Mohon tunggu...
Tasya Zahra
Tasya Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hallo!! saya adalah mahasiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan prodi PGMI.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menghadapi Teknologi dan Media Sosial dalam Pendidikan Islam: Peluang atau Tantangan?

18 September 2024   19:44 Diperbarui: 18 September 2024   19:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi dan media sosial telah mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan islam. Teknologi modern yang terus berkembang pesat membuka peluang baru dalam menyebarkan pengetahuan dan memperluas akses terhadap ajaran Islam. Namun, di balik semua kemudahan tersebut, muncul tantangan baru yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan Islam. Dalam opini ini, saya ingin mengeksplorasi pengaruh teknologi dan media sosial pada pendidikan Islam secara lebih kritis, menyoroti peluang dan tantangan yang muncul.

Teknologi sebagai Jembatan Pengetahuan

Salah satu dampak positif dari teknologi adalah meningkatnya akses terhadap pengetahuan Islam. Generasi sekarang dapat mempelajari tafsir Al-Qur'an, hadis, dan berbagai kajian keislaman dari ulama terkenal di seluruh dunia hanya dengan beberapa kali klik. Ceramah yang dulunya terbatas di masjid atau majelis kini bisa diakses melalui video streaming, podcast, atau aplikasi mobile. Teknologi telah membuka pintu bagi umat Islam untuk terus belajar, bahkan di tengah kesibukan sehari-hari. Namun, teknologi ini hanya menjadi jembatan pengetahuan jika digunakan dengan bijak. Terlalu sering kita menemukan informasi yang tidak terverifikasi atau bahkan sesat tersebar luas di media sosial. Dalam dunia maya yang begitu terbuka, siapa saja bisa menyampaikan pendapatnya, bahkan jika pemahaman agamanya belum matang. Konten yang mengandung pemahaman yang keliru bisa dengan cepat tersebar dan mempengaruhi banyak orang, terutama mereka yang belum memiliki dasar pengetahuan Islam yang kuat.

Media Sosial: Sarana Dakwah atau Distraksi?

Media sosial telah menjadi alat yang kuat dalam menyebarkan dakwah Islam. Ustadz dan influencer Muslim memanfaatkan platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang kreatif dan menarik. Bagi generasi muda yang mungkin kurang tertarik dengan ceramah tradisional, konten dakwah yang disajikan dalam bentuk video pendek, infografis, atau meme dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkenalkan ajaran Islam dengan cara yang relevan dan mudah dicerna. Namun, ada sisi gelap dari media sosial. Pengaruh budaya luar yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai Islam bisa dengan mudah merasuki pikiran generasi muda Muslim. Media sosial dipenuhi dengan trend global yang, meski terlihat menarik, dapat membawa pengaruh negatif terhadap moral dan etika mereka. Selain itu, media sosial sering menjadi sumber distraksi yang besar. Alih-alih menggunakan waktu untuk belajar atau beribadah, banyak yang justru terjebak dalam aktivitas scrolling tanpa akhir yang hanya memberikan kesenangan sementara.

Inovasi Pendidikan atau Pengganti Interaksi Sosial?

Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi memungkinkan inovasi dalam metode pengajaran. Penggunaan video interaktif, aplikasi mobile, dan gamifikasi dalam pembelajaran Islam bisa membuat proses belajar lebih menarik dan efektif. Generasi muda yang tumbuh dalam era digital mungkin lebih tertarik pada metode pembelajaran ini dibandingkan dengan pendekatan tradisional.

Namun, yang perlu diingat adalah bahwa pendidikan Islam tidak hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan akhlak. Hal ini memerlukan interaksi sosial yang kuat antara guru, siswa, dan komunitas. Dalam pendidikan Islam, hubungan antara murid dan guru sangat penting dalam membentuk moral dan spiritual siswa. Jika teknologi digunakan secara berlebihan, ada risiko bahwa interaksi sosial ini akan tergantikan oleh interaksi digital yang lebih dangkal.

Keseimbangan adalah Kunci

Pada akhirnya, kunci dalam menghadapi pengaruh teknologi dan media sosial pada pendidikan Islam adalah keseimbangan. Teknologi bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan bijak. Guru, orang tua, dan institusi pendidikan Islam perlu berperan aktif dalam membimbing penggunaan teknologi ini, memastikan bahwa konten yang diakses sesuai dengan nilai-nilai Islam, dan mendorong generasi muda untuk tetap menjaga keseimbangan antara dunia digital dan realitas.

Kita tidak bisa menolak kehadiran teknologi dan media sosial, tetapi kita bisa mengarahkan penggunaannya agar menjadi alat yang mendukung pendidikan Islam yang berkualitas. Dengan demikian, teknologi bukan hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar untuk membawa pendidikan Islam ke tingkat yang lebih tinggi. Yang perlu kita lakukan adalah memahami risiko dan manfaatnya, serta terus menyesuaikan pendekatan kita agar pendidikan Islam tetap relevan dan kuat di tengah era digital ini.

Teknologi sebagai Tantangan dalam Melestarikan Tradisi dan Otentisitas Pendidikan Islam

Selain peluang yang dibawa oleh teknologi, ada kekhawatiran yang tidak bisa diabaikan, yaitu pengaruh teknologi terhadap otentisitas dan tradisi pendidikan Islam. Pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu agama secara kognitif, tetapi juga menekankan proses pembentukan karakter, spiritualitas, dan adab. Tradisi pendidikan Islam, seperti yang ditemukan di pesantren atau madrasah, melibatkan interaksi langsung antara murid dan guru (kiai), serta penerapan disiplin spiritual yang kuat. Dalam konteks ini, teknologi, dengan segala kemudahannya, bisa menjadi pedang bermata dua.

Perubahan Paradigma Belajar

Perubahan terbesar yang dibawa oleh teknologi adalah transformasi cara kita belajar. Saat ini, belajar tidak lagi harus dilakukan di ruang kelas fisik; belajar bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, selama ada koneksi internet. Hal ini tentu membuka akses yang lebih luas bagi mereka yang sebelumnya terbatas oleh jarak atau waktu. Namun, kemudahan ini juga dapat mengurangi keseriusan dalam menuntut ilmu. Belajar agama secara online, meskipun menawarkan fleksibilitas, sering kali menghilangkan elemen penting dari proses pembelajaran tradisional, yaitu ketekunan dan kedisiplinan.

Dalam pendidikan Islam tradisional, ada penghargaan tinggi terhadap proses menuntut ilmu, yang melibatkan kehadiran fisik, kesabaran, dan penghormatan terhadap guru. Teknologi, dengan sifatnya yang instan, bisa mengubah paradigma belajar ini. Generasi muda mungkin lebih cenderung mencari jawaban cepat melalui pencarian online tanpa memahami pentingnya mendalami suatu ilmu dengan proses yang penuh kesungguhan dan penghayatan.

Teknologi dan Keberagaman Tafsir

Satu lagi dampak teknologi terhadap pendidikan Islam adalah meningkatnya eksposur terhadap berbagai tafsir dan pemahaman keagamaan. Di satu sisi, hal ini bisa menjadi positif karena memperkaya wawasan dan membuka ruang dialog antarberbagai aliran pemikiran dalam Islam. Namun, di sisi lain, keberagaman ini juga bisa menjadi sumber kebingungan, terutama bagi mereka yang belum memiliki dasar pengetahuan yang kuat.

Media sosial sering kali memfasilitasi perdebatan keagamaan yang tidak selalu sehat, di mana informasi yang beredar cenderung disederhanakan atau bahkan dipelintir. Dalam suasana seperti ini, peran pendidik dan ulama menjadi sangat penting dalam menjaga otentisitas ajaran dan mencegah penyebaran pemahaman yang menyimpang. Teknologi tidak boleh menggantikan peran penting ulama sebagai sumber otoritatif dalam memberikan pemahaman agama yang benar dan mendalam.

Potensi Teknologi untuk Menghidupkan Kembali Pendidikan Islam yang Holistik

Meski demikian, teknologi tidak harus dilihat sebagai ancaman semata. Jika digunakan dengan cermat, teknologi justru bisa menjadi alat yang efektif untuk menghidupkan kembali model pendidikan Islam yang holistik. Melalui platform digital, pendidikan Islam bisa diperkaya dengan materi-materi yang tidak hanya kognitif, tetapi juga emosional dan spiritual. Aplikasi yang menawarkan pembelajaran berbasis pengalaman, seperti simulasi sejarah Islam atau aplikasi yang membantu pengguna menjalani kehidupan Islami sehari-hari, bisa menjadi sarana yang kuat untuk menggabungkan teori dan praktik.

Selain itu, teknologi bisa membantu dalam pengarsipan dan penyebaran naskah-naskah klasik Islam, yang mungkin sulit diakses di masa lalu. Dengan digitalisasi manuskrip, lebih banyak umat Islam yang dapat terhubung dengan warisan intelektual yang kaya dan mendalam dari tradisi Islam. Ini adalah peluang besar untuk melestarikan dan menyebarkan pengetahuan Islam yang otentik kepada generasi berikutnya.

Menghadapi Tantangan dengan Kebijaksanaan

Menghadapi perkembangan teknologi dan media sosial dalam pendidikan Islam memerlukan kebijaksanaan. Pendidikan Islam harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar yang telah membentuknya selama berabad-abad, namun juga tidak menutup diri terhadap perubahan zaman. Integrasi teknologi harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek etika, spiritualitas, dan nilai-nilai adab yang menjadi inti dari pendidikan Islam. Dengan pendekatan yang bijak, teknologi tidak hanya menjadi sekadar alat, tetapi juga bisa menjadi bagian dari transformasi pendidikan Islam menuju arah yang lebih baik. Teknologi bisa memperluas jangkauan dakwah, meningkatkan kualitas pengajaran, dan memperkaya pembelajaran, selama kita tetap menjaga keseimbangan antara inovasi dan pelestarian tradisi yang telah lama menjadi fondasi pendidikan Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun