Kyai Ma'ruf Islamuddin, pengasuh pondok pesantren Walisongo Sragen, Jawa Tengah.
Beliau merupakan seorang da'i yang kerapkali memadukan ceramah dengan musik-musik serta menggunakan bahasa jawa yang kental.
Dalam kesempatan pada hari Sabtu, 25 September 2021. Beliau menghadiri acara webinar nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, sebagai pemantik.
Penyampaian beliau yang interaktif membuat jumlah peserta webnas kali ini tetap berada pada jumlah 100 sekian dalam waktu 2 jam lebih.
"Seorang da'i harus memiliki ilmu, karakteristik, memahami materi, dan menggunakan metode-metode yang telah disesuaikan dengan kondisi mad'u dapat berpacu pada QS. An Nahl:125," Ujar beliau.
Mengapa amar ma'ruf baru kemudian nahi munkar?
Beliau menyampaikan bahwasannya dalam kehidupan manusia semuanya bersumber dari kebaikan, mari kita tilik jika seseorang memiliki schedule dalam 24 jam dan menggunakan dengan sebaik mungkin, maka apa ada kesempatan bagi mereka untuk melakukan keburukan atau bermaksiat?
Itulah alasan mengapa konteksnya amar ma'ruf nahi munkar. Kemudian beliau juga menekanakan bahwasannya seorang manusia hendaknya memiliki rasa kasih sayang kepada sesama makhluk hidup.
Hal demikian didasari karena hukum alam yang ada bahwasannya jika kita dapat "me' maka kita akan "di", rasional saja jika kita menghormati orang lain maka kita akan dihormati atau bahkan jika kita menyakiti orang lain maka suatu saat kita akan disakiti.
"Menyayangi sesama dengan cara menyenangkan, sebelum menyenangkan orang lain kita harus senang dulu," Ujar beliau diakhir pembicaraannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H