Nabi bersabda,"Sungguh, kebinasaan dunia lebih ringan di sisi Allah dibanding pembunuhan terhadap seorang muslim" (HR At- Tirmidzi, 1.395, Ibnu Majah, 2.619, dan An-Nasa'i, 3.987). Dihukumi sahih oleh Albani dalam Shahih Al Jami' Ash-Shaghir, 5.077.
Mari bayangkan perasaan pihak yang terzalimi, terlebih bila tanah tersebut didapatkan dengan perjuangan panjang untuk masa depan anak-anak. Lalu, dengan sebuah klain palsu, atau asal geser patok, semua lantas kandas. Betapa besar amarah pihak yang terzalimi ini?!
Tentu pencaplokan tadi dilandasi oleh kerakusan, haus kekuasaan, dan kekayaan. Bukankah ini alasan dasar penjajahan dan cikal bakal kolonialisasi? Jadi, para pencaplok tanah, penggeser patok, adalah para penjajah lokal.
Para oknum yang tak merasa berdosa akan kezaliman ini, atau tak kunjung bertobat atas penindasan ini, bersiaplah untuk ditimpuki dari tujuh lapis bumi. Kalau tidak, tujuh lapis bumi akan mencaplok mereka. Na'udzu billah.
Segera sesuaikan patok tanah Anda. Dalam sengketa yang dimenangkan pihak penyerobot, semua hasil tanah tadi adalah haram. Â Dan keluarga yang terhidupi olehnya memakan harta haram. Pemakan harta haram adalah teman setan, yang kelak akan menemaninya di neraka.
Siapa menggeser patok tanah, telah membuka pintu neraka. (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, #17 dari 60).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H