Mohon tunggu...
Hazel
Hazel Mohon Tunggu... Duta Besar - such a happy human being

🍀🍀🍀

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Pejuang Emansipasi

19 Februari 2020   10:45 Diperbarui: 19 Februari 2020   10:47 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raden Ajeng Kartini pahlawan nasional yang kita kenal menentang diskriminasi terhadap perempuan bahwa perempuan hanya boleh beraktivitas di dapur. Beliau lahir di Jepara 21 April 1879 yang hari lahirnya kita peringati sebagai Hari Kartini. Berasal dari keluarga bangsawan dimanfaatkannya untuk memperjuangkan kehidupan wanita pribumi.

Kartini mempelajari berbagai buku, majalah, dan surat kabar dari Eropa. Dari situ beliau mulai tertarik dengan cara berpikir wanita-wanita Eropa yang lebih bebas dan maju ketimbang wanita-wanita pribumi. Dari sanalah Kartini memiliki keinginan untuk memajukan para perempuan pribumi yang dinilai masih memiliki tingkat sosial yang rendah.

Kartini begitu semangat untuk menjadi guru dan mendirikan sekolah sehingga beliau berhasil  memperoleh kebebasan dan didukung untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang. Dan atas keuletan dan ketekunan perjuangannya dalam menulis surat-surat kini surat-surat itu pun dijadikan buku berjudul "Habis gelap terbitlah terang".

Melalui pemikiran, pengorbanan, serta perjuangan Kartini yang melahirkan emansipasi yaitu persamaan hak di berbagai aspek kehidupan (ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan), kini perempuan-perempuan Indonesia bisa merasakan hasilnya. 

Wanita Indonesia bisa menunjukkan eksistensinya diberbagai bidang kehidupan dan berdampak positif bagi karier dibalin perang rangkap wanita sebagai ibu dan juga istri.

Sekarang ini saatnya kita memanfaatkan hal yang telah diperjuangkan oleh beliau baik aktif dalam berbagai bidang pendidikan, ekonomi, sosial,budaya dan politik namun tidak menghilangkan kehormatan dan kodrat sebagai wanita yang lemah lembut, santun dan dapat merawat anak-anak maupun suami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun