Bekal rasa syukur dan dekat dengan Tuhan dari orang tuanya dibawa terus Nyelong dalam hidupnya, termasuk ketika mengemban tugas di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan kemudian di Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Awalnya ia menginisiasi doa-doa setiap hari ketika mulai mengawali kerja di kantor dan pada hari Jumat ketika karyawan yang lain sedang menjalankan ibadah Sholat Jumat. Persekutuan doa diselenggarakan di ruang kerja pejabat beragama Kristen-Katolik. Dari ruang-ruang kerja berkembang sampai meminjam ruang rapat karena jumlah peserta semakin banyak.
Setelah perayaan Natal dan Tahun Baru 2007, Nyelong dipilih sebagai Ketua Persekutuan Oekumen Umat Kristiani (POUK), Kementeran Pembangunan Daerah Tertinggal. Jabatan tersebut diembannya hingga pensiun tahun 2018, karena karyawan Kristiani di Kementerian tersebut merasakan betul kepemimpinan Nyelong dalam mengayomi karyawan Kristiani dan selalu berhasil memimpin penyelenggaraan agenda-agenda POUK, khususnya Peryaaan Natal dan Tahun Baru setiap tahun.
Sejak tahun 2008 ia memimpin penyelenggaraan kegiatan rutin bulanan mulai dari hanya satu kementerian yaitu PDT, kemudian berkembang mengajak dan melibatkan ASN di Radio Republik Indonesia (RRI), Mahkamah Konsitusi (MK), dan Sekretariat Negara (Setneg), yang kantornya berdekatan. "Kita harus memperlihatkan bahwa 'salib' itu ada," ujar Nyelong pada satu ketika. Mereka menyelenggarakan kegiatan dengan dukungan dana sendiri.
Januari 2008, Nyelong menginisiasi perayaan Natal bersama dan Syukur Tahun Baru 2008 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) Â bersama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) di aula utama kantor KPDT di Jl Abdul Muis. Menteri PDT Lukman Eddy, Ketua MK, Hakim MK Ibu Maria, dan pimpinan RR Ibu Niken menyempatkan diri untuk hadir. Bagi Nyelong, Perayaan Natal dan Syukur Tahun Baru di KPDT bukan hanya urusan ASN yang beragama Kristen. Ini harus menjadi perayaan lembaga. Karena itu, selain Nyelong menuntut agar selalu dihadiri Menteri -- karena itu jauh hari Nyelong berkordinasi dengan Menteri untuk memblok tanggal perayaan Natal dan Tahun Baru dalam agenda Menteri -- ada kontribusi dana penyelenggaraan dari lembaga. Demikian pula acara tersebut tidak hanya dihadiri ASN beragama Kristen melainkan juga yang beragama lain, khususnya para pejabat. Dengan menuntut Menteri selalu hadir, otomatis para pejabat lain dengan sendirinya juga akan hadir. Jadilah, perayaan Natal dan Tahun Baru setiap tahun bukan sekedar perayaan natal bagi ASN beragama Kristen, melainkan menjadi perayaan natal KPDT. Kehadiran pejabat dan ASN yang beragama non-Kristen tentu hanya pada parayaan bersama setelah Ibadah Kristen. Itu dimaksudkan Nyelong sebagai wujud saling menghargai perbedaan sesuai dengan ideologi Pancasila dan Konstusi.
Dalam sambutannya, Menteri PDT berharap, semangat Natal dan Tahun Baru juga sekaligus menjadi spirit bagi peningkatan produktivitas dan kinerja di masing-masing institusi. Ia berharap perayaan bersama KPDT dan lembaga-lembaga lain di sekitar kantor Kementerian Desa ini ke depan bisa makin mempererat kerjasama kedua pihak. Banyak potensi di daerah tertinggal yang membutuhkan sentuhan penyiaran atau publikasi ke khalayak luas. Peringatan mengambil tema "Pancarkan Kepedulian dan Kasih bagi Daerah Tertinggal" dan disiarkan secara langsung oleh RRI.
Di tahun 2016, salah seorang staf, Asih yang terlibat dalam panitia inti Perayaan Natal dan Tahun Baru, mengenal Nyelong saat rapat persiapan Natal. Ia agak terkejut ketika mendengar bahwa Nyelong akan melaporkan rencana peringatan Natal itu kepada Sekretaris Jenderal Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi. Menururt Asih, kalau sebelumnya, yang aktif di Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) hanya enam sampai sepuluh orang, ternyata pada saat peringatan Natal 2016, jumlahnya mencapai 400 orang dan pada puncak acara mencapai 800 orang. Pada saat itu, Natal Bersama dan Syukur Tahun Baru Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi mengundang pula umat Kristen di Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja.
Berkenalan pertama, Asih mengakui, penampilan Nyelong cukup tegas bahkan mengesankan galak. Namun, setelah lama mengenal, ia merasa Nyelong memberi perhatian lebih, tidak seperti pejabat yang lain. Perhatiannya bukan hanya soal pekerjaan tetapi juga soal keluarga dan persoalan-persoalan sehari-hari yang mungkin dihadapi di tempat kerja. Seorang ibu yang hangat, mengayomi, dan melindungi anak buah.
Pada Perayaan Natal yang diselenggarakan sekaligus dengan Syukur Tahun Baru, 2017, Menteri Eko Sandjojo mengingatkan, sebagai manusia yang beragama, kadang kita lupa dengan ritual-ritual dasar kita. Merayakan hari kebesaran agama terkadang kita hanya memikirkan pestanya, tapi tidak memikirkan bagaimana kita bisa lebih berguna. Ia menyayangkan Indonesia sebagai negara yang religius, justru masih menyandang status sebagai bangsa yang kesejahteraannya belum merata. Menurutnya, seluruh masyarakat Indonesia memiliki kewajiban untuk membantu masyarakat miskin, yang jumlahnya hampir 50 juta jiwa.
"Jangan kita ke gereja, ke masjid, ke pura, tapi korupsi juga. Malu! Jangan sampai uangnya orang miskin juga kita ambil. Mudah-mudahan perayaan Natal dan Syukur Tahun Baru 2017 bisa mengingatkan bahwa kita adalah manusia yang beragama, agar kita berguna," pesan Menteri Eko pada peraaan Natal dan Tahun Baru pertama kali baginya di Kemendes, PDT dan Transmigrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H