Ia memetak-metak lahan pesantren lalu menawarkannya pada pegawai lain untuk mengelolanya dan ia pun turut menjaganya. Â Saya sendiri langsung dimintakan izin untuk mengelola lahan kosong sekaligus diantar ke tempat itu sambil menjelaskan banyak hal. Plus, ia menawarkan tenaga, alat, maupun bibit yang ia semai sendiri bila memerlukan. Semua gratis.
Hasil kebunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sayur dapurnya. Ia bahkan pernah menyebutkan jadwal santap sayurnya. Senin: Â kelor, Selasa: daun singkong, Rabu: kangkung, Kamis: labu siam, Jumat: daun pepaya, Sabtu: pepaya muda, Ahad: sekali-kali ayam atau ikan, yang juga piaraannya, dan seterusnya.
Lebih jauh, banyak kesamaan saya dengannya dalam hal selera tanaman. Di samping sama-sama  menyukai tanaman buah, tanaman sayur, tanaman obat, atau tanaman bahan minuman, kami pun memiliki kejengkelan-kejengkelan yang sama dalam banyak hal, masih terkait tanaman. Kami sama-sama jengkel melihat taman atau lahan yang hanya dipenuhi bunga atau pohon yang tidak produktif, juga tidak rindang. Sama-sama jengkel kalau ada yang menyemprot rumput dengan herbisida. Sama-sama jengkel kalau ada yang membakar sampah di bawah pohon besar atau dekat tanaman sehingga merusaknya. Sama-sama jengkel bila tanaman yang dirawat dari kecil ternyata begitu besar tiba-tiba dipotong tanpa pemberitahuan. Kami juga sama-sama jengkel bila ketika hendak duduk tiba-tiba ada yang sengaja mengganjal dengan durian, atau tiba-tiba bisul kami digebuk pakai singkong bakar. (keduanya belum pernah terjadi ).
Di tempat kami, bila Anda melihat sosok pria murah senyum bersepatu boot, bertopi, dan membawa alat bertani, besar kemungkinan ia lakon yang barusan kita bicarakan.
Ia saudara fillah. Namanya seperti jambu air lokal yang manis di lidah. Masyarakat juga mengenal buah ini sebagai jambu Jamaika. Buah yang istimewa. Bentuknya besar, merah merona. Rasanya manis, semanis senyum kawan saya. Segar, sesegar pembawaannya yang selalu ceria. Ada yang tahu namanya? (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, #32 dari 60)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H