Mohon tunggu...
Tasya Khairunisa
Tasya Khairunisa Mohon Tunggu... Novelis - pelajar

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel Orang-Orang Biasa

2 Maret 2023   21:40 Diperbarui: 2 Maret 2023   21:44 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                            ANALISIS NOVEL 'ORANG-ORANG BIASA'

          Novel Orang-Orang Biasa menceritakan kehidupan di kota Belantik, kota yang mempunyai sebutan kota naif. Di kota tersebut, terdapat sekelompok orang yang merencanakan perampokan. Kota Belantik dikenal dengan penduduk masyarakatnya yang mempunyai sifat sopan dan ramah. Meski, tidak berpendidikan yang tinggi tetapi masyarakatnya mempunyai perilaku moral yang baik.

          Tetapi sebutan kota "naif" tersebut menghilang karena banyaknya kasus perampokan yang terjadi ketika pawai kemerdekaan. Sebenarnya, perampokan itu bertujuan baik. Uang hasil dirampoknya akan digunakan untuk membayarkan salah satu anak sahabatnya yang bernama Dinah. Anaknya ingin kuliah di fakultas kedokteran di universitas populer dan ternama. Sekelompok perampok tersebut mempunyai 10 anggota yaitu Junilah, Salud, Dinah, Nihe, Sobri, Handai, Debut, Rusip, dan Honorup. Mereka semua sudah bersahabat ketika duduk di bangku sekolah.

           Semua anggota tersebut dianggap sebagai siswa-siswa yang kurang pintar sehingga selalu duduk dibagian deret paling belakang di kelasnya. Beberapa dari mereka, ada yang tidak lulus SMA karena tidak naik kelas berkali-kali. Anggota kelompok mereka juga seringkali mengalami bullying dari Duo Baron dan Trio Bastardin. Saat masa sekolah selesai, mereka tetap bersahabat dengan menjalani kehidupan yang penuh kesederhanaan dan tidak menyeleneh.

           Perampokan yang dilakukan oleh sekelompok orang tersebut diketuai dan didalangi oleh tokoh yang bernama Debut. Awalnya, anggota kelompok yang lain merasa takut dan ragu untuk melakukan tindak tersebut. Tetapi, anggota kelompok yang berjumlah 9 orang tersebut akhirnya mengikuti ide Debut. Hal ini karena, tokoh Debut dianggap sebagai sosok teman yang idealis sehingga dapat dijadikan sebagai pemimpin dengan rencana suatu hal yang selalu bagus. Rencana ini juga disokong oleh Handai yang mempunyai cita-cita sebagai motivator.

          Perencanaan perampokan tersebut disusun dengan strategi yang apik. Misi perampokan dilakukan dengan membagi regu menjadi dua tim. Tetapi, tim pertama gagal melakukan perampokan. Kemudian, tim kedua berhasil melakukan misi perampokan di toko Batu Mulia yang berhasil merampok uang 18 Miliar. Tetapi, di toko Batu Mulia adalah tempat para koruptor menyimpan uang korupsi hingga sekelompok perampok tersebut hampir tertangkap. Lalu, sekelompok anggota geng tersebut melakukan perampokan lagi di tempat lain. Namun, mereka juga tertangkap saat sedang melakukan aksi jahatnya. Sekelompok sahabat tersebut gagal memberikan uang untuk biaya anak Dinah. Tetapi, pada akhir ceritanya anak Dinah berhasil kuliah di fakultas kedokteran dengan cara yang halal tanpa melakukan tindak kejahatan.

      Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata, lahir pada 24 Oktober 1966 adalah seorang novelis asal Indonesia yang berasal dari Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Ia lahir di Gantung, Belitung dan tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yaitu PN Timah atau sekarang dikenal dengan sebutan PT Timah Tbk.

     Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia sangat menggemari sains seperti Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi, dan Sastra. Andrea lebih mengindentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.

      Setelah menerima beasiswa di Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus dengan predikat cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.

     Ia juga menyandang banyak prestasi yaitu sebagai pemenang BuchAwards Jerman 2013, pemenang Festival Buku New York 2013 (general fiction category), honorary doctor of letters (Hon Dlitt) dari Universitas Warwick pada tahun 2015, dan masih banyak lagi prestasi yang diraih oleh Andrea Hirata.

       Karya pertama yang ditulis oleh Andrea Hirata adalah novel Laskar Pelangi pada tahun 2005. Novel ini ditulis berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. Novel ini terjual lima juta kopi, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih. Dan tentunya masih banyak lagi karya-karya yang ditulis oleh Andrea Hirata seperti Sang pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov (2008), Cinta di Dalam Gelas (2010), Padang Bulan (2010), Buku Besar Peminum Kopi (2020), Orang-Orang Biasa (2019), dan masih banyak lagi karya tulis Andrea Hirata yang banyak digemari pembaca di luar sana.

  •        UNSUR INTRINSIK NOVEL 'ORANG-ORANG BIASA'
  • TEMA 

Tema dari novel 'Orang-Orang Biasa' karya Andrea Hirata adalah perjalanan kehidupan dan perjuangan keras sepuluh orang-orang biasa. Mereka yang berkawan sejak duduk di bangku SMA namun memiliki keterbatasan ekonomi. Yang pada akhirnya mereka harus mencari biaya sebesar 80 juta untuk keperluan membayar biaya pendaftaran Aini anak dari Dinah untuk masuk Fakultas Kedokteran di universitas negeri ternama. Sepuluh kawan tersebut ialah Debut, Tohirin, Handai, Honorun, Rusip, Salud, Sobri, Dinah, Nihe, dan Junilah. Terlihat dari kutipan berikut ini:

"Debut menjelaskan pada Salud bahwa mereka merampok bank untuk mencari dana demi membayar uang kuliah anak Dinah yang mau masuk Fakultas Kedokteran, bukan untuk hal lain. Salud tersenyum." (Orang-Orang Biasa, 2019: 135)"

  • ALUR

Alur dari novel 'Orang-Orang Biasa' karya Andrea Hirata dibuat dengan alur campuran, yaitu alur maju dan alur mundur.

  • TOKOH  DAN PENOKOHAN

     Pada novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata ini terdapat 14 tokoh yang dimunculkan. Tokoh utama diperankan sepuluh sahabat karib, Debut, Salud, Sobri, Tohirin, Honorun, Handai, Rusib, Duo Nihe-Junilah, dan Dinah. Sedangkan tokoh tambahan diperankan oleh Inspektur Abdul Rojali, Sersan Muda P. Arbi, Trio Bastardin dan Duo Boron, Aini, dan Ibu Desi Mal.

           - Penokohan

1. Handai, perilakunya suka mengadai atau mengkhayal 

2. Tohirin, wataknya cenderung aneh dan sedikit bodoh, namun mudah resah

3. Honorun, karakternya lugu, baik, lembut, santun

4. Sobri, cenderung keras kepala dan bebal, pendiam (namun jika sudah bicara nadanya sangat tinggi dan seperti toa)

5. Rusip, karakternya agak bodoh dan jorok, namun baik

6. Salud, wajahnya menyeramkan, mebakutkan, dan dingin

7. Mardinah/Dinah, wataknya baik dan selalu tersenyum

8. Nihe, cenderung modern, selalu update, suka lagu barat dan berdandan

9. Junilah, seperti Nide dan pengikut setia Nihe

10. Aini, master matematika, pintar, cerdik, namun pesimis


  • LATAR 
  • Latar Tempat 

    Latar tempat pada novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata terjadi di Kota Belantik. Kota Belantik merupakan kota yang naif, tempat tinggal sepuluh kawanan tersebut. Kota Belantik di sana dideskripsikan sebagai kota yang tertinggal dari kota-kota maju.

"Menelaah papan tulis artistik kejahatan itu, yang demikian minim angkanya sehingga tak bisa dijadikan diagram batang, diagram kue cucur atau diagram naik-naik ke puncak bukit, barangkali tak ada yang keberatan jika dikatakan Belantik adalah kota ukuran sedang paling aman dan paling naif di seluruh dunia ini. Suatu kota di pinggir laut yang penduduknya telah lupa cara berbuat jahat." (Orang-Orang Biasa, 2019: 5)

  • Latar Waktu

     Latar waktu yang terdapat dalam novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata pada masa reformasi sekitar tahun 2009. Hal ini diindikasi dari budaya SMS yang menjadi cara berkomunikasi yang diceritakan dalam novel Orang-Orang Biasa Karya Andrea Hirata.

"Tiba-tiba hape Dinah berbunyi. Ada SMS dari Debut. Terbelalak Dinah melihat SMS itu. Debut sangat serius sebab dipakainya huruf besar." (Orang-Orang Biasa, 2019: 186)

  • SUDUT PANDANG 

     Sudut pandang yang digunakan dalam novel Orang-Orang Biasa ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yaitu menggunakan nama orang.

  • AMANAT

     Amanat yang didapat dari novel karya Andrea Hirata, 'Orang-Orang Biasa' ialah sudah sepantasnya manusia saling menolong dalam kehidupan, seperti yang dilakukan oleh kesepuluhan kawan dalam novel ini. Mulianya pertemanan mereka dalam membantu Dinah agar dapat kuliah hingga harus melakukan perampokan. Novel ini menjunjung kebeneran yang mengingatkan kita bahwa kebenaran akan selalu terungkap meskipun kebohongan sudah ditutup rapat-rapat. Hal ini membuat kita tersadar akan pentingnya kejujuran dalam penerapan perilaku sehari-hari.

    Selain itu, novel ini juga mengajak pembaca agar tidak pendek dalam bermimpi. Hal ini dilihat dari usaha para tokoh untuk merealisasikan mimpi Dinah agar menjadi seorang dokter di universitas ternama. Oleh karena itu, bermimpilah setinggi langit dan coba wujudkan melalui usaha dan diserati doa agar dapat dikabulkan oleh Tuhan YME.

  • GAYA BAHASA 

    Diksi atau gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Meskipun terkesan terburu-buru dalam menyelesaikan novel ini, Andrea Hirata ini tetap dapat menyanjung pembaca dengan bahasa yang sangat apik. Novel ini dikemas dengan tidak banyak menggunakan majas dan umumnya majas yang digunakan adalah majas personifikasi dan majas repetisi.

 

                                                                 ANALISIS STRUKTUR NOVEL 'ORANG-ORANG BIASA'

  • Tahap Orientasi (pengenalan)

     Tahap penyituasian merupakan tahapan awal yang menggambarkan dan mengenalkan bagaimana situasi latar dan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Sembilan sekawan yang terdiri atas Handai, Tohirin, Honorun, Sobri Rusip, Salud, Nihe, Dinah dan Junilah terkumpulkan secara alami oleh Ibu Desi Mal di deretan bangku paling belakang. (Orang-Orang Biasa, 2019: 6-7)

  • Tahap Komplikasi

     Tahap ini dimulai saat Aini mengejutkan ibunya dengan memberikan formulir bahwa dia telah lulus test masuk Fakultas Kedokteran di universitas negri ternama. Dinah ditemani Aini berusaha mencari pinjaman dari koperasi hingga bank tetapi tidak ada satupun yang mau memberikan pinjaman kepada mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

"Aini kembali kecewa melihat ibunya keluar dari ruko itu dengan wajah sembap sambil menggeleng-geleng. Ini adalah koperasi simpan pinjam kelima atau terakhir yang telah mereka datangi, dan semua menolak usulan pinjaman dari ibunya. Kemarin mereka mendatangi semua bank kecuali sebuah bank yang sangat megah, banyak kacanya, yang masuk ke dalamnya saja mereka sungkan apalagi meminjam uang. Seluruh bank itupun telah menolak usulan pinjaman Dinah." (Orang-Orang Biasa, 2019: 70)

  • Tahap Evaluasi

   Tahap ini terjadi saat Debut yang mengetahui bahwa Aini putri sulung Dinah lolos tes masuk Fakultas Kedokteran akan tetapi keadaan ekonomi Dinah yang tidak bisa membayar biaya pendaftaran serta telah ditolak banyak koperasi dan bank saat mengusulkan pinjaman membuat Debut yang idealis kecewa lantas terpikirkan untuk merampok bank.

  • Tahap Resolusi 

      Tahap puncak pada hari perampokan tiba, setelah merencanakan ini selama berbulan-bulan pada hari Jum'at pukul 15.55 mereka telah sampai di bank dan melancarkan aksi perampokan sesuai dengan alur yang telah direncanakan. Mereka terbagi atas dua tim, tim 1 Sobri, Dinah, Junilah, Handai dan Honorun, sedangkan Tim 2 terdiri dari Debut, Rusip, Nihe, Salud dan Tohirin. Tim 1 masuk ke bank seedangkan tim 2 berjaga di luar. Tim 1 yangg bergerak lambat dan hampir ketangkap, untungnya Debut segera mengirim SMS ke Dinah untuk segera keluar, lalu mereka segera keluar dari bank.  (Orang-Orang Biasa, 2019: 186-187)

  • Tahap Koda     

     Tahap akhir Aksi perampokan bank pada hari itu gagal, tetapi tidak untuk merampok Toko Batu Mulia Bastardin, mereka selamat dari kejaran sekuriti toko tersebut dan membawa dua tas besar berisi uang miliaran. Dua hari setelah merampok, mereka berkumpul untuk melihat tas berisi uang serta membicarakannya. Pada akhirnya, Dinah tidak mau memakai uang haram tersebut untuk biaya masuk kuliah Aini, sahabat-sahabatnya juga berpikiran sama denggan Aini, dan memutuskan untuk mencari cara lain guna mendapatkan biaya masuk Fakultas Kedokteran sbesar 80 juta tersebut. (Orang-Orang Biasa, 2019: 224)

Sekian artikel tentang analisis Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata, yang ditulis oleh kelompok 5. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca, Terima Kasih. 

KELOMPOK 5
1. Dini Khairunnisa (11)

2. Dinda Nabiilah Putri (12) 

3. Olivia Panjiani (29)

4. Tasya Khairunnisa (35)

5. Ringgo Jago Wario (31)


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun