Kisah romansa adalah ketika Biru bertemu Anjani seorang Mahasiswi seni rupa ISI (Institut Seni Indonesia) yang menjadi salah satu bagian dari aktivis Taraka yang menjadi bagian dari simbol gerakan perjuangan pada saat itu. Ratih Anjani yang juga memiliki pengetahuan akan cerita Mahabarata dan Ramayana, serta mampu membuat sebuah cerita akan Rama dan Sinta menjadi lebih menarik . Pertemuan pertama antara Laut dan Anjani justru langsung membuat Laut jatuh cinta pada Anjani.
Kecurigaan anggota Winatra terhadap Naratama adalah bumbu yang mempu membuat pembaca menempuh ruang imajinasi dan menerka kebenaran dari tuduhan tersebut. Perjuangan aktivis mahasiswa yang tetap berani meskipun disiksa dan nyawa yang terancam merupakan simbol perjuangan melawan ketidakadilan yang dialami oleh rakyat saat itu. Dalam berbagai kejadian diilustrasikan bahwa rakyat yang rela berkorban untuk membantu dan melindungi mahasiswa dari ancaman aparat yang menjadi mata dan telinga penguasa.
Pada akhirnya beberapa mahasiswa dihilangkan dan tidak jelas keberadaannya. Mereka yang dihilangkan tetap hidup selamanya dalam diri keluarga,saudara,kekasih dan sahabat. Mereka yang dihilangkan dengan ketidaksatian menghadirkan penyangkalan dalam diri orang-orang tersayang. Seperti dalam keluarga Biru Laut yang selalu mengadakan ritual makan bersama setiap minggu dengan tetap menyertakan satu piring kosong untuk Laut sebagai harapan kembalinya sosok Sulung dalam keluarga. Cerita yang dihadirkan menjadi pengingat perjuangan tentang kebenaran dan melawan ketidakadilan yang terus tumbuh dan bertambah dalam diri manusia manusia lain, baik yang memiliki hubungan dengan mereka yang dihilangkan ataupun masyarakat umum lainnya. Perjuangan mereka diteruskan dengan perjuangan baru oleh orang-orang yang terus mencari kebenaran tentang nasib abang,anak,kekasih,sahabat dan anggota keluarga mereka.
Novel menjadi sangat berisi karena mengenalkan berbagai karya sastra lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti karya sastra Amerika Latin dan juga selain itu dalam novel ini terdapat pengetahuan akan berbagai aksi dalam sejarah perjuangan aksi mahasiswa dan rakyat indonesia, mulai dari aksi Blangguan, Bungurasih dan sampai saat ini yang masih di jumpai adalah Aksi Kamisan.
 Seperti dalam karya Leila S. Chudori yaitu Novel Pulang, tokoh utama adalah tokoh yang memiliki ketertarikan dan keahlian pada hal masakan dan kisah perwayangan mahabarata dan ramayana selalu menjadi bagian menarik dalam membangun karakter tokoh-tokoh yang ada.
Kutipan Buku
"Kita harus belajar kecewa bahwa org yg kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita". (30)
"Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut". (183)
"....jangan takut kepada gelap. Gelap adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pada setiap gelap ada terang meski hanya secercah, meski hanya di ujung lorong". (225).
"Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan". (256).
"Jika jawaban yang kalian cari tak kunjung datang, jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan". (366)