Dalam hal ketahanan pangan, kerjasama ini dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan yang dihadapi dalam sektor pertanian dan distribusi pangan.
Selain itu, dalam menghadapi perubahan iklim, dukungan AS dapat berperan penting dalam pengembangan teknologi hijau dan investasi energi terbarukan. Dengan demikian, penguatan diplomasi multilateral tidak hanya akan memperkuat hubungan Indonesia-AS, tetapi juga memberikan manfaat bagi pembangunan nasional dan stabilitas kawasan.
Diplomasi publik juga tak kalah penting dalam memperkuat hubungan bilateral. Program pertukaran pelajar dan kolaborasi budaya dapat menciptakan hubungan masyarakat yang lebih erat.
Perluasan jaringan dagang juga perlu diperhatikan. Keberhasilan hubungan dengan AS bisa menjadi model untuk menjalin kemitraan serupa dengan negara-negara lain.
Melalui langkah-langkah ini, hubungan Indonesia-AS berpotensi menjadi salah satu pilar utama bagi pertumbuhan ekonomi dan pengaruh regional Indonesia. Jokowi telah menunjukkan pendekatan yang pragmatis dan progresif dalam politik luar negeri.
Dengan strategi yang adaptif, politik luar negeri Indonesia dapat terus berkembang. Meskipun menghadapi tantangan, peluang untuk memperkuat kemitraan strategis dengan AS sangat terbuka.
Secara keseluruhan, kerjasama ekonomi Indonesia-AS mencerminkan dinamika liberalisme dalam hubungan internasional. Ini menunjukkan bagaimana kedua negara dapat saling menguntungkan dalam menghadapi tantangan global.
Melihat politik luar negeri Jokowi melalui kacamata liberalisme, jelas bahwa pendekatan ini tidak hanya menguntungkan Indonesia. Namun, juga memberikan kontribusi terhadap stabilitas dan kemakmuran kawasan Asia-Pasifik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H