Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sayangi Lingkungan, Jangan Buang Gombal Sembarangan

31 Januari 2024   16:09 Diperbarui: 31 Januari 2024   16:13 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kotak apa yang menyakitkan? Kotak sadar ku telah mencintaimu." Nah, kalo ini namanya nge-gombal.

Gombal yang tidak boleh dibuang sembarangan ya gombal beneran alias baju bekas dan kain yang sudah pada sobek tidak terpakai. Gombal biasanya dijadikan lap atau berakhir di tempat sampah.

Merujuk KBBI, kata "Gombal" diartikan sebagai kain yang sudah tua (sobek-sobek). Sedangkan tesaurus Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, frase "Pakaian Gombal" dimaknai sebagai "pakaian bekas, pakaian compang-camping, pakaian gombal, pakaian loak, pakaian rombeng".

Coba diinget-inget, pakaian yang biasa dipakai - kemeja, kaos, kutang, daster, syal, boxer, celana, training, topi, pokoknya aneka macam fashion yang pernah dipake - gombalnya dibuang kemana? Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang membuang gombal sembarangan.

Foto di atas adalah foto ilustrasi sebuah berita yang dimuat kantor berita Antara tentang kondisi pantai Cibutun Sukabumi yang dipenuhi limbah kain (anatara.co.id). Tak hanya di Cibutun, 6.1 ton limbah tekstil juga ditemukan di Pantai Timur Ancol Jakarta (bbc.com).

Limbah tekstil dari industri fashion memang menjadi salah satu isu yang sering disorot di suluruh dunia. Bahan-bahan yang digunakan seperti polyester dan pewarna sintetik termasuk tidak ramah lingkungan dan sulit terurai secara alami.

Ongkos eklogis industri fashion ternyata cukup tinggi. Sebanyak 35% mikroplastik di laut berasal dari proses pencucian bahan tekstil sintetis dan polyster melepas 500.000 microfibers atau setara 50 miliar botol plastik ke laut per tahun

Budaya Fast Fashion

Sandang atau pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan pokok manusia. Pakaian dipergunakan sebagai alat untuk menutup aurat dan melindungi diri dari cuaca.

Selain fungsi dasar sebagai pelindung dan penutup aurat, pakaian juga digunakan sebagai identitas sosial dan penunjang gaya hidup. Model, bahan, corak, dan harga pakaian menjadi identitas sekaligus pembeda status pemakainya. 

Maka lahirlah budaya fast fashion. Pakaian diproduksi secara cepat dan harga terjangkau demi menyesuaikan tren terbaru.

Fast-Fashion dituding sebagai penyebab membludaknya sampah tekstil. UN Conference Of Trade And Development (UNCTD) 2019 menempatkan industri fashion sebagai penyumbang pencemaran lingkungan terbesar kedua setelah industri perminyakan.

Mengurangi Sampah Pakaian 

Upaya meminimalisir sampah pakaian telah dilakukan oleh pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam berbagai program. Sebagai bentuk partisipasi dalam program ini adalah, pertama mengendalikan hasrat untuk tampil modis mengikuti tren. Berpakaianlah sewajarnya menyesuaikan situasi dan kondisi. Hindari perilaku konsumtif dalam belanja fashion. 

Kedua, terapkan pola hidup sehat demi menjaga berat badan ideal. Bertambahnya lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar lengan adalah salah satu alasan membeli pakaian baru.

Ketiga, seimbangkan antara baju baru dan baju lama. Jika memang harus membeli pakaian baru, maka baju lama yang masih layak pakai bisa didonasikan.  

Keempat, tidak gengsi memakai baju bekas. Percayalah tidak akan ada orang yang menanyakan bahwa pakaian yang kita kenakan apakah bekas orang lain. Jikapun ada yang menanyakan, maka kita harus mengungkapkannya dengan rasa bangga karena telah turut serta menjaga lingkungan.

Kelima, melakukan upcycle limbah kain menjadi barang lain. Misalnya mengubah celana jeans bekas menjadi tas yang fashionable.

Keenam, berpartisipasi dalam kampanye terkait limbah kain. Misalnya kampanye bertagar #tukarbaju yang diadakan oleh Zero Waste Indonesia. Kampanye yang diadakan sejak 2019 ini semakin banyak pengikutnya.   


Mungkin masih banyak cara yang bisa dikerjakan dalam upaya mengurangi sampah pakaian. Menjaga lingkungan dari limbah domestik seperti gombal adalah tanggung jawab kita semua.

Ayo sayangi lingkungan kita dengan tidak membuang gombal sembarangan (tasbul).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun