Mohon tunggu...
Kasmiati S
Kasmiati S Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tidak Percaya Retorika namun tunduk pada integritas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tan Malaka Tidak Mati

10 Februari 2014   12:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:59 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada suatu malam ketika saya chat dengan seorangteman dan kami kehabisan tema dalam pembicaraan, dan ia masih mengajak mengobrol lalu kuputuskan untuk membicarakan saja mengenai sosok Tan Malaka (selanjutnya kusingkat TM), tepatnya saya meminta dia menceritakan pendapatnya tentang TM. Keinginan menanyakanTM sebenarnya berawal ketika saya berniat menulis blog tentang Hatta ataupun Cut Nyak Dien sehingga pada siangharinya saya mengunjungi perpus dan mencari beberapa referensi mengenai kedua Tokoh ini , salah satunya saya menemukan buku dengan judul jejak-jejak pahlawan yang menceritakan sejarah singkat tentang pahlawan Indonesia tapi saya tidak menemukan nama TM dalam buku tersebut, semenatara jauh sebelumnya saya perna membaca artikel tentangnya yang menyatakan bahwa TM merupakan salah satu pahlawan nasional hal ini kemudian menggugah saya untuk mengetahui lebih mendalam sejarah kehidupanya. Dan olalaaa teman chat saya membaca banyak mengenai TM, komentar pertamanya adalah bahwa “ TM militansinya tanpa batas”, demikian teman sayabermula menceritakan mengenai TM kepada saya lalu menginformasikan bahwa TM telah menulis mengenai naar de republika jauh sebelum soekarno dan Hatta menulis tentang Indonesia, sehingga sebenarnya TM itu merupakan Bapak Republik,

Dan Hafftanpa di duga beberapa hari setelah chat itu berlansung Sosok TM tiba-tiba banyak di perbincangkan di berbagai media dan oleh berbagai kalangan terkait dengan pembatalan dan pembubaran diskusi buku yang ditulis oleh Harry A.Poeze dengan judul “ Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan revolusi Indonesia”. Buku ini menceritakan sejarah hidup Tm juga mengenai kematianya tapi benar kiranya kalimat yang pernah di ucapkan TM “ bahwa ingatlah dari alam kubur suara saya akan lebih keras dari pada diatas bumi” . ketika sebuah buku menkonfirmasi mengenai bagaimana kematiananya, sekalligus menegaskan bahwa ia telah tiada namun yang terjadimalah ia dengan seluruh sosoknya seperti hidup kembali, seketika orang-orang membicarakan tentang dirinya. Sejarah hidupnya kembali di bicarakan , kini tidak hanya kalangan dan kelompok tertentu yang telah mengenal lebih awal mengenai dirinya tapi orang-orang awampun mulai membaca dan mencari tau tentang siap sebebenarnya TM, danbagaimana perananya dalam pembentukan Indonesia merdeka.

Namun sejatinya Sosok TM memang tak pernah mati sejak dulu hingga kini karyanya terus dibaca, demikianlah bahwa yang menulis akan abadi, TM melalui berbagai karya tulisnya menunjukkan kematangan dan kemapanan intelektualnya. Meski oleh rezim namanya dihapuskan dari daftar buku sejarah,sehingga banyak kalangan kemudian yang tidak menyukainyakarena hanya tau bahwa ia adalah seorang kiri juga komunis, tapi satu yang pasti bahwa ia bukan seorang koruptor . TM merupakan Tokoh penting bagi bangsa Indonesia sosok yang sederhana dalam hidupnya, jeli dalam mengatur startegi dan melaksanakan taktik, menguasai berbagai ilmu pengetahuan, sungguh TM pemuda yang berpikir melampaui zamanya maka tak salah jika Ia di anggap sebagai seorang yang ahli dalam bidang revolusi, Ia tak hanya berpikir tapi juga bergerak, dan melalukan kerja nyata.

Setelah menyelesaikan studinya di Belanda dan kembali di Indonesia ditanah kelahiranya pulau Sumatra, Iamulai bekerja sembari mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Deli, namun suatu hari ia meninggalkan pekerjaanya dan pergi ke Jawa disana ia mulai fokus melakukan kerja-kerja politiknya namun tetap juga mendidik anak-anak pribumi dengan mendirikan sekolah, jelas sekali bahwa TM adalah sosok yang peduli akan pendidikan. Sulit mencari sosok yang melampaui dirinya dalam menjadi seorang aktvist, teman chat saya menceritakan bahwa perjuangan TM itu tanpa batas, dan baginya berjuang itu mesti meninggalkan semua hal yang “matrial” termaksud istri.Namun TM tidak hanya sebagai seorang aktivis Ia adalah seorang akademisi yang sangat mumpuni, tulisan dan karyanya melampaui akdemisi murni pada umumnya. memahami akan agamanya (islam) dengan mendalam sebagaimanadi kabarkan bahwa selama studinya di Belanda ia berkomuniaksi dengan ayahnya melalui apa yang di sebut dengan tarekat, atau seeprti yang dapat dilansir di beberapa tulisan bahwa TM menamatkan membacakitab suci Al’quran dan juga memiliki kemapuan menafsirkanya sejak beliau masih belia. dan sebagai seorang Indonesia TM memplajari budaya Indonesia dengan baik bahkan ia belajar pencak silat traidisi asli Indonesia yang tidak banyak lagi di gemarai generasi saat ini dan pikiran-pikaranya berakar dari kenyataan bangsanya, meski ia belajar di luar negri, dan membaca buku-buku yang ditulis oleh orang luar tampak sekali gagasanya disesuikan dengan kondisi ke Indonesiaan, meski ia di juluki sebagai sosok kiri namun TM tidak serta merta menerapakan gagasan komunis di Indonesia tanpa melakukan penyesuain, sebagaimana yang sering di lakukan para intelektual, perencana, hingga pemerintah Indonesia masa kini yang mengutip, mencontoh dan berkiblat pada barat dengan bulat dan utuh dalam membuat berbagai kebijakantanpa proses filterisasi apakah sesuai atau tidak dengan kondisi sosial budaya bangsa Indonesia.

Bekiblat secara utuh dan bulat pada barat itulah kemudian yang menjadikan Idonesia kehilangan jati dirinya sebagi bangsa yang berkarakter, melahirkan pemimpin tanpa visi ,sehingga berbagai kebijakan dan perjanjian merupakan legal formal untuk menggeruk segala sumber daya yang di kandung bumi pertiwi. karenanya gagasan TM mengenai Indonesia merdeka 100 persen sangat tepat untuk kembali menjadi rujukan dalam menentukan visibagaimana membangun dan menjalankan Indonesia kedepan ditengah rapuhnya kehidupan berbangsa.

Ia Tan Malaka tidak pernah mati, gagasanya terus hidup menggema kesegala lini mengawal Indonesia meredeka100 %.

NB : Thanks To Ali atas obrolanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun