Mohon tunggu...
Tatank
Tatank Mohon Tunggu... swasta -

Saya adalah lelaki yang sedikit nakal, namun baik hati. Tapi anda tak perlu percaya sepenuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cara Licik Lelaki Menguasai Perempuan

8 Juni 2014   18:41 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:42 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_327936" align="aligncenter" width="612" caption="http://4.bp.blogspot.com/"][/caption]

Bagiku perempuan adalah mahluk halus pemilik ruang misteri. Sedekat apapun dia, kubiarkan dirinya dengan sebagian misterinya itu. Tak ingin sekalipun aku kuasai. Apalagi menjadikannya serupa dengan mimpiku. Sebuah misteri hanyalah milik misteri, selalu tak bertuan pada ruang dan waktu.

Misteri perempuan itu adalah sebuah selang jarak yang jauh antara bibir dan hati, antara sentuhan dan tatapan, antara airmata dan air birahi. Di selang jarak itulah tempat aku bermain dengan sukacita, sambil menyembunyikan taring kelelakianku. Saat aku tersenyum, taring itu terbungkus rapi, seperti pemanis senyum dewa impiannya.

[caption id="attachment_327938" align="aligncenter" width="581" caption="http://4.bp.blogspot.com/-czLxkxlNhSg/T31UY5Ahp5I/AAAAAAAAAHY/QAZRNxNypGI/s1600/i-see-the-world1.jpg"]

1402170596235710673
1402170596235710673
[/caption]

Aku hanya duduk disampingnya, selama yang dia mau dan sekuat dia tahan aku disitu. Kalaupun tiba-tiba petir menggelegar yang keluar dari tubuhnya dan aku terusir dari dudukku, aku akan pergi dengan senyum dan langkah perlahan. Karena aku tahu, sekian sekon aku beranjak, hatinya akan memanggilku.

Terpenting yang kulakukan hanyalah mendengarkan, mendengarkan dan mendengarkan setiap suara yang muncul dari ruang misterinya itu. Aku selalu berada di segala penjuru batas pintu terluarnya, tanpa perlu aku menatap ke dalam. Kalaupun telingaku tersumbat dan tuli, dia tak akan pernah tahu. Aku toh bisa mengangguk menyambut setiap kata dan air matanya.

Perempuan tak ingin ditatap, ia hanya ingin didengar. Tanpa perlu ku ukur berapa megaherzt gelombang suaranya ; apakah berteriak, menangis atau melenguh...!

Karena bagiku, ketiganya adalah kenikmatan bagi kelaki-lakianku yang tak pernah bisa mereka selami. Disitulah kebangsatan kelelakianku sesungguhnya bertahta dengan penuh kesombongan tersembunyi.

Tahukah kau wahai perempuan?

[caption id="attachment_327939" align="aligncenter" width="627" caption="http://sphotos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/428339_505184852855397_1586271791_n.jpg"]

1402170659361269408
1402170659361269408
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun