Mohon tunggu...
Sutarno
Sutarno Mohon Tunggu... Pendidik -

Sedang belajar mencerdaskan anak bangsa | SMK Negeri 1 Miri Sragen | Alamat Sekolah : Jeruk, Miri, Sragen | Alamat Rumah : Harjosari RT. 02, Majenang, Sukodono, Sragen Jateng | E-mail : tarn2007@yahoo.com | Blog : tarn2007.blogspot.com | Facebook : Soetarno Prawiro | Twitter : @sutarno_rahmat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Antrian di Merak Hanya 28 Km (Pengelolaan Asal Dijalankan)

5 Juli 2012   15:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:16 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341500592818890926

[caption id="attachment_199034" align="aligncenter" width="612" caption="Antrian Truk di Pelabuhan Merak | Antaranews.com"][/caption] SUTARNO. Jengkel, dongkol, pusing tujuh keliling. Itulah yang saya rasakan di hari-hari ini. Permasalahannya hanya satu, barang pesanan yang kami kirim terganjal masalah angkutan penyeberangan Merak. Pepatah yang mengatakan bahwa “Waktu adalah uang” benar-benar kami rasakan saat ini.Kebetulan, keluarga mempunyai usaha furniture kecil-kecilan yang mencoba peruntungan untuk melebarkan sayap ke kota-kota di Sumatra. Bagi sopir-sopir kami, dari Sragen Jateng hingga menyeberang sampai Bakauheni ditempuh 30 jam adalah hal yang biasa (20 jam perjalanan + 10 jam antri). Hal itu adalah standar waktu yang kami perhitungkan dalam pengiriman menuju kota-kota di Sumatra sekaligus perhitungan kami terhadap biaya pengeluaran yang harus kami berikan kepada kru kendaraan pengirim barang.Tepat pukul 07.10 hari Senin, 02/07/12 ada bel masuk dari sopir pengirim. Pikir saya, pasti sudah sampai tujuan (Karena perkiraan kami jam 05.00 tgl 02/07/12 dah sampai). Ternyata, jangankan sampai tujuan, sopir melaporkan bahwa belum bisa masuk ke area pelabuhan. Kendaraan masih di dalam tol Tangerang – Merak Km-95, artinya antriannya sepanjang 8 km (SEGINI INI ANTRI). Sebagai perbandingan di hari normal, untuk antrian sepanjang 2 Km biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 jam. Bahkan berdasarkan berita TV Swasta hari ini (5/7/12) panjang antrian kendaraan hingga di KM 75 Jalan Tol Tangerang – Merak, artinya antrian sepanjang 28 Km jika diukur dari pelabuhan Merak. Jengkel, dongkol, pusing tujuh keliling. Badan lemas campur gemetar, hancur pasti ini nanti, begitu pikiran saya. Padahal barang harus sampai hari itu, karena 1 minggu berikutnya akan diekspor oleh pihak buyer. Padahal barang masih harus dilakukan finishing ulang dan pengepakan kembali. Waktu 1 minggu adalah waktu yang sangat terbatas. Oleh sebab itu, kami selalu memantau kondisi perjalanan. Pihak buyer pun harus kami hubungan untuk menjelaskan kondisi perjalanan yang tidak dapat diduga tersebut. Bagi kami, kalaupun hanya umpatan saya anggap hanya angina lalu, asal barang bisa diterima. Akhirnya setelah menginap di Merak selama 3 hari 3 malam, Rabu, 04/07/12 jam 17.20 Sopir memberikan kabar bahwa barang sudah sampai tujuan (Palembang), tetapi itupun pekerja sudah setempat sudah pulang semua, maka harus menunggu semalam untuk proses pembongkarannya. Masalahpun belum selesai, walaupun barang sudah dibongkar. Furnitur kami banyak yang dinyatakan rusak pada catnya (pelitur), akibat terkena panas secara langsung selama antrian. Aduh…… ada-ada saja ini masalah. Tetapi bagi kami itu tidak begitu bermasalah, paling-paling nilai barang akan dikurangi dari nilai SPK (Surat Perintah Kerja), untuk biaya pengecatan ulang, yang penting kualitas barang masuk. Itupun kami masih beruntung, bagaimana jika truck-truck yang membawa sembako dan sayuran  atau mungkin hewan ? Ada beberapa hal yang perlu kami utarakan tentang kinerja PT. ASDP Indonesia Ferry Merak yang selama ini bertanggung jawab terhadap penyeberangan urat nadi perekonomian Jawa – Sumatra ini. Hanya Kerbau Dungu yang Terjebak di Lubang yang Sama General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak Supriyono mengatakan antrian panjang truk-truk dan kendaraan kecil ini seiring meningkatnya volume kendaraan yang hendak menyeberang seiring liburan anak sekolah (bisnis.com). Alasan klasik yang selalu menjadi alibi pihak pengelola adalah banyaknya penyebarang menjelang liburan atau lebaran. Secara logika, liburan dan hari raya itu sesuatu yang sudah pasti dan terencana sebelumnya. Bahkan 1 tahun sebelumnya, liburan dan hari raya keagamaan itu sudah dapat dipastikan, tetapi mengapa hal itu selalu menjadi alas an klasik yang diutarakan. Bagaimanakah bentuk antisipasi yang dilakukan oleh pihak pengelola ? Selalu Berdalih Adanya Perbaikan kapal / Dermaga Perbaikan, perbaikan dan terus perbaikan. Sebelum lebaran tahun lalu, saya ingat betul, pihak ASDP berdalih antrian disebabkan juga karena 50% kapal diperbaiki. Saat ini Pihak ASDP beralibi, kapal Ro-ro yang jalan hanya 21 kapal sedangkan yang 17 sedang dalam perawatan (docking). Kalaupun melakukan perbaikan, mengapa pengaturan jadual tidak dilakukan sedemikian rupa, sehingga proses perbaikan tidak harus mengorbankan konsumen. Mestinya pihak ASDP mempunya jadual tetap tentang perawatan secara berkala (Bulanan / Tahunan) maupun perwatan insidentil yang jelas. Dan perawatan itupun mestinya harus melihat kondisi menjelang musim yang berlaku. Pungutan Liar Jika kita naik kendaraan pribadi, mungkin tidak akan pernah merasakan pungutan liar. Tetapi jika kita membawa barang bawaan, walaupun dengan administrasi yang lengkap, “administrasi jalanan” itupun harus dijalankan. Tanpa hal itu, jangan harap sampai tujuan. Ibarat pepatah “hemat secercah garam, seekor kerbau membusuk”. Belum lagi oknum-oknum yang main belakang dan main serobot antrian penyeberangan. Kami akan Selalu Bekerja Keras dan Hal ini Menjadi Bahan Evaluasi dan akan ada Kapal Tambahan Pernyataan diplomastis. Itulah salah satu ciri pernyataan seorang pejabat kita. Sadar ataupun tidak, hal semacam itu menjadi trademark pejabat kita. Yang dibutuhkan oleh konsumen adalah tindakan dan realita di lapangan. Jika sepanjang tahun terus-menerus terjadi kemacetan semacam itu, apakah itu sebuah pernyataan yang dapat dipercaya ? Bagi seorang pejabat ataupun sebagian orang, mungkin waktu hanyalah sebuah perubahan kondisi. Tetapi bagi 28 Km truck yang mengantri di pelabuhan Merak, waktu adalah uang. Terlepas dari itu kerugian yang datang. Semua pihak mestinya segera bertindak (tidak hanya berfikir) bahwa merak - Bakauheni merupakan urat nadi perekonomian kita. Berapakah kerugian yang diderita rakyat dengan adanya kemacetan yang begitu panjangnya tersebut ? Harapan kami hanya satu, manajemen penyeberangan untuk jalur sibuk seperti halnya Merak untuk dipikirkan pengelolaannya. Rakyat butuh makan. Antrian 28 Km tersebut akan melibatkan ribuan, bahkan jutaan perut rakyat Indonesia. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salam | Blog Pribadi | Facebook | Twitter -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun