Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berkontribusi dalam Transisi Energi Menuju Era Energi Berkelanjutan

6 Februari 2024   14:01 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:04 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendukung energi berkelanjutan dengan perilaku hemat energi, naik Commuter Line dan motor listrik (Foto: Dokpri)

Jam menunjukan pukul delapan kurang lima belas. Rutinitas pagi menuju tempat kerja dimulai. Si Molis andalan keluar dari garasi. Stop kontak dinyalakan, tuas gas ditarik perlahan, molis pun melaju nyaris tanpa suara. Pagi ini saya dan istri menuju stasiun Bekasi untuk naik Commuter Line.

Motor listrik (molis) belum lama menemani kami wara-wiri antara rumah-stasiun-rumah. Sengaja dibeli karena lebih hemat dan ramah lingkungan. Ini adalah kebiasaan baru yang kami lakukan sebagai respon atas upaya pemerintah membangun ekosistem kendaraan listrik yang bebas polusi.

Demikian halnya dengan Commuter Line, moda transportasi kami menuju kantor. Selain ongkosnya murah, moda transportasi berbasis listrik ini tentunya ramah lingkungan.


Ditengah isu krisis energi, krisis iklim, dan transisi energi menuju era energi terbarukan yang ramah lingkungan, menggunakan molis dan Commuter Line adalah pilihan terbaik sebagai kebiasaan baru yang bisa kami lakukan.

Berdasarkan pengalaman selama 6 bulan menggunakan motor listrik dengan sistem swap baterai, biaya yang dikeluarkan untuk top up sebesar Rp70.000 untuk total jarak 400 km.

Jika dibandingkan dengan motor konvensional dengan asumsi konsumsi BBM-nya rata-rata 50 km/ liter, maka untuk menempuh jarak 400 km dibutuhkan BBM kurang lebih 8 liter. Karena kami biasa menggunakan BBM RON 92 dengan harga rata-rata Rp14.000, potensi pengeluaran sebesar Rp112.000. Menggunakan molis jelas lebih hemat.

Jika saat ini odometer menunjukan angka 1.500 km, berarti selama 6 bulan memakai motor listrik, potensi total BBM yang dihemat sebanyak 30 liter.

Keputusan kami beralih dari mobil pribadi ke Commuter Lain juga turut berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon. Selama enam bulan ini, setidaknya kami telah turut mengurangi emisi karbon sekitar 1.080 kg. Kok tahu? Bagaimana hitungannya?

Setiap hari kami menempuh jarak pulang-pergi sejauh 56 Km. Jika rata-rata konsumsi BBM 15 Km/ liter, dalam 1 hari berarti dihabiskan 3.7 liter BBM. Jika ditotal selama satu bulan BBM yang dikonsumsi sebanyak 75 liter. Sebagai gambaran, mengutip PLN, emisi karbon 1 liter BBM adalah 2.4 kg, berarti sudah 6 bulan ini kami mengurangi emisi karbon sebanyak 1.080 kilogram.

Penggunaan energi listrik sebagai sumber energi moda transportasi jelas lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan BBM. Dari perhitungan 1 liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM itu 2,4 kilogram. Sedangkan 1 kWh listrik pada sistem kelistrikan di Indonesia yang masih ditopang oleh PLTU, emisinya sekitar 0,85 kg CO2e. Artinya kalau 1,2 kWh, emisinya sekitar 1,1 kg CO2e.(PLN.co.id).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun