Mohon tunggu...
M UludRisaldi
M UludRisaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - TaroaNtara

Berbagi untuk abadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi dan Kutipan Buku "Cantik Itu Luka"

11 April 2021   16:07 Diperbarui: 11 April 2021   21:04 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan ini dilatarbelakangi karena Mak Gendik tidak lain adalah kekasih hati dari Mak Iyang yang merupakan nenek dari ibu Dewi Ayu sendiri. Hal ini dilakukan karena Dewi Ayu  ingin mencoba mengobati sakit hati dari Mak Gendik yang dilukai oleh kakeknya sendiri, ternyata kecantikan Dewi Ayu tidak mampu membuat Mak Gendik melupakan Mak Iyang. Justru Mak Gendik menyimpan dendam kepada keturunan Dewi Ayu dengan cara yang tidak pernah Dewi Ayu bayangkan sebelumnya.

Setelah melalui berbagai masa kehidupan yang cukup kelam, sehingga membuat Dewi Ayu seakan ditakdirkan menjadi seorang pelacur di tempat Mama Kalong. Karena keistimewaannya membuat Dewi Ayu sangat populer, tidak hanya ditempat pelacuran akan tetapi di Halimunda pada umunya. 

Dari hasil pekerjaannya sebagai pelacur, Dewi Ayu mendapat empat orang putri. Ketiga putrinya sangat cantik dan mempersona seperti halnya Dewi Ayu masing-masing bernama Alamanda,Adinda dan Maya Dewi. Sedangkan putri yang keempat memiliki bentuk fisik yang seakan menjadi kutukan. Kutukan yang sebenarnya berasal dari doa Dewi Ayu sendiri. Nama anak bungsunya yaitu Si Cantik, nama yang sangat kontras dengan keadaan fisiknya yang sangat buruk rupa membuat siapapun yang melihatnya seakan tidak percaya bahwa itu adalah manusia.

Setelah Dewi Ayu Meninggal beberapa hari setelah melahirkan anak bungsunya, cerita dalam novel menjadi kisah perjalanan kehidupan dari anak-anak serta cucu dari Dewi Ayu. 

Masing-masing dari anak-anak Dewi Ayu menikah, kecuali Si Cantik. Alamanda si sulung menikahi pimpinan rayon militer Halimunda pada saat itu yaitu Sang Sodancho, Adinda menikahi pimpinan komunis Halimunda yaitu kamerad Kliwon sedangkan Maya Dewi menikahi  preman penguasa Halimunda bernama Maman Gendeng. Masing-masing dari meraka mempunyai satu anak yaitu Nurul Aini, Rengganis Si Cantik dan Krisan. Kutukan dari arwah Mak Gendik menjadi malapetaka bagi keluarga keturunan Dewi Ayu. Kemalangan ini dimulai dengan hamilnya Rengganis Si Cantik yang awalnya dikatakan dihamili oleh seekor anjing. 

Berbagai tindakan dari Krisan yang menjadi penyebab terjadinya berbagai kemalangan, Krisanlah yang menghamili Rengganis Si Cantik, Kemudian membunuh Rangganis Si Cantik, Mengambil mayat Nurul Aini, dan bersetubuh dengan bibinya sendiri yaitu Si Cantik. Kemalangan ini tidak lain juga merupakan kutukan dari Mak Gending terhadap keturunan Dewi Ayu agar merasakan kehilangan orang tersayang sebagaimana Mak Gendik kehilangan Mak Iyang.

Kehilangan inilah yang dirasakan oleh Alamanda, Adinda dan Maya Dewi yang kehilangan suami dan anak-anaknya, serta Si Cantik yang kehilangan pangeran yang tidak lain adalah Krisan yang merupakan keponakannya sendiri.

Kelebihan:

Pengenalan kondisi sejarah pra dan pasca kemerdeakaan serta kondisi sosial pada zaman itu dari cara pandang yang berbeda merupakan sebuah kelebihan utama dari buku ini, seperti cerita masa kedudukan Belanda dan Jepang di Indonesia serta keadaan saat masa Partai Komunis menjadi salah satu kekuatan politik yang mendominasi di Indonesia. Selain itu pengenalan tokoh yang sangat detail diperlihatkan oleh penulis menjadi sebuah nilai lebih untuk memahami cerita lebih mendalam.

Kekurangan :           

  • Kejadian yang sulit untuk diterima secara logis, semisal kejadian Krisan yang menyetubuhi Si Cantik dan tidak terlihat oleh orang lain.
  • Bahasa yang digunakan dalam novel ini terkesan sangat vulgar
  • Kejadian yang terkesan membuat kita merasa merinding,seperti berbagai penggambaran kejadian seks yang mengandung unsur kejahatan. Serta kejadian kematian yang sangat mengerikan.

Kutipan Buku:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun