Mohon tunggu...
Tasya Merari
Tasya Merari Mohon Tunggu... -

mahasiswa yang gemar menulis artikel seni

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Erika Ernawan dan Erik Pauhrizi, Migrasi di Rumah Sendiri

22 November 2017   14:41 Diperbarui: 22 November 2017   16:11 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Boleh dikata, saya seorang pengungsi juga, datang dari luar Jerman, tinggal di sana, mengambil pekerjaan orang Jerman juga, makan dan minum dari makanan mereka juga" kenang pria kelahiran Bandung ini, dalam karya "You Broke The Ocean in Half To Be Only To Meet Nothing That Want You.."  

Erik memberikan pandangan yang personal mengenai para pengungsi, melalui serangkaian diskusi dan wawancara.

Erik dengan selimut darurat berwarna emas yang menutupi wajahnya karena angin.

Saya merasakan suatu kebebasan yang terkekang, suatu pencapaian yang sia-sia dan tersembunyinya identitas dari foto berukuran 120x160 cm itu.

Saya rasa tidak hanya karena serangkaian diskusi, wawancara dan pengamatan secara langsung saja yang membuat karya Erik dalam pameran ini berwarna. Tapi juga karena kepedulian Erik terhadap sesama manusia ditambah  keberanian dan pengalaman pribadi nya sendiri, yang dapat dilihat dalam instalasi video yang berdurasi selama 13:55 menit.

Erik menumpahkan kenangannya ketika berenang di danau yang dingin di Jerman dan hampir merasakan kematian karena kedinginan. Di saat yang sama teringat akan keluarganya di Indonesia.

Momen ketika sang istri melahirkan. Saat- saat yang saling berkesinambungan. Saling menguatkan, saling menginspirasi.  Momen di mana Erik merasakan kakinya yang kaku karena dinginnya air, seketika juga Erik teringat akan pengalaman para pengungsi yang menyebrangi laut yang dingin, ditengah perjalanan harus merasakan dinginnya air laut, ada yang selamat dan ada juga yang tidak. Layak nya tarian memori yang bermain dalam kepala Erik, lembaran kain yang  melintasi waktu, menyebrangi wilayah kehidupan dan kematian yang pada akhirnya menarik kesadarannya untuk kembali hidup.

Barangkali tarian memori ini merupakan bagian pengilhaman pribadi sang perupa, yang kemudian kembali dihadirkan ke dalam karyanya. Karya reflektif seperti cermin. Melihat ke cermin, mengganti sepatu kita dengan sepatu orang lain dan berjalan dengan nya sambil melihat 'diri' kita ke dalam cermin.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Penggabungan berbagai media dalam karya mereka memberikan pertanyaan apakah dengan menggambungkan berbagai macam media seperti lukis dengan foto menjadi bahasa artistik yang baru dalam berkomunikasi? Sanggupkah bahasa visual yang baru itu menyampaikan gagasan mereka? Menjadi bahasa visual yang baru? karena bagi Erika sendiri, lukis saja sudah tidak memadai untuk mengungkapkan pesan yang ia upayakan, melainkan menjadi hasil sisa- sisa pemikirannya saja.

Pameran berlangsung hingga tanggal 25 November 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun