Prospek melambatnya perekonomian besar dunia ini kian meningkatkan ketidakpastian dan mengancam pertumbuhan global yang belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis finansial dunia 2008, apalagi dengan memburuknya krisis di Yunani dan kekhawatiran merebaknya krisis ekonomi lebih serius di Tiongkok.
Yunani gagal bayar, di ambang krisis perbankan serius, dan terancam terdepak ke luar dari zona euro. Sementara, pecahnya gelembung properti dan faktor lain membuat indeks saham Tiongkok pekan ini terpangkas hingga 30 persen, dan Tiongkok, menurut sejumlah ekonom dunia, berpotensi terseret krisis seperti Depresi Besar 1930-an…”
Semua itu kabar buruk bagi Indonesia jika kita tidak mampu mengantisipasi dengan baik. Kalaupun kita bisa lolos dari dampak Yunani, kita bakal sulit berkelit dari dampak pelambatan AS dan krisis Tiongkok, mengingat posisi penting mereka dalam perekonomian global atau sebagai mitra dagang Indonesia. Krisis dan pelambatan ekonomi Tiongkok akan kian menekan posisi neraca perdagangan/transaksi berjalan, nilai tukar, dan ekonomi kita.
Maka mari kita semua merenungkan….apakah memang seperti ini hakikat pembangunan? Dengan sikap mental, perilaku atau karakter menumpuk hutang terus menerus yang semakin besar dan cenderung tidak bisa bayar? Kita semua yang harus menjawabnya. Dan kecenderungannya banyak sekali Negara (maju dan berkembang) yang mengandalkan hutang dalam pembangunannya. Jika nanti banyak yang default (gagal bayar), maka yang terjadi adalah Pan Economic Crisis (Krisis ekonomi yang luas merata) yang maha hebat…
Salam berhati-hati dalam hutang…
Drg. T.A. Tatag Utomo, MM., ASM
Direktur Pendidikan KPPSM F.X. Oerip S. Poerwopoespito
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H