Mohon tunggu...
Tata Tambi
Tata Tambi Mohon Tunggu... Guru - mengajar, menulis, mengharap rida Ilahi

Belajar menulis. Semoga bermanfaat dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transmigrasi (Petani 2 Negeri #32 dari 60)

15 Januari 2025   05:15 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:04 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://akhiryangbaik.blogspot.com/2018/10/manfaat-buah-jambu-darsono-bagi.html

Itulah transmigrasi. Sebuah alternatif solusi atas lahan pertanian yang sempit dan tanah yang tidak subur. Berharap bahwa lahan yang tak terurus dan terlantar di seberang sana menjadi sumber rezeki melalui optimalisasi kecakapan dan semangat bertani yang dimiliki.

"Dahulu kala, tersebutlah seorang pria sebelum zaman kalian yang membunuh sembilan puluh sembilan jiwa," tutur Rasulullah. "Dia bertanya tentang orang yang paling berilmu di atas permukaan bumi ini. Ditunjukkanlah padanya seorang rahib. Ia mendatanginya dan mengatakan bahwa dirinya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Masihkah ada kesempatan taubat baginya? Si Rahib menjawab, 'Tidak.' Ia lantas membunuhnya dan menggenapkan seratus dengan jiwanya. Ia lantas bertanya lagi tentang orang yang paling berilmu di atas permukaan bumi ini. Ditunjukkanlah padanya seorang yang berilmu. Ia menuturkan bahwa dirinya telah membunuh seratus jiwa. Masihkah ada kesempatan taubat baginya?

'Tentu. Apakah penghalang antara dirinya dan taubat?' katanya. 'Pergilah ke daerah (ia menyebutkan sebuah nama). Di sana ada sebuah masyarakat yang beribadah kepada Allah Ta'ala. Beribadahlah kepada Allah bersama mereka. Jangan pernah kembali ke daerahmu, karena daerah itu adalah daerah yang buruk," sarannya (HR Muslim, 2.766).

Al-Fudhail bin 'Iyadh adalah mantan begal yang beroperasi di daerah antara Abiwarda dan Sarkhas," tutur Al-Fadhl bin Musa. "Sebab taubatnya adalah, dikarenakan kerinduannya yang tak tertahankan terhadap seorang gadis, ia memanjat tembok rumah-rumah penduduk untuk mendatanginya. Ketika menjalankan aksinya, ia mendengar seseorang membaca ayat, 'Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka?' . . ." (QS Al-Hadid: 16).

Ketika mendengarnya, sontak ia berkata, 'Benar, wahai Rabbku, telah tiba waktunya.' Ia pun kembali dan malam itu tidur di sebuah bangunan usang tak berpenghuni. Di sana ternyata ada para musafir. 'Ayo segera berangkat,' ajak seorang di antara mereka. 'Kita tunggu sampai pagi karena Fudhail sedang bersiap di jalan untuk merampok kita,' sergah yang lain. Fudhail berkata, 'Aku merenung dan kukatakan pada diriku, di malam hari aku bergumul dalam maksiat, sedangkan sekelompok kaum muslimin di sini takut padaku. Menurutku, tidaklah Allah menggiringku ke tempat mereka ini melainkan agar aku berhenti. Ya Allah, sesungguhnya aku telah bertaubat padamu dan kujadikan bukti taubatku dengan menetapi Al-Bait Al-Haram'" (HR Al-Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman, 6.935, sebagaimana juga disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Siyar A'lam An-Nubala', 8/423). Ia meninggalkan daerahnya dan bertempat tinggal di Makkah untuk menuntut ilmu dan beribadah hingga dikenal sebagai salah satu rujukan dalam ibadah, ilmu, dan keluhuran akhlak.

Lebih dari satu dasawarsa Rasulullah berdakwah di tanah kelahiran beliau. Namun, seperti halnya tanah Mekah yang tandus, hati penduduknya tak kalah gersang, keras, dan bercadas. Kian hari tingkah polah mereka kian pongah, bahkan membahayakan nyawa dan agama kaum muslimin. Turunlah perintah hijrah dan mereka pun bertolak ke Madinah.

Tanah Madinah yang subur dipenuhi pohon kurma ternyata tiada beda dengan hati para penduduknya yang lembut dan hangat dalam menerima tamu agung, Rasulullah dan Muhajirin. Dari sanalah ternyata peradaban Islam berakar, menghijau, dan meranum. Dari sanalah Islam jaya.

Bagi Anda yang berilmu dan gemar berbagi keahlian atau kecakapan, sebutlah dakwah, tentu sangat berkeinginan memberikan corak pada masyarakat tempat di mana Anda tinggal. Pitutur bijak leluhur kita mengatakan di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Kontribusi seorang hamba pada sesama manusia di sekitarnya termasuk ibadah besar. Amar makruf nahi munkar, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju gemerlapan, adalah esensi tugas yang diemban para nabi. Bila mendapati situasi yang sama, salah satu fragmen sirah di atas bisa menjadi pertimbangan Anda.

Ataukah lingkungan Anda tidak kondusif sehingga mengkhawatirkan akhlak keluarga Anda? Benih-benih nilai yang Anda tanam pada anak-anak Anda seolah digerogoti oleh hama-hama yang bertebaran dari warga sekitar? Bila demikian halnya, berpindah, berhijrah, bertransmigrasi, atau mencari lahan baru adalah solusi terakhir atas keadaan yang ada.

Berhijrahlah. Selamatkan diri dan keluarga. Akan terasa getir pada mulanya, namun kepahitan akan berganti kebahagiaan bila semua didasari keikhlasan kepada Allah. Bahkan, Allah akan memberi Anda ganti yang jauh lebih baik. Buktinya adalah Nabi yang terusir dari kerabat setanah air dan setumpah darah Allah ganti dengan Anshar yang rela berkorban jiwa, raga, dan harta benda demi beliau dan Muhajirin. Seorang penyair mengatakan, "Merantaulah, niscaya kan kau dapati ganti dari orang yang kau tinggalkan, Berletih-letihlah karena kemuliaan didapat dengan berletih-letih. Singa pun, andai tidak meninggalkan sarangnya, tidak akan mendapat buruan, Dan, anak panah, andai tidak lepas dari busur, tidak akan mengenai" (Raudh Al-Akhyar Al-Muntakhab min Rabi' Al-Abrar, 1/402, Ruh Al-Bayan, 3/537 & 6/397, Tafsir Hada'iq Ar-Rauh wa Ar-Raihan fi Rawabi 'Ulum Al-Qur'an, 21/152).

Seperti jutaan burung migran yang terbang meninggalkan tempat berbiaknya demi mencari makan di tempat lain selama tempat berbiaknya tidak mendukung kehidupannya. Secara geografis mereka melarikan diri dari kejamnya musim dingin di bumi belahan utara ke belahan selatan yang lebih hangat. Seperti juga Salmon yang meninggalkan sungai kelahirannya untuk bertebaran ke laut lepas mencari kehidupan. Lalu, setelah sekian waktu lamanya dan sekian ribu kilometer ditempuhnya, ia kembali lagi untuk bertelur dan mati, demi memberi kehidupan. Tujuannya satu, menjaga eksistensi dengan melintasi dan bertebaran di atas bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun