Mohon tunggu...
Tarsim Maulana
Tarsim Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa fisip

Mahasiswa fisip

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peningkatan Karakteristik Kepemimpinan di Karang Taruna Desa Sukabakti pada Masa Pandemi

23 Maret 2022   16:19 Diperbarui: 23 Maret 2022   16:26 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karakter kepemimpinan berkarakter yang nomor satu adalah jujur. Temuan penelitian Kouzes & Posner (2007:48) tersebut mendukung dan sama dengan urutan prioritas kepemimpinan Islam, yaitu STAF sebagai singkatan dari sidiq (jujur), tabliq, amanah, dan pathonah (cerdas). Bawahan sulit atau tidak mungkin mempercayai pemimpinnya yang tidak jujur (Kouzes & Posner, 2007:48). 

Esensi kepemimpinan adalah kepercayaan karena mustahil memimpin orang yang tidak percaya dengan kepemimpinan Anda (Robbins, 2010:200). Kejujuran tidak saja menjadikan proses komunikasi menjadi efektif, tetapi juga mampu menciptakan pemahaman yang baik antara komunikan dan komunikator. 

Pesan yang dilandasi kejujuran mengarahkan komunikasi terhindar dari distorsi. Terlebih jka momentum komunikasi itu terjadi dalam dunia pendidikan. Nilai kejujuran mutlak harus dipenuhi. 

Pendidikan tidak hanya menciptakan tamatan yang pintar, tetapi juga harus jujur. Orang pintar belum tentu jujur, begitu pula sebaliknya orang jujur belum tentu pintar. Kejujuran menyaratkan ketidakbohongan. 

Orang jujur berarti tidak pernah dusta. Tetapi, orang yang paling jujur sekalipun pasti pernah melakukan kebohongan, namun dilakukan dalam keadaan darurat dan untuk kebaikan. Filsuf perempuan, SisselaBok, dalam bukunya berjudul, Lying, menegaskan bahwa berbohong boleh dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan manusia yang tidak berdosa. 

Namun, jika kebohongan itu untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan finansial, perbuatan itu tidak dapat dibenarkan bahkan diharamkan hukumnya. Setiap orang secara normatif diajarkan oleh orang tua dan budayanya tentang kejujuran dan moralitas. 

Rinakit (2008:8) menyatakan bahwa pada tingkat pribadi, kejujuran sudah sulit ditemukan. Orang jujur saat ini sering dianggap teman sejawatnya yang tidak jujur sebagai orang yang sok jujur, dimusuhi, dan disingkirkan. Orang lurus bagaikan bambu yang lurus. Bambu yang lurus ditebak lebih dahulu sehingga tersisa yang bengkok. 

Oleh karena itu dalam hal ini diharapkan pemuda di Desa Sukabakti yang tergabung dalam karang taruna diharapkan mampu memiliki jiwa kepemimpinan yang jujur sehingga mampu membawa perubahan, meskipun dalam kenyataannya orang yang jujur dianggap terlalu munafik namun pada kenyataannya orang jujur mampu membawa perubahan yang besar dikemudian hari.Karakter kepemimpinan berkarakter yang nomor satu adalah jujur. 

Temuan penelitian Kouzes & Posner (2007:48) tersebut mendukung dan sama dengan urutan prioritas kepemimpinan Islam, yaitu STAF sebagai singkatan dari sidiq (jujur), tabliq, amanah, dan pathonah (cerdas). Bawahan sulit atau tidak mungkin mempercayai pemimpinnya yang tidak jujur (Kouzes & Posner, 2007:48). Esensi kepemimpinan adalah kepercayaan karena mustahil memimpin orang yang tidak percaya dengan kepemimpinan Anda (Robbins, 2010:200). 

Kejujuran tidak saja menjadikan proses komunikasi menjadi efektif, tetapi juga mampu menciptakan pemahaman yang baik antara komunikan dan komunikator. Pesan yang dilandasi kejujuran mengarahkan komunikasi terhindar dari distorsi. Terlebih jka momentum komunikasi itu terjadi dalam dunia pendidikan. Nilai kejujuran mutlak harus dipenuhi. Pendidikan tidak hanya menciptakan tamatan yang pintar, tetapi juga harus jujur. 

Orang pintar belum tentu jujur, begitu pula sebaliknya orang jujur belum tentu pintar. Kejujuran menyaratkan ketidakbohongan. Orang jujur berarti tidak pernah dusta. Tetapi, orang yang paling jujur sekalipun pasti pernah melakukan kebohongan, namun dilakukan dalam keadaan darurat dan untuk kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun