Hingga saat ini rupiah mencapai 14 ribu lebih per dolarnya.
Presiden Joko Widodo menegaskan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat karena faktor eksternal.
Indonesia tidak berada dalam posisi aman. Menurut Jokowi, semua pihak harus waspada dan hati-hati.
Faktor eksternal yang menyebabkan lemahnya nilai tukar adalah suku bunga Bank Sentral Asia / The FED yang meningkat secara drastis. Lemahnya rupiah ini berakibat pada naiknya harga barang di pasaran, seperti barang elektronik, kebutuhan bahan pokok, hingga bisnis Haji dan Umrah.
Terus melemahnya nilai tukar rupiah, Â dapat mengakibatkan menurunnya kesejahteraan petani dan bertambahnya jumlah orang miskin.
Faktor lain yang menyebabkan nilai tukar rupiah lemah karena krisis di Argentina dan Turki.
Gubernur Republik Indonesia Perry Warjiyo optimis kondisi peekonomian Indonesia saat ini masih cukup kuat menghadapi segala tekanan eksternal. Menteri pun yakin bahwa lemahnya nilai tukar rupiah ini tidak selemah krisis yang terjadi pada tahun 1998.
Mata uang Malaysia, ringgitlah yang memimpin pelemahan nilai tukar terhadap mata uang dolar Amerika Serikat itu.Â
Jokowi menilai yang mampu meredamkan lemahnya nilai tukar rupiah yaitu investasi dan ekspor sehingga bisa menyelesaikan defisit transaksi bejalan.
Oleh karena itu, tidak hanya di Indonesia namun semua kurs mata uang di Asia Tenggara ikut melemah.
Nama : Artantri Nugraheni
NIM : 2016002036
Kelas : S1 Ekonomi Syariah (Pagi)
Asal Kampus : STIE Muhammadiyah Pekalongan
sumber : SindoNews
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H