Sifat asam lemak jenuh yang sulit mengalami reaksi membuat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik didih minyak kelapa lebih banyak. Penggorengan yang terlalu lama dikhawatirkan dapat membuat nutrisi dari makanan hilang.
Meskipun begitu, sifat sulit mengalami reaksi membuat minyak kelapa tidak mudah berubah warna ketika digunakan untuk menggoreng. Selain itu, dalam suhu dingin, ikatan tunggal yang terkandung dalam asam lemak jenuh menyebabkan minyak kelapa mudah memadat karena titik lelehnya tinggi.
Sementara itu, minyak sawit mengandung campuran asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak jenuh mengandung ikatan tunggal, sedangkan asam lemak tak jenuh mengandung ikatan rangkap.
Ikatan rangkap yang terkandung dalam asam lemak tak jenuh mudah terurai sehingga mudah mengalami reaksi. Hal ini menyebabkan titik didih minyak sawit rendah sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng tidak lebih banyak daripada menggoreng menggunakan minyak kelapa.
Namun, sifat mudah mengalami reaksi membuat minyak sawit mudah berubah warna ketika digunakan untuk menggoreng sehingga seperti barang sekali pakai.
Daftar Pustaka
Aida, N. R. 2022. Minyak Goreng, Pergeseran dari Kelapa Kopra ke Sawit. https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/01/153000565/sejarah-minyak-goreng-pergeseran-dari-kelapa-kopra-ke-kelapa-sawit?page=all. Diakses 10 Juni 2022 pukul 19.00 WIB.
KBBI Daring, s.v. “kopra”, diakses 10 Juni 2022 pukul 20.00 WIB, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kopra.
Purwanti, T. 2022. Stok Minyak Goreng Melimpah, Harganya Kok Bisa Makin Mahal?. https://www.cnbcindonesia.com/market/20220419083057-17-332663/stok-minyak-goreng-melimpah-harganya-kok-bisa-makin-mahal. Diakses 10 Juni 2022 pukul 19.30 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H