Oleh: Tasya oktavianaÂ
UIN SUSKA RIAU
ABSTRAK
Kurangnya minat literasi orang Indonesia menjadi permasalahan yang bisa dibilang serius. Literasi berarti membaca. Kebiasaan untuk literasi harus di biasakan sejak dini. Orang tua, guru dan pemerintah berperan penting dalam meningkatkan minat literasi. Sudah banyak data-data yang menyebutkan bahwa orang Indonesia kurang berminat dalam membaca buku.
Kata Kunci: Minat, Literasi, Orang IndonesiaÂ
PENDAHULUAN
Secara sederhana, literasi berarti membaca dan menulis. Literasi juga dapat diartikan sebagai melek teknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga peka terhadap politik. Seseorang yang dikatakan literat bila ia sudah bisa memahami karena membaca informasi yang tepat dan bertindak berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan itu. Kepekaan terhadap literasi tidak bisa terjadi secara instan, melainkan harus dilatih sedari kita lahir ke dunia. Proses ini dilakukan dari lingkungan keluarga, dikembangkan lingkungan sekolah, pergaulan dan pada saat dewasa ketika di dunia kerja.Â
Berbagai faktor yang menyebabkan seseorang kurang literasi, namun kebiasaan untuk membaca dianggap sebagai faktor utama. Menurut Kimbey (1975:662) kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa adanya unsur paksaan. Kebiasaan tidak bisa tumbuh sendiri, melainkan dipengaruhi oleh proses belajar dan lingkungan sekitar.Â
Budaya literasi sudah seharusnya di dukung oleh pemerintah. Perhatian pemerintah terhadap literasi hanya terlihat di hari peringatan tertentu. Seperti hari peringatan Hari Buku Nasional, diadakan sama seperti tahun-tahun sebelumnya dan berlangsung sepi, tidak ada meningkatkan kesadaran baru tentang buku tentang budaya literasi. Presiden Jokowi bahkan membubarkan Dewan Buku Nasional yang dibentuk pada masa Presiden SBY sehingga tidak ada lagi yang mengurusi pembukuan pada level nasional.Â
PEMBAHASAN
Tingkat literasi pada anak di Indonesia sangat jauh dari harapan. UNESCO menyatakan bahwa Negara Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia yang berarti minat baca nya sangat rendah. Hanya 0,001% yang artinya jika 1000 orang Indonesia, cuma satu orang yang rajin membaca.
Riset berbeda bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand yang di peringkat 59 dan di atas Bostwana di peringkat 61. Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Lalu, 60 juta orang Indonesia memiliki gadget yang mendapat urutan kelima terbanyak kepemilikan gadget. Pada 2018 menurut lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan penggunaan aktif smartphone lebih dari 100 juta orang. Mirisnya pada tahun 2017 meskipun minat baca buku rendah, tetapi orang Indonesia bisa menatap layar smartphone kurang lebih dari 9 jam sehari. Hal inilah yang menjadikan orang Indonesia mendapat urutan ke-5 sebagai orang tercerewet di media sosial.
Pada tahun 2019, Menurut Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh OECD, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara dari tingkat literasi terendah diantara 10 negara lainnya.Â
Dari data diatas, orang tua, guru bahkan pemerintah perlu mencari cara untuk meningkatkan literasi di Indonesia, cara meningkatkan literasi sebagai berikut:
1. Memperkenalkan budaya literasi sejak dini dengan membiasakan anak untuk membaca buku-buku cerita atau pun buku-buku pelajaran.Â
2. Membuat lingkungan belajar menjadi menarik. Orang tua atau guru di sekolah harus mampu menarik perhatian anak supaya anak mau membaca dengan menyediakan buku-buku menarik, papan tulis dan lainnya.
3. Menggunakan metode yang menarik saat pembelajaran berlangsung. Guru atau orang tua perlu memahami apa yang dapat membantu anak agar anak mempunyai minat untuk membaca dengan menggunakan metode yang menarik.
4. Mengadakan perpustakaan keliling ke daerah-daerah agar masyarakat Indonesia gampang jika ingin membaca buku.
5. Mengupdate selalu buku-buku di perpustakaan sekolah atau pun perpustakaan daerah agar judul buku selalu baru dan menambah pemahaman.Â
KESIMPULAN
Buku sebagai pintu untuk seseorang melakukan sesuatu. Membaca buku dapat membawa seseorang untuk mendapatkan apa yang ada dalam  impiannya. Untuk manggapainya, perlu waktu yang sangat panjang. Karena itulah seseorang harus membiasakan dirinya sedari kecil untuk mambaca buku. Kebiasaan yang telah terbentuk inilah yang bisa menjadikan bangsa Indonesia bertambah minat dalam membaca buku.Â
DAFTAR PUSTAKA
TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos, Kominfo
Ane Permatasari, 2015, Membangun Kualitas Bangsa Dengan Budaya Literasi, Universitas Muhammadiyah YogyakartaÂ
Human Interest, 2023, Literasi Indonesia Peringkat 62 dari 70, Apakah Peningkatan Kualitas Perpustakaan Daerah Bisa Membantu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H