Siang itu terdapatlah seorang anak SMA yang keluar rumah dengan wajah masam, tampak terlihat merah seperti orang yang lagi marah dan sambil mulutnya bergeming mengeluarkan kata-kata. Entah apa yang Ia katakan yang jelas aku tidak tau. Dia pergi dari rumah dengan menaiki motor sangat keras. Mungkin pergi ke tempat nongkrongnya. Waktu pun berlalu, maghrib pun tiba. Semua teman-temanya akhirnya pulang kerumah. Tinggalah dia sendiri di basecampnya tanpa seorang teman. Kurang lebih 1-2 jam dia mampu menahan kesepian itu. Malam semakin mencekam udara semakin dingin dan suara-suara aneh terdengar bukan sekai dua kali, akhirnya dia merasa ketakutan dan pergi meninggalkan basecamp.
Udara malam itu tak bersahabat, merasa apes karena udaranya sangat dingin dan tak membawa jaket. Bingung tak terarah "akan kemana lagi aku ini" ucapnya. Saat itu dia seperti berada di padang pasir, penjual tak ada uang pun tak bawa. Padahal saat itu perutnya sangat lapar. Kemudian mencari warung tak satupun ditemui dan tak berputus asa berjalan mencari warung, setelah beberapa kilo perjalananya mencari akhirnya ketemu dan berhenti. Kemudian dia duduk didepan teras warung dengan diam dan sambil berharap pemilik warung itu memberikan sepiring nasi.
Setelah lama duduk didepan, waktu pun mwnunjukan pukul 23.30. Lalu lalang pembeli berhamburan keluar dan pulang. Sekarang tinggalah aku sendirian dan warung pun akan di tutup. Sesaat setelah mengemasi barang-barang penjual itu akan menutup warungnya. Dan dilihatlah ada seorang remaja diluar lalu ditanyai "hai nak, mengapa kamu disini?" tanya pak penjual. Tak mau menjawab anak itu sambil tertunduk kembali ditanyai "kenapa nak kok diam, apa kamu lapar?". Lalu anak itu mengangguk sambil bicara "tapi aku tidak punya uang". "Oh kalau itu alasanya, ayo makan dulu disini..santai aja nak, gratis kok" bujuk bapak penjual sambil menarik tangan anak itu. Akhirnya anak itu mau setelah dibujuk.
Sambil melangkah kedalam sembari bapak itu membuatkan sepiring gado-gado. "Silahkan nak dimakan, nanti kalau masih lapar bilang aja, tak usah malu". Lalu anak itu makan dengan lahap dan sang bapak penjual juga sabgat perhatian dan dibuatkanlah es jeruk. Setelah es jadi, kemudian diberikanlah kepada anak itu dan melihat anak itu makan sambil menangis. Karena rasa penasaranya yang tak dapat di tahan akhirnya bertanya pada anak itu" mengapa nak kamu menangis, Apakah masih kurang gado-gadonya?"
Lantas anak itu serentak menggelengkan kepalanya (tanda tidak) dengan air mata yang bercucuran, hari ini aku bertengkar dengan bapak ibuku yang memarahi dan mengusirku karena aku merokok, lalu aku pergi sampai sekarang belum pulang dan tidak mau pulang kerumah. Saya juga sangat terharu pada bapak, padahal baru kenal beberapa jam tetapi mengapa bapak sangat begitu baik sekali terhadap saya, bahkan ibuki sendiri tidak peduli padaku".
Kemudian bapak itu menjawab" ketahuilah nak, aku hanya memberimu sepiring gado-gado, itupun karena aku melihatmu merasa kasihan dan juga ketika gado-gado bapak masih tersisa. Sementara ibumu yang memberikanmu makan setiap hari, merawatmu dengan kasih sayang, tak pernah meminta ganti, kamu bisa hidup sampai sekarang juga berkat jasa ibu bapakmu. Beliau juga yang memasak makanan untukmu, nasi, bakmie, gado-gado dll dari kecil sampai sekarang.Seharusnya kamu berterima kasih kepadanya, bagaimana jadinya jika ibu bapakmu merawatmu tidak dengan kasih sayang, apa jadinya dirimu sekarang. Sadarlah nak, sebenarnya orang tuamu bukan memarahimu. Itu bentuk kasih sayangnya untukmu, nak sekarang habiskan makanan ini dan cepatlah pulang minta maaf atas kesalahanmu ini".
Anak itu kaget mendengar perkataan tadi dan berfikir "oh iya, mengapa aku tidak berfikir dari tadi, untuk sepiring gado-gado aku samgat berterima kasih sementara ibuki padahal ibuku yang merawatku, memasak untulku dari kecil sampai sekarang mengapa aku berani padanya, sungguh hina sekali diriku, demi sepuntung rokok aku menghianati pengorbanan orang tuaku".
Lantas si anak tadi segera mnggabiskan gado-gadonya itu dan menguatkan dirinya untuk segera pulang. Tepat pukul setengah 1 sampai di rumah. Ia melihat ibunya dengan wajah yang letih & cemas berdiri didepan pintu yang sembari dari tadi menungguku pulang. Ketika melihat anaknya pulang, kalimat pertama yang keluar dari mulut ibuku adalah "Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam."
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan air matanya mengalir & ia memeluk dan menangis di hadapan ibunya. "Ibu, maafkanlah segala kesalahan yang aku perbuat, aku sayang denganmu bu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H