Mohon tunggu...
Tarsih Ekaputra
Tarsih Ekaputra Mohon Tunggu... Editor - Pembelajar Kehumasan // Komporis Bela Negara

Pembelajar Kehumasan // Komporis Bela Negara // founder cangkrukan bela negara //

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Bakti untuk Kampung Halaman, Ir. Nyelong Inga Simon Fokus Memperjuangkan Hak, Kemandirian dan Kesejahteraan Masyarakat Adat Dayak

21 Januari 2024   16:24 Diperbarui: 21 Januari 2024   16:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ir. Nyelong Inga Simon memberikan bantuan Peralatan Pembuatan Telur Asin untuk UMKM  LPDN Kab. Kapuas

Seakan ingin menutup karirnya di tingkat nasional dengan sebuah persembahan terakhir untuk kampung halamannya, Kalimantan Tengah, Ir. Nyelong Inga Simon sengaja menyelenggarakan Gerakan Kedaulatan Pangan dan Energi di masa akhir tugasnya di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia yang dohelat di Palangka Raya Kalimantan Tengah pada tahun 2018 lalu. Bahkan dalam Pameran Produk Unggulan Daerah, Nyelong menyodorkan salah satu makanan khas Dayak dari Kalimantan Tengah, umbut rotan yang diolah dalam 150 resep warisan tradisional. Resep warisan leluhur dalam dunia kuliner itu diabadikan dalam bentuk Piagam Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk melestarikan budaya leluhur Dayak.

Umbut rotan itu sebenarnya merupakan salah satu produk olahan rotan dari sekian profuk olahan rotan yang sudah jauh-jauh hari diberdayakan Nyelong bekerja sama dengan istri Bupati Katingan, Duwel Rawing. Semua produk rotan dikembangkan sebagai bagian Program Pokok PKK. Rotan kecil dibuat tas. Nyelong mengusulkan motif-motif sesuai karakter budaya masyarakat Dayak, dibuat dalam produk-produk kerajinan rotan. Untuk pelatihan, tenaga ahli didatangkan dari Yogyakarta.

Keinginan melestarikan vegetasi asli Kalimantan itu pula yang mendorong Nyelong mendukung pengolahan rotan menjadi produk-produk layak ekspor. Pemerintah memberlakukan larangan ekspor rotan kecil. Padahal, suplai rotan kecil berlimpah karena termasuk tanaman liar dan mudah dibudidayakan. Bila industri pengolahan rotan tidak dikembangkan, maka rotan kecil tidak memiliki nilai ekonomi.

Berbasis di Katingan, Nyelong turut mendorong industri mebel berbahan rotan kecil bekerjasama dengan sebuah pabrik pengolahan rotan besar di Cirebon. Rotan kecil dari Kalimantan yang dikirim ke Cirebon, hanya 30 persen dari total produksi yang bisa diserap. Sebelum adanya larangan, 70 persen lainnya diekspor ke Cina. Sejak larangan ekspor itu, masyarakat enggan membudidayakan rotan kecil karena tidak memiliki nilai ekonomi. Pembinaan dilakukan selama 12 tahun sejak Duwel Rawing menjabat Pjs. Bupati Katingan, dan dua periode menjadi bupati definitif. Sayangnya, setelah ia tidak lagi menjadi bupati, pemberdayaan yang sudah dirintis tersebut, tidak dilanjutkan.

Berbeda dengan rotan besar yang sulit dibudidayakan dan jumlah tanamannya mulai berkurang, rotan kecil sangat cepat tumbuh sehingga bisa dipanen setiap tahun. Bahkan di kawasan-kawasan tertentu, bisa panen dua kali dalam setahun. Rotan kecil merambat ke pohon, biasanya berada di tepi sungai. Sebenarnya rotan kecil sangat berguna untuk mencegah longsor karena karakternya ada yang seperti bambu tetapi merambat ke pohon. Rotan tidak hanya bermanfaat untuk mebel tetapi bisa digunakan untuk produk lainnya.

Pemerintah Kabupaten Katingan pernah menyerap produksi meja dan kursi dari rotan kecil untuk sekolah-sekolah tetapi program itu tidak ada lagi kelanjutannya. Bantuan pabrik dari pemerintah pusat yang semula bisa menggerakkan produksi, dihentikan ketika produksi belum bisa stabil. Pengembangan produk lokal memang sangat tergantung pada komitmen pemerintah agar terjamin keberlangsungannya.

Bukan hanya rotan, Nyelong juga mendorong pembuatan kain batik khas Kalimantan. Produksi kain batik itu diusulkan untuk dikenakan setiap Jumat, selama satu bulan oleh seluruh pegawai. Langkah itu menjadi promosi yang efektif agar dibeli masyarakat. Dalam kesempatan yang sama, bila motif, bahan, dan harganya sesuai, tak segan mereka membeli lebih untuk anggota keluarga yang lain, atau sekadar bingkisan.

Selain rotan dan batik khas Kalimantan, Nyelong melihat, pelatihan menari yang dilakukan anak-anak di Kabupaten Katingan, bisa dipromosikan ke tingkat nasional. Melestarikan seni dan budaya tidak cukup hanya dengan mencapai kualitas yang baik tetapi bagaimana bisa dinikmati masyarakat secara luas. Ia memotivasi agar anak-anak bisa tampil di event-event nasional. Tari mandau ditampilkan pada peringatan Natal Nasional yang diselenggarakan tiap 27 Desember 2009. Tarian itu menampilkan anak-anak remaja, digali dari akar budaya lokal masyarakat Dayak. Upaya itu membuahkan hasil. Tarian khas Kalimantan Tengah ini tidak hanya ditampilkan di acara tingkat nasional melainkan juga sudah pernah ditampilkan di luar negeri.

Sementara itu di Kabupaten Seruyan dikembangkan pariwisata alam dengan mengandalkan pantai berpasir di sana. Untuk melengkapi kegiatan pariwisata tersebut, dikembangkan pula produk-produk lokal seperti olahan jantung pisang menjadi abon, krupuk ikan pipih, krupuk ikan gabus, trasi setengah jadi, fermentasi ikan cencalu, dan sebagainya. Di Seruyan, terasi setengah jadi dikemas dalam botol. Kalau biasanya terasi dijual kiloan, untuk keperluan mendongkrak pembeli dari luar daerah, dibuat kemasan terasi yang tidak menimbulkan bau, mudah dibawa, sehingga bisa dijadikan buah tangan.

Aspek pariwisata memang mencakup banyak bidang, termasuk asesoris dan busana Dayak yang dipandang sangat unik. Selama ini lebih banyak busana Dayak Melayu yang dipamerkan. Nyelong mengangkat busana-busana Dayak pedalaman yang juga sama indahnya dengan Dayak Melayu.

Ir. Nyelong Inga Simon memberikan bantuan Peralatan Pembuatan Telur Asin untuk UMKM  LPDN Kab. Kapuas
Ir. Nyelong Inga Simon memberikan bantuan Peralatan Pembuatan Telur Asin untuk UMKM  LPDN Kab. Kapuas

Nyelong berani mengambil konsekuensi sekalipun mungkin akan dikucilkan. Dalam perenungan hidupnya, keberanian itu bersumber dari didikan keluarga. Nilai yang sama, ia tanamkan kepada anak-anak, menantu, dan kemudian cucu-cucu. Sama seperti yang dikatakan Apang kepada dirinya kakak-beradik, "sebelah badan kalian itu adalah badan saya." Frasa itu mengandung nilai yang sangat dalam. Ada tugas yang harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk keluarga besar.

Apang meninggal dunia ketika Nyelong sudah mempunyai dua anaknya dan kala itu sudah tinggal di Bogor. Namun Nyelong bertekad akan menurunkan nilai-nilai yang selama ini ditanamkan pada dirinya kakak-beradik kepada anak-anaknya.

Kekuatan iman yang menjadi fondasi hidup Nyelong juga bersumber dari keluarga. Karena itu mengucap syukur menjadi bagian dari cara Nyelong menjalani hidup. Hidup di dunia, ibarat merantau... begitulah antara lain lirik lagu berbahasa Dayak yang lekat di ingatannya. Lagu yang sering dinyanyikan Ayahnya, dalam setiap kesempatan. Bekerja sambil bersenandung atau bahkan bernyanyi. Itulah kebiasaan Ayahnya yang tak mungkin bisa dilupakannya.

Pendidikan agama dan budi pekerti tidak hanya dilakukan dengan rajin ke gereja, atau mengikuti ibadah di setiap Sabtu malam, tetapi menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Nenek dari garis Ibu sangat tekun beribadah. Minum teh sekalipun, selalu mendaraskan doa. Telinga anak-anak terbiasa mendengar lagu rohani Kristen. Dengan sendirinya, anak-anak ikut menyanyi, atau minta diajari.

Kehidupan saya untuk Tuhan... hidupku untuk Tuhan dan pada akhirnya aku pun punya tempat abadi yang sudah disiapkan Tuhan.

Hidup harus berserah, karena pada akhirnya, kita akan kembali pada Tuhan, di tempat yang sudah disiapkan. Lagu yang selalu dilantunkan Ayah itu, setelah Nyelong dewasa, dapat ia rasakan dalam versi lagu yang kini popular "Hidup Ini adalah Kesempatan".

Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri
Hidup ini hanya sementara

Oh Tuhan, pakailah hidupku
Selagi aku masih kuat
Jika saatnya nanti, aku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkat

Tidak ada penjelasan detail mengapa Ayah selalu menyenandungkan kidung rohani setiap kali bekerja, tetapi Nyelong tahu, itulah ekspresi rasa syukur sebab bisa membawa keluarganya ke kehidupan yang lebih baik. Ayah pernah bercerita, ia harus keluar dari rumah ketika usianya masih sangat muda, supaya bisa mengenyam pendidikan. Ia numpang di satu keluarga Belanda. Di keluarga itu, Ayah diajari untuk tekun dan bekerja sambil berkidung. Semua pekerjaan harus diselesaikan dengan riang gembira.

Filosofi rasa syukur, bekerja sambil bernyanyi, ternyata membuahkan hasil tambahan. Suara Ayah enak di telinga. Koleksi lagunya pun cukup banyak, ada yang berbahasa Dayak, ada pula bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang. Kalau ada kesempatan, di acara-acara yang dihadiri, Ayah selalu diminta membawakan lagu.

Bekal rasa syukur dan dekat dengan Tuhan dari orang tuanya dibawa terus Nyelong dalam hidupnya, termasuk ketika mengemban tugas di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan kemudian di Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Awalnya ia menginisiasi doa-doa setiap hari ketika mulai mengawali kerja di kantor dan pada hari Jumat ketika karyawan yang lain sedang menjalankan ibadah Sholat Jumat. Persekutuan doa diselenggarakan di ruang kerja pejabat beragama Kristen-Katolik. Dari ruang-ruang kerja berkembang sampai meminjam ruang rapat karena jumlah peserta semakin banyak.

Setelah perayaan Natal dan Tahun Baru 2007, Nyelong dipilih sebagai Ketua Persekutuan Oekumen Umat Kristiani (POUK), Kementeran Pembangunan Daerah Tertinggal. Jabatan tersebut diembannya hingga pensiun tahun 2018, karena karyawan Kristiani di Kementerian tersebut merasakan betul kepemimpinan Nyelong dalam mengayomi karyawan Kristiani dan selalu berhasil memimpin penyelenggaraan agenda-agenda POUK, khususnya Peryaaan Natal dan Tahun Baru setiap tahun.

Sejak tahun 2008 ia memimpin penyelenggaraan kegiatan rutin bulanan mulai dari hanya satu kementerian yaitu PDT, kemudian berkembang mengajak dan melibatkan ASN di Radio Republik Indonesia (RRI), Mahkamah Konsitusi (MK), dan Sekretariat Negara (Setneg), yang kantornya berdekatan. "Kita harus memperlihatkan bahwa 'salib' itu ada," ujar Nyelong pada satu ketika. Mereka menyelenggarakan kegiatan dengan dukungan dana sendiri.

Januari 2008, Nyelong menginisiasi perayaan Natal bersama dan Syukur Tahun Baru 2008 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)  bersama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) di aula utama kantor KPDT di Jl Abdul Muis. Menteri PDT Lukman Eddy, Ketua MK, Hakim MK Ibu Maria, dan pimpinan RR Ibu Niken menyempatkan diri untuk hadir. Bagi Nyelong, Perayaan Natal dan Syukur Tahun Baru di KPDT bukan hanya urusan ASN yang beragama Kristen. Ini harus menjadi perayaan lembaga. Karena itu, selain Nyelong menuntut agar selalu dihadiri Menteri -- karena itu jauh hari Nyelong berkordinasi dengan Menteri untuk memblok tanggal perayaan Natal dan Tahun Baru dalam agenda Menteri -- ada kontribusi dana penyelenggaraan dari lembaga. Demikian pula acara tersebut tidak hanya dihadiri ASN beragama Kristen melainkan juga yang beragama lain, khususnya para pejabat. Dengan menuntut Menteri selalu hadir, otomatis para pejabat lain dengan sendirinya juga akan hadir. Jadilah, perayaan Natal dan Tahun Baru setiap tahun bukan sekedar perayaan natal bagi ASN beragama Kristen, melainkan menjadi perayaan natal KPDT. Kehadiran pejabat dan ASN yang beragama non-Kristen tentu hanya pada parayaan bersama setelah Ibadah Kristen. Itu dimaksudkan Nyelong sebagai wujud saling menghargai perbedaan sesuai dengan ideologi Pancasila dan Konstusi.

Dalam sambutannya, Menteri PDT berharap, semangat Natal dan Tahun Baru juga sekaligus menjadi spirit bagi peningkatan produktivitas dan kinerja di masing-masing institusi. Ia berharap perayaan bersama KPDT dan lembaga-lembaga lain di sekitar kantor Kementerian Desa ini ke depan bisa makin mempererat kerjasama kedua pihak. Banyak potensi di daerah tertinggal yang membutuhkan sentuhan penyiaran atau publikasi ke khalayak luas. Peringatan mengambil tema "Pancarkan Kepedulian dan Kasih bagi Daerah Tertinggal" dan disiarkan secara langsung oleh RRI.

Di tahun 2016, salah seorang staf, Asih yang terlibat dalam panitia inti Perayaan Natal dan Tahun Baru, mengenal Nyelong saat rapat persiapan Natal. Ia agak terkejut ketika mendengar bahwa Nyelong akan melaporkan rencana peringatan Natal itu kepada Sekretaris Jenderal Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi. Menururt Asih, kalau sebelumnya, yang aktif di Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) hanya enam sampai sepuluh orang, ternyata pada saat peringatan Natal 2016, jumlahnya mencapai 400 orang dan pada puncak acara mencapai 800 orang. Pada saat itu, Natal Bersama dan Syukur Tahun Baru Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi mengundang pula umat Kristen di Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja.

Berkenalan pertama, Asih mengakui, penampilan Nyelong cukup tegas bahkan mengesankan galak. Namun, setelah lama mengenal, ia merasa Nyelong memberi perhatian lebih, tidak seperti pejabat yang lain. Perhatiannya bukan hanya soal pekerjaan tetapi juga soal keluarga dan persoalan-persoalan sehari-hari yang mungkin dihadapi di tempat kerja. Seorang ibu yang hangat, mengayomi, dan melindungi anak buah.

Pada Perayaan Natal yang diselenggarakan sekaligus dengan Syukur Tahun Baru, 2017, Menteri Eko Sandjojo mengingatkan, sebagai manusia yang beragama, kadang kita lupa dengan ritual-ritual dasar kita. Merayakan hari kebesaran agama terkadang kita hanya memikirkan pestanya, tapi tidak memikirkan bagaimana kita bisa lebih berguna. Ia menyayangkan Indonesia sebagai negara yang religius, justru masih menyandang status sebagai bangsa yang kesejahteraannya belum merata. Menurutnya, seluruh masyarakat Indonesia memiliki kewajiban untuk membantu masyarakat miskin, yang jumlahnya hampir 50 juta jiwa.

"Jangan kita ke gereja, ke masjid, ke pura, tapi korupsi juga. Malu! Jangan sampai uangnya orang miskin juga kita ambil. Mudah-mudahan perayaan Natal dan Syukur Tahun Baru 2017 bisa mengingatkan bahwa kita adalah manusia yang beragama, agar kita berguna," pesan Menteri Eko pada peraaan Natal dan Tahun Baru pertama kali baginya di Kemendes, PDT dan Transmigrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun