Asya selalu terlihat tenang. Wajahnya yang teduh dan senyum tipisnya membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman. Namun, di balik senyum itu, tersimpan rahasia yang mendalam. Asya jarang sekali bercerita tentang dirinya, bahkan kepada sahabat terdekatnya sekalipun.
"Kenapa sih, Sya? Kamu itu kayak punya dunia sendiri," tanya Zara, sahabat Asya sejak kecil.
Asya hanya tersenyum tipis. "Bukan begitu, Zar. Cuma aku lebih suka menikmati hidup dengan caraku sendiri."
Zara mendesah. Ia tahu sifat Asya yang begitu tertutup. Banyak hal yang ingin ia tanyakan, namun Asya selalu menghindarinya. Zara merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Asya, sesuatu yang begitu berat hingga membuatnya enggan untuk berbagi.
Suatu hari, Asya mendadak jatuh sakit. Ia demam tinggi dan harus dirawat di rumah sakit. Zara yang khawatir langsung menjenguknya. Di samping ranjang rumah sakit, Asya terlihat lemah.
"Sya, kamu kenapa sih? Cerita sama aku, ya? Aku akan selalu ada untukmu," ujar Zara dengan suara lembut.
Asya menatap Zara dalam-dalam. Untuk pertama kalinya, ia terlihat begitu rapuh. Dengan suara lirih, ia mulai bercerita. Ternyata, Asya menyimpan penyakit yang berbahaya. Sebuah penyakit yang membuat beban pikirannya, Asya selalu melamun memikirkan penyakit nya.
Zara terdiam mendengar cerita Asya. Ia memeluk sahabatnya erat-erat. "Aku mengerti, Sya. Maaf aku selalu memaksamu. Tapi, ingat ya, aku akan selalu ada untukmu."
Sejak saat itu, Asya mulai sedikit demi sedikit membuka diri pada Zara. Ia belajar untuk tidak lagi memendam semua perasaan sendirian. Dan Zara, dengan sabar menemani Dara dalam proses penyembuhannya.
Pesan Moral:
Setiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing. Ada kalanya kita membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita dan mendengarkan keluh kesah kita. Namun, ada juga orang yang memilih untuk menutup diri karena berbagai alasan. Kita perlu menghormati keputusan mereka dan memberikan ruang bagi mereka untuk sembuh.