"Boleh dikata, saya seorang pengungsi juga, datang dari luar Jerman, tinggal di sana, mengambil pekerjaan orang Jerman juga, makan dan minum dari makanan mereka juga" kenang pria kelahiran Bandung ini, dalam karya "You Broke The Ocean in Half To Be Only To Meet Nothing That Want You.." Â
Erik memberikan pandangan yang personal mengenai para pengungsi, melalui serangkaian diskusi dan wawancara.
Erik dengan selimut darurat berwarna emas yang menutupi wajahnya karena angin.
Saya merasakan suatu kebebasan yang terkekang, suatu pencapaian yang sia-sia dan tersembunyinya identitas dari foto berukuran 120x160 cm itu.
Saya rasa tidak hanya karena serangkaian diskusi, wawancara dan pengamatan secara langsung saja yang membuat karya Erik dalam pameran ini berwarna. Tapi juga karena kepedulian Erik terhadap sesama manusia ditambah  keberanian dan pengalaman pribadi nya sendiri, yang dapat dilihat dalam instalasi video yang berdurasi selama 13:55 menit.
Erik menumpahkan kenangannya ketika berenang di danau yang dingin di Jerman dan hampir merasakan kematian karena kedinginan. Di saat yang sama teringat akan keluarganya di Indonesia.
Momen ketika sang istri melahirkan. Saat- saat yang saling berkesinambungan. Saling menguatkan, saling menginspirasi.  Momen di mana Erik merasakan kakinya yang kaku karena dinginnya air, seketika juga Erik teringat akan pengalaman para pengungsi yang menyebrangi laut yang dingin, ditengah perjalanan harus merasakan dinginnya air laut, ada yang selamat dan ada juga yang tidak. Layak nya tarian memori yang bermain dalam kepala Erik, lembaran kain yang  melintasi waktu, menyebrangi wilayah kehidupan dan kematian yang pada akhirnya menarik kesadarannya untuk kembali hidup.
Barangkali tarian memori ini merupakan bagian pengilhaman pribadi sang perupa, yang kemudian kembali dihadirkan ke dalam karyanya. Karya reflektif seperti cermin. Melihat ke cermin, mengganti sepatu kita dengan sepatu orang lain dan berjalan dengan nya sambil melihat 'diri' kita ke dalam cermin.
Pameran berlangsung hingga tanggal 25 November 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H