Dalam kegiatan berbahasa, kita sering mendapati penggunaan kata hubung. Baik kata hubung dalam kalimat maupun kata hubung antarkalimat. Mari kita cermati beberapa contoh kata hubung tersebut dalam kalimat berikut.
(1) Mereka sudah lama tinggal di Jakarta. Namun, mereka belum pernah pergi ke Monas.
(2) Dia sudah belajar semalam suntuk. Walaupun demikian, nilai ulangan matematika yang didapatkannya jeblok.
(3) Mereka sudah lama tinggal di Jakarta. Namun demikian, mereka belum pernah pergi ke Monas.
Dalam tiga contoh kalimat di atas, kita menemukan tiga kata hubung antarkalimat yakni namun, walaupun demikian, dan namun demikian.
Apakah penggunaan ketiga kata hubung antarkalimat tersebut sudah tepat?
Dalam contoh kalimat (1), kata hubung 'namun' sudah sesuai dengan penjelasan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) Edisi Ketiga bahwa 'namun' merupakan kata hubung antarkalimat yang menyatakan makna bertentangan dengan keadaan sebelumnya. Jadi, ada pertentangan kondisi mereka yang sudah lama tinggal di Jakarta tapi belum pernah pergi ke Monas yang merupakan salah satu ikon kota Jakarta.
Dalam contoh kalimat (2), kata hubung 'walaupun demikian' dalam TBBBI Edisi Ketiga dijelaskan merupakan kata hubung antarkalimat yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Dalam contoh kalimat tersebut diinformasikan nilai matematika dia tetap jeblok walaupun sudah berusaha belajar semalam suntuk sebelum ujian.
Bagaimana dengan contoh kalimat (3)? Ini dia. Kata hubung 'namun demikian' tidak bisa kita dapatkan dalam TBBBI Ketiga. Dijelaskan pula oleh Arifin dan Hadi (2009) bahwa bentuk 'namun demikian' merupakan bentuk rancu namun atau walaupun demikian. Dalam KBBI, kata namun sudah berarti 'walaupun demikian' atau 'meskipun demikian'. Jadi, kata namun demikian berarti 'walaupn demikian demikian' atau 'meskipun demikian demikian'.  Â
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita jawab pertanyaan, mengapa kata hubung namun demikian tidak dianjurkan digunakan? Jawabannya karena makna kata hubung namun demikian tersebut rancu.Â
Referensi
Badan Bahasa. 2017. TBBBI Edisi Keempat. Jakarta: Kemendikbud.
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 2009. 1001 Kesahalan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/namun diakses 31 Oktober 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H