1. Pendahuluan
Apresiasi seni adalah proses penilaian atau penghargaan terhadap sebuah karya seni yang dilakukan oleh penonton atau penikmat karya seni (Rondhi, 2017, p.13). Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap seni, khususnya karya seni, bersumber dari kurangnya pengetahuan dan literasi seni. Kurangnya apresiasi masyarakat Indonesia terlihat dari pencurian budaya Indonesia, salah satunya batik. Masyarakat masih belum menyadari pentingnya seni bagi bangsa.
Kegiatan apresiatif merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Apresiasi karya sebagai bentuk apresiasi penonton terhadap keunikan karya seniman, yang dapat diekspresikan dalam bentuk suka atau duka, tetapi juga dapat dipersepsikan baik atau buruk. Agar manusia dapat memahami sebuah karya seni dengan baik, diperlukan apresiasi. Apresiasi sebagai bagian dari pendidikan seni sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa karena bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan atau pengetahuan mereka tentang karya seni.
Indonesia sangatlah kurang pada pendidikan seni. Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbdud), mencontohkan kekurangan guru seni rupa di sekolah. Banyak guru yang mengajar seni tidak memiliki latar belakang seni. “Sekolah ini memiliki jumlah guru seni yang terbatas dan jujur teman-teman guru yang mengajar seni itu banyak yang berlatar belakang non-seni, jadi kadang terbatas,” kata Hilmar dalam jumpa pers Media Masuk Sekolah. 2020. Acara artis. Gerakan (GSM). Selain itu, program pendidikan Indonesia tidak mendorong siswa untuk menghargai seni.
Dengan adanya permasalahan ini, dijalankanlah program pengabdian masyarakat mengajar di Panti Asuhan Attawwabiin. Dipilihnya panti asuhan sebagai tempat dilaksanakannya program, yaitu untuk memberikan kesempatan kepada anak yatim-piatu untuk belajar mengenai seni, serta menanamkan rasa apresiasi terhadap seni.
Selain itu dalam program ini diajarkan juga mengenai berkarya dengan berinteraksi terhadap alam, dimana karya yang akan dibuat menggunakan material yang berasal dari alam. Hal tersebut juga mengajarkan bagaimana sebuah karya tidak harus dibuat dengan membeli semua material yang dibutuhkan untuk menghasilkan karya seni yang indah.
2. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian diawali dengan kunjungan ke Panti Asuhan Attawwabiin untuk melakukan wawancara mengenai anak-anak di panti asuhan, serta menetapkan jadwal kegiatan pengabdian. Kunjungan ke panti asuhan juga bertujuan untuk menyampaikan konsep dari pengabdian yang akan dilaksanakan.
Kegiatan mengajar di Panti Asuhan Attawwabiin dilaksanakan pada tanggal 10, April 2023. Kegiatan dimulai dengan perkenalan tim pengajar, kemudian tim menyampaikan materi dengan memaparkan slide dari proyector. Materi yang disampaikan berupa jenis atau contoh karya yang dapat dibuat menggunakan material dari alam. Selain itu penyempaian materi dilakukan dengan saling diskusi antar pengajar dengan anak-anak yatim, kemudian didemonstrasikan pembuatan karya.
Sembari dilakukannya demonstrasi, tim pengajar menginstruksikan anak-anak untuk berkarya dengan material yang sudah disiapkan. Anak-anak juga diberikan kebebasan dalam berkarya. Selama anak-anak berkarya, tim pengajar ikut berkarya dan memantu anak-anak yang mungkin kesulitan dalam berkarya.
Setelah anak-anak sudah menyelesaikan karya yang mereka buat, setiap anak diberi kesempatan untuk maju kedepan untuk mempresentasikan karya mereka, didepen mereka diminta untuk menjelaskan mengapa mereka memilih untuk membuat karya tersebut dan apakah ada arti tersendiri dari karya tersebut.
Sembari ada yang mempresentasikan di depan, tim memberikan kesempatan untuk anak-anak yang lain untuk mengapresiasi dan komentar mengenai karya yang ada didepan. Setiap anak yang sudah mempresentasikan karya mereka akan diberikan bingkisan sebagai bentuk aplaus atas keberanian mereka untuk maju kedepan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H