Batam, sebagai pusat industri utama Indonesia, kini melangkah menuju transformasi energi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan potensi besar dalam pemanfaatan energi terbarukan, Batam berencana mengembangkan teknologi blue ammonia sebagai solusi energi bersih. Ammonia biru, yang dapat menyimpan hidrogen hingga 17,6% dari beratnya, menawarkan solusi efisien dalam penyimpanan dan transportasi energi. Dengan dukungan infrastruktur industri yang ada, Batam memiliki peluang besar untuk menjadi pusat produksi ammonia biru yang mendukung ketahanan energi domestik sekaligus berkontribusi pada ekspor energi hijau.
Selain itu, Batam, yang dikenal sebagai "Kota Ramah Investasi," juga tengah menjajaki pemanfaatan gelombang laut melalui teknologi Wave Volt Energy. Teknologi ini mengubah energi kinetik gelombang laut menjadi listrik, yang dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Dengan model pemanfaatan energi gelombang yang dioptimalkan melalui Macroscale Regionalized Ensemble Wave-Energy Modeling (MREWEM), Batam bisa mengembangkan sumber energi ramah lingkungan yang mendukung keberlanjutan jangka panjang.
Sementara itu, di Kepulauan Riau, teknologi Microbial Electrolysis Cell (MEC) menawarkan solusi inovatif dalam menghasilkan biohidrogen dari limbah organik. Dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit dan sumber biomassa lainnya, teknologi ini tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menciptakan sumber energi terbarukan. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga riset akan sangat penting untuk memaksimalkan potensi ini dan memastikan transisi menuju ketahanan energi yang lebih baik di Kepulauan Riau.
Dengan berbagai inisiatif ini, Batam dan Kepulauan Riau berpotensi menjadi pionir dalam pengembangan energi hijau di Indonesia, memperkuat ketahanan energi nasional dan membuka peluang ekonomi yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H