Mohon tunggu...
Tarwiyatus Saniyah
Tarwiyatus Saniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Estetika sebagai Cabang Filsafat : Refleksi Peran dan Nilai-nilai Estetika dalam Karya Sastra Novel Indonesia

12 Desember 2023   22:45 Diperbarui: 13 Desember 2023   11:57 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menurut Wicaksono (2017: 3) mendefinisikan sastra adalah karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan, selalu tumbuh, dan berkembang. Maka dari itu, batasan tentang sastra tidak pernah memuaskan. Mengenai sastra.

Yelland (1983) berpendapat bahwa novel yaitu “exspression in a direct style, without metre or rhyme and with no regular rhytm”. Artinya adalah bahwa novel berbentuk pengungkapan dengan cara langsung, tanpa meter atau rima dan tanpa irama yang teratur. Novel tidak berbentuk begitu saja. Di dalam novel bisa dijumpai elemen-elemen puitis maupun mencantumkan puisi di dalamnya. Sekalipun terlalu tergesa-gesa jika kita berasumsi bahwa bahasa yang digunakan dalam novel adalah bahasa sehari-hari atau bahasa yang sering kita jumpai dalam tulisan-tulisan nonfiksi kita bisa mengatakan bahwa bahasa novel memungkinkan kita membacanya tanpa kesulitan yang berarti, utamanya jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang secara ketat diatur oleh konvensi-konvensi puitisnya.

Menurut Tarigan (2011:45) bahwa novel adalah suatu cerita yang memiliki alur yang panjang dalam suatu buku yang merupakan cerita imajinatif dalam kehidupan tokoh yang ada di dalam cerita tersebut.

Dalam karya sastra terdapat berbagai nilai- nilai. Salah satunya adalah nilai estetika. Menurut Endraswara (2013: 68-71) mengungkapkan bahwa kajian estetika tidak hanya berhubungan dengan seni bahasa saja, tetapi juga menyeluruh ke unsur-unsur pembangun karya sastra yang menyebabkan karya sastra menjadi indah dan menarik.

Sokrates merupakan pelopor teori estetika. Sokrates memiliki pandangan tentang keindahan bahwa ide adalah sumber dari segala yang terindah ada. Faktor lain seperti kebenaran, kebaikan hanyalah bagian dari dunia idea yang hakiki. Dalam perdebatannya tentang masalah keindahan ditemukan unsur luar atau unsur ekstrinsik menentukan keindahan suatu objek tertentu, bukanya pada unsur intrinsiknya. Sebagai peletak dasar teori keindahan, Sokrates menemukan kesimpulan, pertama, ada benda- benda yang indah, sesuai dengan sifat dan cirinya masing-masing. Kedua, ada gagasan umum mengenai keindahan yang menyebabkan benda yang dimaksudkan menjadi indah (Ratna, 2007:60).

Berdasarkan konteks yang telah disampaikan, penulis merumuskan dua pertanyaan sebagai berikut : Apa yang dimaksud estetika? Bagaimana analisis peran dan nilai-nilai estetika dalam karya sastra novel Indonesia?

Dalam tujuan penulisan artikel konseptual ini penulis akan mengulas apa itu estetika sebagai cabang filsafat bahasa dan refleksi peran serta nilai-nilai estetika dalam karya sastra Indonesia

PEMBAHASAN

A. Estetika

Estetika secara etimologis berasa dari kata Yunani yaitu aistetika yang memiliki arti pencerapan panca indra terhadap beberapa hal, (The Liang Gie, 1976:15). Estetika yang merupakan salah satu cabang filsafat. Yang secara sederhana dapat dijelaskan jika estetika adalah ilmu yang didalamnya membahas tentang keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana pancaindra seseorang nantinya dapat merespon dan merasakannya. Refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas susuatu hal yang indah ataupun tidak indah merupakan hal yang dibahas dalam estetika.

Pada tahun ( 1714-1762 ) estetika pertama kali dikenalkan oleh seorang filsuf Jerman Alexander Gottlieb Baumgarten sebagai ilmu tentang seni dan keindahan. Meskipun pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, pembahsan estetika sebagai ilmu baru dimmulai pada abad ke-17. . "Estetika timbul tatkala pikiran filsuf terbuka untuk menyelidiki dan hatinya terbuka untuk mengecap rasa terharu" demikian yang dikatakan oleh Paul Valery.

Menurut Ratna (2011: 2-3); Endraswara (2003: 11-13); Junus (1989: 195); Al-Ma’ruf (2009: 25), estetika merupakan bagian filsafat (keindahan). Hakikat atas keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni) dan diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, yang agung, yang tragis, yang bagus,yang mengharukan dan seterusnya terus dicari dalam estetika. Kepekaan dan kemampuan untuk menanggapi suatu objek dengan pencerapan indra sebagai sensitivitas dalam bentuk keindahan merupakan pengertian luas dari esetika. Hakikat keindahan dalam teori-teori kontenporer dapat dipahami semata-mata dengan cara menyambung (Sugiarti,2009).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun