Mohon tunggu...
Tasya Sabella Shaq
Tasya Sabella Shaq Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mhs Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan dalam Adopsi Teknologi Pertanian di Kalangan Petani Kecil

30 Juli 2024   16:59 Diperbarui: 30 Juli 2024   17:00 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada era digital ini, adopsi teknologi pertanian menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian. Namun, bagi petani kecil, mengadopsi teknologi pertanian modern tidak selalu mudah. Mereka menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi untuk bisa merasakan manfaat dari inovasi ini. Tantangan ini kerap kali membaut para petani merasa tidak perlu melakukan perubahan apapun meski mereka merasa bahwa terdapat banyak hambatan yang masih belum bisa diselesaikan. Terlebih bagi mereka yang memang tinggal di daerah pedesaan/pedalamaan yang minim akan informasi khususnya perkembangan teknologi.

Salah satu tantangan utama adalah akses terhadap informasi dan pengetahuan. Banyak petani kecil yang belum terpapar dengan teknologi terbaru dan cara penggunaannya. Mereka seringkali tidak memiliki akses ke pelatihan atau edukasi yang memadai mengenai teknologi pertanian modern, sehingga pengetahuan mereka terbatas pada metode tradisional yang sudah mereka kenal dan kerap enggan untuk mulai belajar dan beradaptasi karena kurangnya edukasi yang bisa memberikan gambaran kemudahan untuk mereka dalam melakukan pekerjaan khususnya di masa yang akan datang dengan berbagai teknologi canggih.

Selain itu, biaya awal yang tinggi juga menjadi hambatan signifikan. Teknologi pertanian seperti mesin pemanen otomatis, sistem irigasi pintar, dan drone untuk pemetaan lahan membutuhkan investasi awal yang cukup besar. Petani kecil seringkali tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli peralatan ini, apalagi jika akses terhadap kredit atau pinjaman juga terbatas. Hal ini semakin membuat mereka merasa bahwa hal tersebut lebih baik tidak diterapkan dibanding mereka harus belajar lebih banyak dengan biaya pengeluaran yang juga tidak sedikit.

Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah ketersediaan infrastruktur. Teknologi pertanian canggih seringkali memerlukan dukungan infrastruktur yang baik, seperti akses internet yang stabil dan listrik yang memadai. Di daerah pedesaan atau terpencil, infrastruktur ini mungkin tidak tersedia, sehingga menghambat implementasi teknologi tersebut. Tentunya hal ini akibat dari Pembangunan yang tidak merata dari pemerintah yang mana membuat tidak semua masyarakat bisa merasakan keseimbangan dan keadilan khususnya dalam infrstruktur yang dimiliki di tiap daerah.

Budaya dan sikap konservatif di kalangan petani juga menjadi tantangan. Banyak petani yang merasa nyaman dengan metode yang sudah mereka gunakan selama bertahun-tahun dan enggan untuk mencoba sesuatu yang baru. Perubahan ini sering kali dianggap sebagai risiko yang terlalu besar, terutama jika mereka tidak melihat contoh sukses di lingkungan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan edukasi hingga pelatihan yang bisa membuat para petani yakin jika perubahan yang akan hadir bisa memberikan efek besar positif tidak hanya risiko yang akan terus menjadi halangan untuk mereka dalam mengikuti perkembangan khususnya teknologi.

Pemerintah dan pihak terkait perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Penyediaan akses informasi, dukungan finansial, pembangunan infrastruktur, dan sosialisasi mengenai manfaat teknologi pertanian adalah beberapa langkah yang dapat diambil. Dengan mengatasi hambatan-hambatan ini, diharapkan petani kecil dapat lebih mudah mengadopsi teknologi modern dan meningkatkan kesejahteraan mereka melalui peningkatan hasil panen dan efisiensi operasional. Meskipun begitu, tentu dibutuhkan waktu yang tidak sedikit dan ahli yang akan memberikan penjelasan dengan para petani yang dirasa tidak bisa dengan mudah mempercayakan pekerjaan mereka dengan menggunakan teknologi-teknologi baru yang ada.

Dari banyaknya edukasi dan pelatihan yang ada, seiring berjalannya waktu maka para petani juga akan mulai beradaptasi dengan perubahan yang memang sudah ada dan banyak diterapkan di perkotaan. Mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi dengan tetap menjalankan pekerjaan mereka tanpa harus merasa ketakutan akan perubahan yang kemungkinan akan terjadi terhadap lahan maupun hasil panen mereka setelah menggunakan teknologi yang ada. Dengan hal itu, pemerataan pencerdasaan masyarakat pun akan semakin luas dan bisa menjangkau lebih banyak masyarakat yang bisa sama-sama mengikuti perkembangan zaman.

Adopsi teknologi di sektor pertanian merupakan langkah penting menuju pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan. Namun, tanpa perhatian dan dukungan yang memadai, petani kecil bisa tertinggal dalam proses ini. Pemerintah harus bisa juga memberikan peerhatian lebih untuk sektor pertanian mengingat bahwa hingga saat ini pun Indonesia masih sangat minim khususnya dalam mengadaptasi perkembangan teknologi yang bisa memudahkan berbagai pekerjaan tidak hanya untuk orang kantoran namun juga seperti sektor pertanian. Oleh karena itu, upaya bersama dari semua pihak sangat diperlukan untuk memastikan bahwa manfaat dari teknologi pertanian dapat dirasakan oleh semua kalangan, termasuk petani kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun