Pada awalnya saya hanya berani membaca novel dengan genre fiksi, jika ada yang menyodori saya buku nonfiksi saya sudah minder duluan. Bukanya apa, tetapi saya takut buku dengan genre nonfiksi tidak sesuai dengan kemampuan saya berpikir, sehingga saya takut berhenti di tengah jalan sehingga menjadikan buku yang saya baca mubazir. Selama ini saya berfikir kalau buku-buku nonfiksi itu berat, sampai akhirnya saya memutuskan untuk tidak ada salahnya mencoba tantangan baru untuk membaca buku nonfiksi.
Ternyata membaca buku memoir/ biografi itu sama menghiburnya dengan membaca kisah fiksi, pengalaman hidup yang diceritakan oleh penulis dalam buku biografi adalah pengalaman penting dan menarik yang sudah dipilih oleh penulis untuk dituliskan kedalam bentuk buku, dan tentunya bukan pengalaman yang “b” aja.
Ada perbedaan yang sulit dijelaskan ketika saya membaca kisah dalam buku nonfiksi, dibandingkan dengan membaca kisah dalam buku fiksi. Membaca buku genre autobiografi dapat membuat saya terbawa dalam emosi penulis saat menghadapi permasalahan hidupnya, rasa cemas, rasa sedih, maupun perasaan bahagia, terlebih ketika saya menyadari bahwa kisah itu nyata dan benar terjadi dalam hidup manusia, sehingga tidak jarang saya jadi sering takjub sendiri dan berkata dalam hati “ini kisah nyata dan ini bener terjadi loh”.
Ilmu kehidupan
Saya sering mendengar kata-kata bijak bahwa pengalaman hidup adalah guru terbaik. Pengalaman hidup adalah proses pembelajaran hidup yang membentuk karakter manusia, dengan pengalaman dan berbagai persoalan yang dialami itulah manusia menjadi semakin matang dan dewasa, dan dapat berpikir secara bijak, ketika kita menghadapi persoalan berikutnya.
Membaca buku biografi membuat saya belajar dari pengalaman orang lain, saya tidak harus menghadapi persoalan tersebut, tetapi setidaknya ketika saya menghadapi persoalan yang serupa saya memiliki bayangan mengenai apa yang harus saya lakukan dan dapat membuat saya berpikir dengan lebih bijak.
“Semakin banyak kita membaca, semakin kita banyak belajar, dan semakin kita menyadari bahwa kita tidak banyak tahu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H