan media sosial hanya untuk mencari berita-berita terbaru saja bukan untuk kehidupan sosialnya di dunia maya. Jadi sepertinya bagi mereka saling mencari dalam dunia digital adalah buang-buang waktu saja meski tetap saja mereka saling melakukannya. 

Berita lowongan pekerjaan pun dibuat dan disebar dalam berbagai platform, salah satunya adalah dalam bentuk digital yaitu dengan menyebarkan lewat berbagai media sosial. Teks dalam lowongan kerja itu pendek saja "urgently required: english-indonesia translators vv. freelance and full time are welcome for interview at Gapura Pustaka, 25 July 2023; 9 am to 15 pm". 

Lowongan ini sengaja dibuat seterbuka mungkin dan menerima semua pelamar untuk diwawancara guna melihat semua potensi yang bisa diperoleh. Penerjemah lepas akan dibutuhkan pengalamannya, sementara penerjemah penuh akan dibutuhkan untuk mengurusi teknis dan administrasi bidang penerjemahan.

***

Hari keempat Kania di Bandung masih berkutat dengan mengumpulkan keberanian untuk berkunjung ke rumah Jaka, namun keberanian itu tak pernah sempurna. "Lupakan saja, lain kali saja, biar Allah yang mengatur pertemuan kita entah sempurna atau tidak" gumamnya penuh yakin, ragu untuk menemuinya dalam waktu yang segera. Masih terlalu banyak yang menjadi beban pikirannya.

Ibunya meminta dia untuk mencari pekerjaan di Bandung saja agar bisa bersama dengan keluarga, namun di sisi lain meninggalkan klien-kliennya tentu adalah sebuah masalah besar karena sebagian besarnya sudah terikat kontrak kerja hingga tahun 2025. 

Kania mungkin bisa mengurangi kegiatan kejurubahasaannya menjadi hanya 3 hari dalam satu minggu dan lebih banyak meluangkan waktu di Bandung setiap akhir pekan demi menemani ibunya sekaligus beradaptasi dengan rencana kepindahan permanennya ke Bandung. 

Penghasilan Kania sebagai juru bahasa digunakannya untuk membeli rumah di kompleks Lugina Green Hill di daerah bawah rumahnya sekarang, tidak jauh ke rumahnya dan tidak jauh pula untuk akses ke kota.

Oleh karena itu pula, Kania mulai mempersiapkan diri untuk mencari pekerjaan sebagai penerjemah lepas di Bandung. Sambil bersantai sore dan berbincang dengan ibu serta adik lelakinya di teras depan rumah, Kania membuka akun Instagramnya yang sudah lama tidak diperiksanya. 

Melihat ada banyak notifikasi pemintaan pertemanan yang entah berapa lama diabaikannya. Dia kemudian meluncur pada kolom pencarian dan seolah terkabul doanya karena membaca iklan lowongan pekerjaan penerjemah di salah satu penerbit ternama pula; "urgently required: english-indonesia translators vv. freelance and full time are welcome for interview at Gapura Pustaka, 25 July 2023; 9 am to 15 pm". 

"Hari sabtu ini" gumamnya sambil membuat rencana kasar untuk datang sebelum kembali ke Ibu Kota besok paginya. Namun, ada yang sangat mengganggu pikirannya ketika di beberapa kolom di bawah iklan ini dia melihat sebuah foto yang tampaknya dia kenal.

***

Berdebar dan penasaran, Kania membuka gambar tersebut dan diam seketika. Lama tanpa bersuara hanya debaran yang dirasakannya. Pikirannya melayang pada semua masa ketika hidupnya bertemu dengan orang yang dia lihat di foto ini. Kilasan kejadian berseliweran dengan cepat di kepalanya hingga ia tak sadar sudah sedemikian lama terpaku menatap gambar tersebut hingga sebuah suara menyadarkannya disertai pelukan ke lehernya dari arah belakang.

"Teteeeh,...." Rara, adik perempuannya yang menyengaja pulang dari tempat kos-nya di Cikuda untuk berakhir pekan dengan kakaknya memeluknya tiba-tiba dengan penuh gembira karena setelah sekian lama akhirnya bisa berjumpa dengan kakak kebanggaannya. Kania kaget bercampur sedih. 

Sedih karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, kaget karena tidak siap dengan apa yang datang padanya di saat melamun. Mata Kania tengah berkaca-kaca, tanpa melihat adiknya yang baru datang lantas berlari ke kamarnya. 

Berpapasan dengan ayahnya di ruang tengah, dia hanya menatapnya penuh amarah lalu memalingkan muka, terus berlari, membanting pintu. Semua terperangah dan bingung dibuatnya. Adik perempuannya merasa amat bersalah karena merasa telah menyakiti kakaknya, namun ibunya menjelaskan bahwa mungkin kakaknya teringat sesuatu yang tidak disukainya. Ayahnya dibuat menerka-nerka, ada apa?

Sore itu berlalu menjadi malam namun Kania belum juga keluar kamarnya. Semua anggota keluarga tidak berani untuk bertanya karena kamarnya pun dikuncinya. Kania memang punya cara sendiri menyelesaikan masalah yang mengguncang emosinya, terakhir kali dia seperti ini adalah ketika beranjak SMA, saat dia tahu bahwa ayahnya ternyata memiliki istri selain ibunya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun