Mohon tunggu...
Tatag Utomo
Tatag Utomo Mohon Tunggu... Direktur Pendidikan KPPSM F.X. Oerip S. Poerwopoespito -

Direktur Pendidikan KPPSM F.X. Oerip S. Poerwopoespito. Institusi khusus Pengembangan Sikap Mental, Perilaku dan Karakter Manusia di Perusahaan, organisasi dan keluarga...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terorisme Mikro di Sekitar Kita

4 Juli 2014   20:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:29 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terorisme, dapat didefinisikan bebas dengan: Paham yang mengedepankan teror dalam mencapai tujuan. Biasanya, pelaku memang memandang bahwa terror merupakan satu-satunya jalan (karena jalan lain dianggal sulit atau tak bakal menghasilkan pencapaian tujuan), atau karena ingin mendapatkan hasil cepat. Bisa juga karena didasari paham yang salah atau kebencian kesumat terhadap pihak lain yang dianggap musuh. Faktor lainnya, karena adanya perasaan mendapatkan ketidakadilan dari pihak lain, yang dianggap lebih superior.

Suka atau tidak suka, faktanya terorisme merebak dan muncul di mana-mana. Di Irak, Arab Saudi, Inggris, Spanyol, Amerika, India, Pakistan, Thailand dan tentu saja tak ketinggalan Indonesia. Kuantitas dan kualitas teror yang dipakai cenderung meningkat. Bahkan para teroris sudah sangat ingin menggunakan senjata pemusnah massal seperti nuklir (dan tak peduli lagi terhadap korban sipil) untuk mencapai tujuannya.

Yang penting bagi kita eksekutif adalah: Kita harus berperan agar tidak ikut memperburuk keadaan. “Ah..saya sih bukan teroris. Jadi nggak bikin masalah kan?” Ya..mungkin kita bukan teroris secara wodder leijk. Tetapi jangan-jangan, kita adalah pelaku teror dalam kecil-kecilan, bila: Sering marah-marah kepada anak kandung atau pimpinan. Memasang muka masam yang ditakuti anak buah. Sering berkata-kata kotor kepada orang lain di jalan, senang menekan atau mengancam konsumen atau malah membentak-bentak isteri atau suami di rumah.

Maka, sadar tidak sadar kita telah menjadi aktor terorisme skala mikro, yang membuat orang lain/anak/isteri/suami/anak buah/teman sejawat/klien merasa takut atau tidak senang. Dan ini bisamenuaikan kebencian dari pihak yang merasa menjadi obyek penderita, the looser, orang tersial di dunia, dan perasaan negatif berat lainnya.

Kebencian yang akumulatif dan terasa tak tertahankan akan dapat membuat orang kalap dan meluapkannya dalam bentuk teror. Ini bisa dimulai dari bullying siswa sekolah, masa orientasi sekolah atau organisasi pecinta alam yang diisi pemukulan kepada yuniornya, atau kebrutalan pengeroyokan anggota Brimob kemarin, KDRT oleh suami atau istri, black campaigne oleh tim kampanye Capres, dan sebagainya.

Maka, coba kita mulai supaya dalam setiap tindakan, sedapat mungkin kita tidak membuat susah orang lain, tidak menyakiti/menyinggung atau membuat orang lain tidak berdaya karena ketidakadilan yang kita ciptakan. Syukur, jika kita bisa membahagiakan orang lain dengan kasih, keadilan dan kebaikan yang kita hadirkan di dunia...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun