Mohon tunggu...
Tata Danamihardja
Tata Danamihardja Mohon Tunggu... -

I'm a man, smart, but neglected by the system. Managing several blogs, including http://tatapedia.blogspot.com and http://tataberpuisi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manajemen Energi

18 Oktober 2013   09:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:23 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya tidak sedang berbicara soal energi yang membuat orang jadi sakti. Yang saya maksudkan adalah energi yang kita gunakan sehari-hari. Melakukan aktivitas apa pun perlu energi.

Makan, minum, mandi, bernapas, belajar, tersenyum, cemberut, berjalan. Bahkan berpikir pun perlu energi. Maka jika tidak bijaksana, bisa-bisa energi yang kita keluarkan tidak sebanding dengan hasil yang kita dapatkan.

Contoh yang gampang, tersenyum dan cemberut sama-sama membutuhkan energi. Bedanya, menurut penelitian, energi yang digunakan untuk tersenyum lebih sedikit dari energi yang dibutuhkan untuk cemberut. Padahal manfaat tersenyum ternyata jauh lebih besar dari manfaat cemberut.

Dari situ kita bisa berhitung, jika tersenyum cuma butuh sedikit energi sementara manfaatnya sangat besar, maka pastikan untuk memilih tersenyum dibanding cemberut. Kecuali Anda rela tekor energi.

Selain aktivitas fisik, berpikir yang lebih banyak menggunakan otak dan perasaan juga membutuhkan energi. Lagi-lagi, berpikir negatif membutuhkan energi yang lebih besar daripada berpikir positif.

Dengan mengandalkan perasaan saja kita bisa menilai mana yang melelahkan tubuh serta menguras energi dan mana yang tidak. Rasa iri, cemburu, marah biasanya membuat kita lelah. Berpikir negatif membuat energi tubuh kita terkuras.

Sebaliknya berpikir positif membuat kita merasa nyaman, senang dan tidak membuat badan terasa lelah. Rasa cinta, kasih sayang, berbaik sangka membuat hidup menjadi lebih indah.

Jujur itu jauh lebih menyenangkan daripada berbohong. Bayangkan, pada saat kita berbohong, kita selalu degdegan takut ketahuan bohong. Belum lagi otak kita bekerja keras memikirkan kebohongan berikutnya untuk menutupi kebohongan kita saat ini.

Maka agar hidup kita lebih indah dan nyaman, kita harus mulai belajar mengelola energi dengan baik. Bersikap jujur dan apa adanya membuat hidup kita terasa lebih ringan. Tak perlu takut untuk memperlihatkan diri kita apa adanya. Tak perlu memikirkan apa tanggapan orang terhadap kita. Itu cuma buang-buang energi.

Soal apa adanya ini mengingatkan saya pada seorang mahasiswa tetangga saya. Jika sedang ada di rumah, ia selalu membantu orang tuanya mengantarkan bubur pesanan tetangga-tetangga. Dan saya berani bertaruh, ia tidak takut dianggap miskin, dianggap tidak keren dan sebagainya.

Apakah orang-orang memandang rendah? Tidak! Justru sebaliknya, semua memuji. Sudah anaknya ganteng, mahasiswa, masih mau juga nganter-nganter bubur. Jempol!

Sadar atau tidak, si mahasiswa ini telah belajar mengelola energinya dengan baik. Daripada menghambur-hamburkan energi untuk berpura-pura banyak uang dan tidak mau berusaha, ia malah memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal produktif. Minimal ia mendapatkan dua keuntungan: energinya disalurkan dengan benar dan mendapatkan uang. Jika kemudian banyak gadis-gadis yang terpikat, itu adalah bonus.

Dan kita, terutama saya, wajib belajar padanya soal manajemen energi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun