Mohon tunggu...
Sutarno
Sutarno Mohon Tunggu... Pendidik -

Sedang belajar mencerdaskan anak bangsa | SMK Negeri 1 Miri Sragen | Alamat Sekolah : Jeruk, Miri, Sragen | Alamat Rumah : Harjosari RT. 02, Majenang, Sukodono, Sragen Jateng | E-mail : tarn2007@yahoo.com | Blog : tarn2007.blogspot.com | Facebook : Soetarno Prawiro | Twitter : @sutarno_rahmat.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengarungi Samudra Kehidupan Menuju Pantai Kebahagian

8 Juli 2012   04:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:11 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_199448" align="aligncenter" width="476" caption="Pernikahan Mas Yusep Hendarsyah dan mBak Uli Hape. Suatu kebahagiaan bagi saya bisa menularkan sedikit pengetahuan, yang niscaya bermanfaat untuk pasangan hidup baru dan semuanya. 08 Juli 2012 merupakan awal bagaimana Mas Yusep Hendarsyah dan mbak Uli Hape lepas landas untuk mengarungi samudra kehidupan menuju pantai kebahagiaan. Selamat menempuh hidup baru, semoga pantai kebahagian di ujung samudra kehidupan dapat diarungi berdua | Hanan"][/caption] SUTARNO.   Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir dan batin dan ikatan tersebut terjadi di antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri. Hal ini bertujuan untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan atas keyakinan berdua. Mudah diucapkan, tetapi mungkin ada saja permasalahan jika kita menjalaninya. Menjalani suatu pernikahan ibarat mengarungi samudra yang luas penuh gelombang yang tidak dapat kita kenali sebelumnya. Gelombang itu akan datang dan pergi silih berganti tanpa kita sadari. Begitulah perjalanan kehidupan rumah tangga.Walaupun perjalanan kita penuh dengan hambatan, tetapi hal itu harus kita tempuh. Karena hal itu hanya satu-satunya jalan menuju ke pantai kebahagian. Tidak hanya sebatas keberanian yang dibutuhkan, ilmu akan lebih bermanfaat untuk menaklukkan gelombang samudra kehidupan tersebut. Dengan bekal keberanian dan ilmu yang kita miliki niscaya kita akan siap secara mental, tidak grogi, tidak takut atau bahkan gentar menghadapi badai yang datang silih berganti. Oleh sebab itulah ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan untuk mengarungi samudra kehidupan tersebut. Buatlah Kapal yang Kokoh Kapal yang kokoh merupakan penjilmaan dari membangun rumah tangga yang didasarkan atas dukungan kedua belah pihak orang tua, suka sama suka, cinta dan yang lebih penting berdasarkan atas taqwa. Karena pada dasarnya membangun rumah tangga tidak hanya sebatas restu kedua belah pihak tetapi juga untuk mengharapkan Ridho Ilahi. Oleh sebab itulah TAQWA menjadi hal mutlak yang perlu kita bangun untuk menghindari karamnya kapal kehidupan di tengah perjalanan. Pilihlah Mesin Kapal Yang Bagus Untuk mendukung kapal yang kokoh dalam mengarungi samudra yang luas, apalah artinya jika kita hanya memilih mesin apa adanya, yang tidak mempunyai kekuatan berarti. Mesin kapal yang bagus di sini adalah HATI. Keduanya harus memiliki tujuan yang sama. Berumah tangga tidak hanya meluapkan nafsu belaka. Tetapi lebih dari itu, pernikahan sebagai upaya mencetak generasi penerus untuk didik berdasarkan Ridho Sang Ilahi. Kita tidak hanya bangga dengan anak kita. Tetapi bagaimana ki berdua mengasuh, membesarkannya, mendidik dan memberi nafkah serta peras keringat banting tulang sesuai dnegan jalan Nya dan tujuan yang telah kita tanamkan dalam hati kita berdua. Tanpa mempunyai perasaan sehati, sulit tujuan tersebut akan dapat dicapai. Siapkan Bahan Bakar Yang Cukup Kapal kokoh dengan mesin bagus, apalah artinya tanpa kita sediakan bahan bakar yang diperlukan. Kita tidak hanya sebatas menyediakan bahan bakar, tetapi kita juga harus mampu mengukur kebutuhan bahan bakar tersebut untuk mencapai tujuan. Bahan bakar di sini adalah AKHLAQ MULIA. Cinta tidak cukup sebagai bekal dalam mengarungi samudra kehidupan. Akhlaq yang mulia di sini bertujuan untuk membentuk adanya saling pengertian, saling menerima kenyataan, saling melakukan penyesuaian, memupuk rasa cinta, melaksanakan asas musyawarah, suka memaafkan, berperan serta untuk kemajuan bersama, saling melengkapi, harmonis, jadikanlah setiap malam adalah malam pertama, mulai dari diri sendiri, terus berbenah diri, jaga hubungan baik dengan keluarga, menjaga rahasia maupun jangan bergembira pada saat pasangan sedih. Peta Perjalanan / Kompas Peta atau kompas bertujuan sebagai petunjuk arah yang diperlukan apabila kita mengalami kesulitan dalam menentukan arah kehidupan. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi. Dengan luasnya samudra kehidupan apapun akan bisa terjadi. Selain hal itu jika kita tidak mempunyai pedoman yang pasti dan sama, tidak menutup kemungkinan kita akan saling mempertahankan diri sesuai dengan sudut pandang masing-masing di antara pasangan kita. Oleh sebab itulah untuk menghindari hal tersebut kita perlu membawa peta perjalanan / kompas untuk pedoman kita dalam menentukan arah kehidupan dan membangun kerjasama jika terjadi kesulitan menuju pantai kebahagiaan tersebut. Peta perjalanan / kompas tersebut adalah TUNTUNAN DAN KEPERCAYAAN KITA MASING-MASING. Bisa saja kita harus berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits bagi yang muslim, Injil bagi Kristen, Veda bagi yang Hindu, Tripitaka pedoman bagi yang beragama Budha. Dengan berpedoman pada petunjuk tersebut, niscaya kita akan sampai di pantai kebahagiaan. Menyiapkan Peralatan dan Suku Cadang Peralatan dan suku cadang adalah NASEHAT. Betapapun cintanya hubungan rumah tangga yang kita bentuk, riak gelombang pasti muncul dalam mengarungi samudra kehidupan. Dari awal, pernikahan merupakan penyatuhan 2 hal yang berbeda, maka wajar jika dalam perjalanannya perbedaan atau kesalahpahaman itu terkadang muncul. Oleh sebab itulah kita membutuhkan masukkan-masukkan dari berbagai pihak (teman, orang tua, guru, ustadz, saudara dll) sebagai upaya normalisasi bahtera rumah tangga yang telah kita bentuk tersebut. Perbedaan adalah hal yang wajar, tetapi bagaimana kita mengelola perbedaan ini menjadi sebuah upaya untuk saling menghormati dan membuat menjadi sebuah kekuatan. Nahkoda / Awak Kapal yang Handal Nahkoda adalah SUAMI, awak kapal adalah ISTRI. Untuk menjadikan kapal tersebut menjadi kapal yang hebat mestinya harus ada kolaborasi antara nahkoda dan awak kapal. Nahkoda harus mampu menempatkan diri dan menjalankan peranannya. Nahkoda harus mampu memilih jalan yang tepat untuk dilaluinya agar awak kapal maupun penumpang menjadi nyaman dalam mengarungi samudra kehidupan. Begitu juga awak kapal, harus mampu menempatkan diri sebagai pendamping nahkoda dalam bekerja. Awak kapal harus mampu memberikan masukan yang tepat ataupun sekedar mengingatkan terhadap jalan yang ditempuh nahkoda. Keduanya harus saling menghargai, tanpa harus saling menyalahkan. Jika nahkoda mampu mengendalikan kapal dengan baik dan menghindari berbagai rintangan, penghargaan akan datang dengan sendirinya tanpa daiharapkan. Begitu juga, jika awak kapal mampu memberikan masukkan yang tepat, penumpang maupun nahkoda akan memberikan suatu pujian yang tidak disangka-sangkanya. Dengan adanya kolaborasi yang baik antara nahkoda dan awak kapal, niscaya penumpang akan merasa nyaman dan percaya terhadap perjalanan tersebut. Hindari Badai Badai di sini adalah PERMASALAHAN. Nahkoda dan awak kapal harus pandai-pandai mendeteksi badai dan riak gelombang yang muncul di depannya. Semakin sering menghadapi badai dan riak gelombang mestinya nahkoda dan awak kapal akan semakin teruji dan semakin pandai untuk menghindar terhadap hal tersebut. Tidak semestinya nahkoda / awak kapal menjerumuskan diri dalam pusaran badai yang jelas-jelas diketahuinya. Oleh sebab itulah jika sekiranya riak gelombang tersebut berpotensi menjadi sebuah badai gelombang, nahkoda atau awak kapal harus pandai-pandai menghindarinya. Siapkan Bekal yang Memadai Bekal dala mengarungi samudra kehidupan di sini adalah PASRAH dan DO’A. Sesungguhnya Tuhanlah yang menciptakan alam semesta dan isinya. Semua adalah milik Nya. Manusia hanya bisa pasrah dan memohon kepada Nya agar apa yang diharapkan akan menjadi sebuah kenyataan. Semua hal yang telah kita lakukan di atas niscaya tidak akan berarti apapun tanpa di ridhoi Nya. Oleh sebab itulah, hanya pasrah dan berdoa memohon kepada Nya agar apa yang kita kehendaki menjadi kenyataan, yaitu MENGARUNGI SAMUDRA KEHIDUPAN MENUJU PANTAI KEBAHAGIAN. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salam | Blog Pribadi | Facebook | Twitter -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun