Waktu awal wabah Covid-19 lagi rame-ramenya, gue termasuk orang pertama yang terkonfirmasi positif di lingkungan Rukun Tetangga (RT). Meskipun tanpa gejala, tetap saja keluarga dan tetangga pada heboh.
Jadi pesakitan Covid-19 pertama di lingkungan RT bener-bener gak ngenakin. Tetangga terkesan jaga jarak. Mereka nonton dari jauh waktu kami sekeluarga diambil sampel oleh petugas puskesmas.
Demi menghindari terjadinya penularan di lingkungan keluarga dan tetangga, akhirnya diputuskan untuk isolasi mandiri di rumah sakit. Info dari petugas puskesmas, fasilitas isolasi mandiri yang disediakan pemerintah lagi pada penuh.
Waktu dirawat di RS, seorang kawan telpon buat kasih semangat sekaligus kasih info yang bikin deg-degan. Gimana nggak deg-degan, dia kasih kabar kalo perawatan isolasi mandiri Covid-19 di rumah sakit mahal. Kabar ini didapat dari temannya yang pernah dirawat dengan kasus yang sama.
Biarpun ditanggung asuransi kantor, ada ekses lumayan gede yang ditanggung pasien. Sekitar 25 jutaan. Temanku itu menambahkan.Â
Denger ceritanya, kepalaku langsung pening dibuatnya. Jika memang kudu nanggung ekses, berarti beberapa bulan ke depan gaji bulanan terpaksa dipotong buat cicilan biaya ekses asuransi.
Pas waktunya pulang dan ngurus administrasi, alhamdulillah apa yang gue kawatirin gak kejadian. Seluruh biaya perawatan selama lima hari di rumah sakit sebesar 40-an juta ditanggung sepenuhnya oleh asuransi.
Empat puluhan juta rupiah! Ya, 40-an juta bagiku tidak sedikit. Jika saja tak ditanggung asuransi, bisa jebol tabunganku. Jebol se-jebol-jebolnya!
Ayo Berasuransi
Setiap orang pasti tidak menginginkan sakit. Tapi sayangnya manusia tidak bisa menolak jika Tuhan memberi ujian sakit.Â