Mohon tunggu...
Nanda Alfuadi
Nanda Alfuadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya Nanda Alfuadi. Anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini saya sedang menempuh program D3 Meteorologi di Akademi Meteorologi dan Geofisika.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Keterkaitan Cuaca Mancanegara dengan Indonesia

21 Januari 2014   23:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh: Nanda Alfuadi

Pengamat Meteorologi Sangkapura Bawean

Cuaca Ekstrim Mancanegara

Beberapa hari yang lalu, dunia sempat digemparkan dengan berita membekunya air terjun Niagara dan danau Michigan. Ikon besar wilayah AS yang berbatasan dengan Kanada ini mulai mengalami pembekuan sejak Selasa (7/1/2014) lalu. Dilaporkan juga bahwa pusaran kutub danau Michigan sudah berubah menjadi lautan es batu. Peringatan dini NOAA menyebutkan bahwa angin yang sangat dingin (wind chills) dengan kecepatan diatas 30 mph (48 Km/jam) dapat menyebabkan temperatur turun hingga -37oC (-35F) and -46oC (-50F) di Minnesota dan Wisconsin. Dua puluh enam negara bagian lainnya juga berada dalam kawasan warning udara dingin, bahkan temperatur di Montana mencapai -52oC (-61F)  seperti dikutip dari theguardian.com.

Kondisi cuaca super ekstrim itu dianggap menjadi gangguan ekonomi terbesar AS setelah badai Sandy tahun 2012 silam.  Cuaca super ekstrim di AS itu juga melumpuhkan industri penerbangan. Lebih dari 20 ribu jadwal penerbangan dibatalkan, dengan kerugian mencapai sekitar USD100 juta. Tentu hal ini menjadi kabar yang sangat mencengangkan, pasalnya fenomena seperti ini sangat langka terjadi di daerah Kanada.

Selain di Kanada, di Mesir, Vietnam, dan Cina Selatan juga mengalami cuaca ekstrim berupa hujan salju di negara-tersebut.

Cuaca Tanah Air

Belum selesai berita-berita tentang cuaca ekstrim di mancanegara, media massa kembali ramai dengan pemberitaan tentang banjir yang menggenangi wilayah Tanah Air. Kini ditahun 2014, banjir kembali menggenangi beberapa wilayah di Jakarta. Meski tak sampai melumpuhkan Ibukota seperti banjir tahun 2013 lalu, namun tentu hal ini menjadi momok bagi mobilitas warga Jakarta.

Berdasar data curah hujan BMKG, hujan pada 2013 dan 2014 memiliki perbedaan yang mencolok yaitu pada cakupan wilayah yang diguyur hujan serta intensitas curah hujannya. Pada tahun 2013 distrubusi hujan sangat lebat ≥100mm hampir diseluruh wilayah Jakarta, sedangkan tahun 2014 terkonsentrasi dipenyangga kota Jakarta seperti Depok dan Bogor.

Data sementara dampak banjir di Jakarta yang dihimpun BPBD DKI Jakarta hingga Senin (13/1) pukul 07.00 wib, banjir telah menyebabkan 276 RT, 75 RW di 31 kelurahan di 18 kecamatan terendam banjir. Sebanyak 7.367 rumah (24.269 jiwa) terendam banjir. Pengungsi 5.152 jiwa tersebar di 35 titik pengungsi. Tinggi banjir bervariasi di beberapa tempat. Daerah banjir yang terparah terjadi Cawang, Cililitan, Bidara Cina, dan Kampung Melayu dengan tinggi mencapai 400 cm.  Menurut Drs. Achmad Zakir, M.M.SI., Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, pantauan kondisi atmosfer tanggal 14 Januari 2014 menunjukkan ada kemunculan bibit badai tropis di Australia Utara yang akan mempengaruhi pola cuaca di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara termasuk Jakarta. Apabila bibit badai tersebut berkembang menjadi badai tropis dan bergerak ke arah Samudera Hindia maka pada akhir minggu ini di wilayah Jakarta kecil kemungkinannya terjadi hujan lebat yang merata, tetapi masih berpotensi terjadi angin kencang. Namun, apabila bibit badai tersebut bergerak ke daratan Australia maka di wilayah Jawa sampai Nusa Tenggara akan terbentuk pertemuan angin (konvergensi) yang mengakibatkan tumbuhnya awan-awan hujan yang intensif yang memungkinkan terjadinya hujan lebat di wilayah Jakarta.

Selain di Jakarta, banjir juga terjadi di wilayah Manado. Lebih dari 2.000 warga mengungsi akibat banjir bandang, longsor, dan gelombang tinggi yang melanda sekitar Manado, Sulawesi Utara, Rabu (15/1/2014).

Dalam keterangan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo, hujan deras mengguyur Kota Manado sejak Selasa (14/1/2014). Tercatat 11 kecamatan yang terdampak banjir di Kota Manado. Banjir terjadi di Kecamatan Sicala, Wenang, Singkil, Wanea, Tunginting, Paal Dua, Paal Empat, dan Bunaken. Ketinggian banjir di bantaran sungai mencapai enam meter. Sementara itu di kota, ketinggian air sekitar 1,5 meter. Banjir juga menyebabkan empat jembatan putus, sementara sampai saat ini hujan belum berhenti.

Angin kencang terjadi di sekitar Manado hingga kecepatan 15-20 knot. Tinggi gelombang di perairan utara Mando 3-5 meter. Pantauan citra satelit menunjukkan awan masih banyak di sekitar Sulawesi Utara. Potensi banjir masih cukup tinggi.

Selain dua wilayah tersebut, beberapa hari yang lalu Pulau Bawean di Gresik juga mengalami tanah longsor di beberapa titik. Tercatat lebih dari 4 desa dari 2 kecamatan yang ada di pulau ini terkena nusibah longsor. Jalan lingkar pulau mengalami anjlok hingga mencapai kedalaman 50 cm. Pulau yang berlokasi di tengah Laut Jawa ini diguyur hujan lebat selama beberapa hari hingga 113,8mm  per hari. Saat ini pembentukan awan-awan konvektif masih terus intensif dan diprakirakan hingga beberapa hari ke depan. Tercatat hujan ringan hampir setiap hari juga masih mengguyur Pulau Bawean.

Pengaruh Cuaca Mancanegara terhadap Cuaca Indonesia

Apakah kondisi cuaca tanah air merupakan dampak dari cuaca mancanegara? Untuk kondisi cuaca di Kanada, kemungkinan untuk mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia kecil mengingat jaraknya yang jauh dan mekanisme pembentukannya yang tidak memungkinkan untuk terjadi penjalaran massa udara yang dapat mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia. Untuk Mesir pun juga demikian. Pengaruh cuaca di Mesir dapat signifikan jika kondisi perairan di Afrika bagian timur (termasuk di sekitar Mesir) dan perairan Indonesia mengalami anomali suhu muka laut, baik anomali positif ataupun anomali negative yang berlawanan satu sama lain dan selisih nilai anomalinya besar. Hal ini berkaitan dengan dinamika atmosfer di Samudra Hindia yang disebut dipole mode. Dipole mode sendiri terbagi dalam 2 fase yaitu Dipole Mode Positif dan Dipole Mode Negatif. Dipole Mode Positif (DMP) terjadi pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah barat Sumatera relatif bertekanan lebih tinggi (akibat dari suhu muka laut yang berada di bawah normal) dibandingkan wilayah timur Afrika yang bertekanan relatif rendah (akibat dari suhu muka laut yang berada di atas normal), sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera ke bagian timur Afrika yang mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di wilayah Afrika dan menghasilkan curah hujan di atas normal, sedangkan di wilayah Sumatera terjadi kekeringan, begitu sebaliknya dengan Dipole Mode Negatif (DMN).

Saat ini kondisi anomali suhu muka laut di perairan barat Sumatra dan perairan timur Afrika anomali suhu muka laut dalam kisaran normal. Hal ini menunjukkan kemungkinan terbentuknya beda tekanan udara dan beda suhu udara yang rendah sehingga gaya untuk mendorong massa udara yg mengandung uap air kecil. Jadi kondisi cuaca ekstrim di Mesir kurang berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia.

Lain halnya dengan cuaca ekstrim di Kanada dan Mesir, kondisi cuaca ekstrim di Cina Selatan dan Vietnam berpotensi mempengaruhi cuaca di Indonesia. Ini ada kaitannya dengan fenomena cold surge. Cold Surge (Seruakan Dingin) adalah aliran udara dingin dari daratan Asia (dalam hal ini Cina) yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat. Cold surge biasa terjadi pada saat di Asia memasuki musim dingin. Cold Surge di definisikan juga sebagai gelombang dingin Asia yang menjalar sampai ke laut Cina Selatan, lamanya penjalaran sampai ke laut tersebut sekitar 27 jam. Hal ini sesuai dengan kondisi saat ini, dimana wilayah Cina yang saat ini tengah memasuki musim dingin.

Menurut Achmad Zakir,  surge yang bergerak melintasi equator akan mempengaruhi keadaan cuaca disekitar Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Surge ini mengandung udara dan berinteraksi dengan udara yang panas di wilayah Indonesia. Udara ini semakin labil atau kuat jika ditunjang oleh adanya front (daerah pertemuan massa udara dingin dan massa udara hangat) di Asia, berakibat di wilayah Jawa Barat dan Sumatera Selatan akan banyak hujan. Sebaliknya jika terdapat vortex (pusaran udara) di laut Cina Selatan maka hujan akan bekurang karena surge akan mengalami hambatan di Laut Cina Selatan.

Namun hingga saat ini, cold surge belum terdeteksi namun berpotensi terbentuk jika kondisi atmosfer mendukung. Beberapa parameter cuaca yang dapat dijadikan indikator terbentuknya cold surge yaitu perbedaan tekanan udara antara 30o LU 115 o BT dengan Hongkong (10 mb), selama 24 jam turunnya suhu udara di Hongkong sekitar 5o C atau lebih, selama 24 jam ada peningkatan kecepatan angin di Hongkong mencapai 10 knots atau lebih, dan angin disekitar wilayah laut Cina Selatan dari utara atau Timur Laut dengan kecepatan diatas 10 knots.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa sejauh ini fenomena cuaca di Indonesia dan akibat yang ditimbulkannya bukan merupakan dominasi pengaruh cuaca ekstrim di beberapa negara lain dan masih dalam kategori normal sesuai prakiraan BMKG. Penyebab utama tingginya curah hujan di Indonesia akhir-akhir ini adalah suhu muka laut perairan Indonesia yang cukup hangat sehingga menyebabkan penguapan dan pembentukan awan konvektif yang intensif ditambah lagi posisi ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) yang sempat berada di deretan Sumatra bagian selatan, Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara pada tanggal 16-18 Januari kemarin yang pada akhirnya berdampak pada pembentukan awan hujan penghasil presipitasi berupa hujan yang berintensitas tinggi. Selain itu adanya eddy di barat Sumatra, vortex di barat laut Kalimantan, system tekanan rendah di selatan Filipina selama beberapa hari, dan siklon tropis di selatan Jawa beberapa waktu lalu juga sangat mempengaruhi curah hujan di Indonesia. Selain itu salah satu faktor terbesar banjir bandang dapat melanda Indonesia adalah daerah aliran sungai dan daerah resapan yang sangat tidak memenuhi standar untuk negara tropis seperti Indonesia ini. Mengingat tingginya curah hujan yang terjadi sepanjang tahunnya. Banjir dan tanah longsor adalah bencana dari kita dan untuk kita. Mari kita bersama membenahi negeri dari pola hidup sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun