Waktu yang ditunggu itu telah datang, merayakan hari kasih sayang. Bagi kami, setiap kesempatan berkumpul bersama keluarga adalah hari kasih sayang. Terutama bila berkesempatan untuk menjelajah dan menikmati bentangan alam yang selalu membuat hati ini bergetar.
Hari telah gelap. Kami baru saja selesai menjelajah di beberapa titik keindahan di Pulau Lombok dan berakhir di Pelabuhan Lembar. Waktu telah menunjukkan jam delapan malam. Wajah ketiga anakku tampak letih, begitu juga dengan belahan jiwa yang rela dengan rencana perjalanan yang penuh petualangan dan tantangan ini.Â
Perjalanan menyebrang ke Bali, harus tetap dilanjutkan karena di Padang Bay kami telah menyewa penginapan. Ferry yang kami tumpangi, membelah gelombang besar yang terasa mengombang ambing. AlhamduliLlah, akhirnya kami merapat di Pelabuhan Paday Bay sekitar jam 04 dini hari, wow!Â
Kami disambut anjing - anjing yang menyalak di sepanjang jalan menuju penginapan yang memang berlokasi dekat dengan dermaga. Hatiku menciut. Begitu juga dengan anak perempuanku Dzikra yang takut - takut melangkah di belakang. Ammar si bungsu yang baru 10 tahun menjerit, menahan langkahku yang semakin ragu. Suami sudah terlalu heboh dengan sebuah koper dan beberapa bawaan bergelantungan, sehingga sudah berada agak terpisah di depan. Â
Namun Fikri si sulung muncul sebagai pembela. Sedikitpun pemuda kelas 2 SMA itu tidak tampak gentar. Malam yang diam mendadak riuh. Sekawanan anjing mengepung kedatangan kami yang telah membiarkan malam terbangun sebelum waktunya. Untunglah, benar kata Fikri, anjing itu akan menyalak galak hanya di daerah kekuasaannya. Setelah itu mereka tidak akan mengikuti.
Setelah beristirahat hanya sekitar 3 jam, kami harus melanjutkan penyebrangan menuju Nusa Penida. Tempat yang begitu menawan yang selama ini hanya bisa kunikmati melalui instagram. Kapal Roro membawa kami menuju dermaga Toya Pakeh selama kurang lebih 45 menit. Ya Allah, akhirnya tiba juga kami di sini disambut panas yang terik, terasa menusuk wajah.
Dengan mengumpulkan segenap keberanian, kami tetap membelah laut di bawah sinar matahari yang timbul tenggelam di balik kepungan rintik hujan yang siap menghujam bumi. Panas yang lembut terasa di kulit tidak menyengat seperti tadi kami datang. Ibarat panasnya brightgas yang panasnya menyebar namun tidak membakar.Â
hujan tak sempat mengganggu keceriaan dan kebahagiaan kami untuk melanjutkan beberapa spot snorkling lagi.
Menjelang senja, harapan untuk dapat menyaksikan lukisan langit yang memukau ketika sunset,membuncah. Dan inil ah anugerah dari Allah ketika mendung dengan pasti berarak pergi, memberi ruang bagi matahari yang hendak pamit pulang. Inilah sebuah kejutan dari Sang Maha Penyayang ketika langit begitu cerah dan menampakkan wajahnya yang luar biasa menawan. Hati kami berseri melepas keindahan hari yang penuh kehatangan. Sehangat senyuman matahari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H