Menurut Anda bagaimana dampak perubahan pertanian konvensional menjadi pertanian modern ? Sebagian orang mungkin menjawab itu sebuah keuntungan. Sebagian yang lain, mungkin saja menganggap itu sebagai malapetaka apabila tidak disiapkan dengan baik.
Menghadapi era revolusi industri 4.0 yang tidak dapat terhindarkan, suatu negara pasti mengalami kemajuan dalam berbagai bidang. Tak terkecuali bidang pertanian. Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia, kebutuhan pangan pun akan terus melonjak naik hingga semuanya terpenuhi.
Sebuah negara akan dikatakan makmur apabila ia dapat mencukupi kebutuhan pangan warganya, bahkan memiliki swasembada bahan pangan. Itu sebabnya mengapa pertanian modern perlu di gagas dan sedikit demi sedikit perlu direalisasikan di setiap negara.
Sebenarnya apa itu pertanian modern ? Dewasa ini konsep tentang pertanian modern makin sering digagas, namun mungkin saja tidak semua orang tahu apa maksud dari pertanian modern. Pertanian modern merupakan kegiatan pertanian berbasis teknologi, dimana terjadi minimalisasi tenaga manusia, dan peningkatan hasil produksi.Â
Pertanian modern menjadi solusi bagi kemajuan dan visi Indonesia, menjadi negara swasembada beras. Pertanian modern sebenarnya sangat menguntungkan karena menambah efektivitas petani dalam mengontrol lahannya.
Makanan pokok warga Indonesia umumnya adalah nasi. Namun hingga sekarang, kita masih punya suatu masalah, yaitu kurangnya ketersediaan beras sehingga pemerintah masih harus impor beras dari negara lain. Tindakan ini dilakukan supaya harga beras tetap stabil di berbagai daerah.
Berkurangnya areal sawah, urbanisasi, serangan hama dan penyakit tanaman menjadi masalah utama yang harus segera di cari jalan keluarnya. Kondisi tanah di setiap daerah umumnya berbeda, sehingga pengetahuan petani tentang kemajuan teknologi sangat diperlukan.
Untuk lebih memahami masalahnya, sebuah survey telah dilakukan di Kelurahan Bugel, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Pada hari Selasa (24/9), pukul 8 pagi, empat orang petani terduduk di gubuk tengah sawah. Mereka mengalami gagal panen karena serangan dari segerombolan hama tikus. Sebagian besar batang padi terlihat patah dan sisanya sudah tidak utuh karena gigitan tikus.
"Panen kami gagal lagi karena di rusak tikus, Mbak." kata bapak Suradi, salah seorang petani.
Pak Muslimin juga mengatakan, apabila kondisi seperti itu, hasil produksi dapat menurun setengahnya bahkan lebih. Tentunya sangat merugikan.
Di sisi lain, mereka yang juga tergabung dalam Mudi Rejeki kelompok tani sebenarnya telah mendapat bantuan benih dari pemerintah. Tetapi, penyuluhan tentang cara mengatasi hama masih kurang mendapat perhatian.