Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Duh, Temanku Sengaja Membatalkan Puasa Karena Jengkel

29 Mei 2019   11:43 Diperbarui: 29 Mei 2019   11:55 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah hiruk pikuk (berita) unjuk rasa di Tanabang dan di gedung Bawaslu yang membuat Jakarta mendadak sepi, pengakuan seorang teman membuatku terkesiap.

"Aku terpaksa buka puasa hari ini karena jengkel banget," begitu katanya sekonyong-konyong.

"Wadau... Apa yang terjadi?" Aku bertanya seraya terkaget-kaget. Alasan tak lazimnya itu yang membuatku begitu.

"Aku jengkel karena liat berita unjuk rasa. Daripada saya puasa cuma dapet lapar dan haus doang, mendingan sekalian buka," temanku memberikan alasan.

"Oh, begitu. Tapi itu nggak bener," jawabku sambil mencoba memberi penjelasan. Tapi niat itu kuurungkan karena dilihat dari raut wajahnya, kejengkelan itu nampaknya masih lincah berkeliaran di hati dan pikirannya. Penjelasanku bisa percuma dan tak memiliki efek samping. 

Temanku berasalan, keputusannya membatalkan puasa bersandar pada hadis Nabi Muhamad SAW yang berbunyi "Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga."

***

Mengenai hadis yang dijadikan landasan temanku membatalkan puasanya, para ustadz sering menjelaskan maksudnya. Mereka yang berpuasa tapi berdusta, berpuasa tapi marah-marah, berpuasa tapi bergunjing, dan berpuasa dengan tapi-tapi yang lainnya yang jelek, merekalah orang yang dimaksud dengan hadis tersebut. Dengan kata lain ada yang berpuasa tapi tak berpahala.

Alasan temanku sekilas terlihat relevan, tapi sesungguhnya tidak. Berdusta, marah, dan bergunjing tidaklah membatalkan puasa. Mereka yang melakukan hal tersebut tidak termasuk yang mendapat keringanan untuk meninggalkan puasa. Tidak juga mendapatkan keringanan untuk mengqodho puasa (menurut pendapat sebagian ulama).

Hal-hal yang dapat membatalkan puasa adalah makan dan minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, mendapati haidh dan nifas, jima' (bersetubuh) dengan sengaja, dan keluar mani karena bercumbu (Rumaysho.com).

Sedangkan mereka yang mendapat keringanan untuk meninggalkan puasa adalah orang sakit, orang yang bersafar, orang tua renta, wanita hamil dan menyusui.

Jadi merasa jengkel (marah) tidak bisa dijadikan alasan untuk membatalkan puasa. Langkah terbaik ketika merasa jengkel (marah) ketika sedang berpuasa adalah beristighfar atau memohon ampunan Allah SWT.

Dengan istighfar yang diiringi penyesalan, semoga Allah SWT mengampuni dan menerima puasa kita. “Puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah sendirilah yang akan memberikan ganjaran padanya,” demikian bunyi sebuah hadis qudsi.

"Siapa tahu dengan beristighfar setelah kita jengkel (marah), Allah SWT melipat gandakan pahala puasa kita," demikian nasihatku kepada temanku keesokan harinya.

Melihat ekspresi mukanya, tak nampak penyanggahan. Semoga saja dia menerima penjelasanku.

Ah, semoga saja saya tidak merasakan kejengkelan seperti yang temanku rasakan. Sekiranya saya mengalaminya bisa jadi saya juga tak tahan dan tak ingat sedikitpun untuk membaca istighfar (tasbul).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun