Mohon tunggu...
Tasya Camila Ikhsan
Tasya Camila Ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Mercu Buana

Each life matter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Mengunggah Foto Makanan ke Instagram

16 April 2022   12:41 Diperbarui: 17 April 2022   17:14 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: id.pinterest.com

Siapa yang suka foto-foto makanan sebelum di makan, lalu diupload ke Instagram dengan caption lucu nan kreatif?

Kalo kamu pernah, apa sih yang kamu pikirkan ketika itu? Apa yang menjadi motivasi kamu ketika posting makanan ke sosial media, dan apa yang kamu rasakan setelah posting foto itu?

Makanan adalah sebuah kebutuhan manusia untuk menjaga tubuh agar tetap sehat, serta bertenaga dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dari waktu ke waktu, makanan mengalami perkembangan dalam berbagai aspek, cara memasaknya, cara penyajiannya, cara memakannya, hingga cara pengawetannya.

Makanan juga mengalami perubahan budaya lho teman teman. Makanan mengalami proses adaptasi juga dengan adanya perpindahan masyarakat, budaya teknologi, dan sebagaimnya. Kemudian makanan tiap daerah itu khas, dan punya cita rasa atau bahan tertentu yang digunakan, hal ini membuat makanan menjadi sebuah budaya tersendiri pada masing-masing daerah atau suatu kebudayaan. Makanan kini sudah menjadi sebuah budaya dan lifestyle, bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan saja.

Omong-omong soal perubahan dan perkembangan, rasanya kurang afdhol kalo belum bahas teknologi. Teknologi punya beragam cabang, salah satunya teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi juga mengalami perkembangan yang cepat dari hari ke hari. Kini teknologi komunikasi sudah bisa menghubungkan manusia dengan manusia lain yang berada di dua wilayah yang jauh/berbeda, atau komunikasi mobile. Perangkat komunikasi yang memiliki kemampuan komunikasi online salah satunya adalah telfon pintar atau smartphone. Lebih lanjut, di dalam smartphone kita menggunakan media tertentu untuk melakukan komunikasi, atau kita biasa sebut dengan media sosial.

Media sosial memungkinkan proses komunikasi berlangsung dari seluruh dunia, tanpa khawatir dengan jarak dan waktu, hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran informasi, hingga nilai-nilai budaya. Adanya media sosial juga cukup signifikan ke perubahan masyarakat lho! Banyak kebiasaan yang berganti, atau kebiasaan-kebiasaan baru cepat menular dari masyarakat satu ke yang lain. Salah satu media sosial yang paling di minati (Bestari, 2014) adalah Instagram.

Menurut Schlesselman-Tarango (2013), Instagram merupakan aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk mengunggah gambar dan video, mengedit media dengan menambahkan filter yang berbeda dan membagikan gambar dalam jejaring sosial pengguna dan melalui tagar yang berfungsi sebagai label dan sebagai kata kunci yang dapat dicari (Holmberg, Chaplin, Hillman, & Berg, 2016). Pengguna juga dapat memberikan keterangan atau caption pada gambar, lalu pengguna Instagram dapat saling berkomentar dan 'menyukai' gambar satu sama lain (Holmberg, Chaplin, Hillman, & Berg, 2016).

Berbagi foto terkait makanan melalui media sosial juga sudah menjadi hal lumrah. Sebuah penelitian yang dilakukan Bilgihan, Peng, & Kandampully (2014) menunjukkan 37,1% mahasiswa mengunggah foto pengalaman bersantap di media sosial dengan frekuensi sedang hingga tinggi. Analisis konten pertama Instagram menemukan sedikit lebih dari 10% foto terkait dengan makanan (Pember, Zhang, Baker, & Bissell, 2018) dan sebagian besar pengguna remaja (85%) membagikan gambar yang berisi makanan (Holmberg, Chaplin, Hillman, & Berg, 2016).

Sumber: id.pinterest.com
Sumber: id.pinterest.com

Tapi kenapa sih orang orang melakukan hal itu?

Berbagai alasan mendasari seseorang untuk melakukan sesuatu dan didasari pula dengan tujuan tertentu. Kita analisa dengan menggunakan salah satu teori psikologi sosial, tentang pengaruh sosial konformitas yuk!

Konformitas adalah bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Pengaruh sosial juga dapat terjadi dengan cara yang kurang langsung, melalui kesesuaian dengan norma-norma sosial atau kelompok. Tekanan untuk melakukan konformitas berasal dari adanya aturan eksplisit ataupun implisit yang menunjukkan bagaimana seharusnya individu bertingkah laku. Tampaknya seolah-olah, tanpa adanya tekanan langsung, kelompok tersebut dapat menyebabkan para anggota berkumpul dan dengan demikian menjadi lebih mirip satu sama lain (Hogg & Vaughan, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun